Senin, 15 September 2014

Kakak Kelasku


Kakak Kelasku

Kata kebanyakan orang, masa terindah adalah masa SMA masa dimana yang namanya cinta bebas berkeliharan dari hati satu ke hati yang lainnya, tapi itu tidak berlaku untukku. Jika ada yang bertanya masa apa yang ingin kamu ulangi lagi? Dengan lantang aku menjawab masa SD, masa dimana aku menikmati hidupku tanpa ada rasa khawatir tentang masa depan, seperti apa besok, jadi apa aku dan harus bagaimana aku jika semua tak sesuai dengan rencana.
Dulu aku bersekolah di SD yang cukup tenar di Desaku, SD Bingkisan Negeri namanya. Masih teringat masa indah dimana aku mengenakan seragam merah putih dan berada di sebuah ruangan paling pojok diantara ruang lainnya. Entah apa maksud dari Kepala Sekolah yang memutuskan ruang kelas 1 berada paling pojok, seharusnya ruang kelas 1 berada paling dekat dengan pintu gerbang. Yups, biar cepat keluar dari gedung berbentuk L itu dan pastinya tidak membuat iri kelas lainnya yang masih setia menunggu bel pulang sekolah. Hahahaha.
Ada untungnya juga kelas 1 ada di pojok, yang keberadaannya diapit kelas 2 dan kelas 5. Pasalnya pintu akses kelas 1 dekat dengan pintu masuk kelas 5. Jadi intinya jika aku masuk ke kelas berati aku harus melewati pintu kelas 5 dan barulah melewati pintu kelas 1.
Banyak temanku yang terlihat canggung saat melewati pintu kelas 5, mereka hanya melihat ke bawah dan tak berani melihat penghuni kelas 5 yang selalu memperhatikan kita, mungkin karena kita terutama aku terlihat lucu dan maaf cupu pastinya, hahaha.
Entah pengaruh apa yang masuk dalam diriku, sejak kelas 1 SD aku sudah berani melirik kakak kelas. Apa karena sering melihat sinetron tersanjung ya? Sinetron favorit ibuku dan menjadi favoritku juga.
Berbeda dengan temanku, saat aku masuk dan keluar kelas aku berani melihat ke arah kelas 5. Dan tak jarang ada yang menggodaku, kadang mereka memanggilku dengan sebutan adek manis, adek cakep, atau adek ganteng, hah benar-benar ingin ku ulangi masa itu. Saat ini tak ada yang dengan frontal memanggilku dengan kata indah itu, pacarku saja tak pernah memujiku kalau aku ganteng, justru dia selalu memanggilku dengan sebutan jelekku. Malangnya nasibku.
Suatu hari saat aku pulang, aku melihat ada kakak kelas manis duduk di bangku paling depan. Biasanya penunggu bangku itu adalah kakak kelas cowok, mungkin karena sistem duduk yang bergilir yang menyebabkan kakak manis itu berada di bangku depan. Aku pun tersenyum saat kakak manis itu melihat ke arahku. Dan dia pun membalas senyumanku sambil melambaikan tangan tanda melepasku pergi.
Setelah hari itu, aku mencoba mendekati kakak kelas pemilik tahi lalat di dekat bibir itu. Maksudku bukan mendekati dalam artian ingin ku jadikan pacar, ya nggak mungkin lah, waktu itu aku belum cukup umur untuk memikirkan hal itu. Aku hanya ingin mendapat perhatian dari kakak manis itu.
Setiap istirahat, aku memutuskan untuk bermain di taman yang letaknya di depan ruang kelas 6. Aku sering melihat kakak manis itu berada di taman yang sekarang menjadi tempat tongkronganku.
“Hai Adek manis, namamu siapa?” Tanya kakak manis itu.
“Arif Mbak. Kalau Mbak namanya siapa?”
“Tina.”
Saat kakak manis itu menyebutkan namanya, aku teringat kepada sosok perempuan yang juga cantik dan manis. Namanya juga sama, Tina. Itu hlo lawan main Syahrukan dalam film Kuch Kuch Hotahe, film India yang menjadi favoritku sejak kecil dan lagi-lagi karena ibuku juga memfavoritkan film itu.
Aku sempat berpikir, apa yang ada di otak Tina saat aku menyebutkan namaku. Nggak mungkin kalau dia terbayang sosok artis yang imutnya sama seperti aku, setahuku tidak ada artis yang memiliki nama depan seperti namaku. Seharusnya ibuku menamaiku Dimas Andrean pemain Bawang Merah Bawang Putih  yang menjadi sinetron andalan sebuah stasiun televisi yang lagi-lagi menjadi tontonan wajibku.
Mungkin yang ada di pikiran Tina saat itu adalah pelajaran PKn, yang menerangkan kata arif artinya sama dengan bijaksana. Mungkin ibuku menamaiku Arif supaya aku menjadi lelaki yang bijaksana dalam memilih cinta. Atau bijaksana dalam mempermainkan perempuan, hloh nggak lah aku kan cowok setia. Tapi kadang suka lirik-lirik dikit sih sebenarnya, hahaha.
“Kok nggak ke kantin Dek?”
“Nggak Mbak, aku bawa bekal sendiri.”
“Bolu kukus mau nggak Mbak?” Kataku yang menawarkan sisa bekal yang belum sempat ku makan.
“Wah kebetulan sekali, itu makanan favoritku.” Kata Tina yang terlihat senang.
“Ini Mbak makan aja, aku sudah kenyang.” Aku pun menyodorkan tempat makan yang terisi dua bolu kukus.
“Semuanya ya Dek.”
“Iya.” Jawabku dengan tersenyum.
Sejak hari itu, setiap aku membawa bekal bolu kukus, selalu ku sisihkan untuk Tina. Karena hanya dengan hal itu aku bisa dekat dan melihat senyum darinya. Tapi suatu ketika, aku melihat sosok laki-laki keluar dari ruang kelas 6. Dia memberikan selembar kertas kepadanya, dan Tina terlihat sangat senang melebihi ketika aku membawakan makanan favoritnya. Aku tak tahu apa yang ada di kertas itu, sampai-sampai wajah Tina berubah menjadi merah muda, aku pun memutar otak agar bisa melihat dia tersenyum seperti itu padaku.
“Ini Mbak.” Kataku dengan menyodorkan sesuatu.
“Apa ini?” Terlihat kebingungan di wajah Tina.
“Iya itu, Mbak Tina nggak suka?” Tanyaku polos.
“Hahahaha. Kok selembar kertas?” Tawa Tina terbahak-bahak.
“Nggak papalah, ntar kan ulangan Matematika jadi aku nggak perlu nyobek kertas lagi, makasih ya.” Katanya yang kemudian masuk ke kelas dengan tawa masih menyertainya.
Yups benar, aku pun mengikuti cara laki-laki itu dengan memberi Tina selembar kertas. Dan rencanaku pun berhasil, aku bisa melihat dia tersenyum dan poin plusnya aku bisa melihat dia tertawa terbahak-bahak. Entah tawa apa yang ia berikan kepadaku. Tawa bahagia atau tawa ledekan.
Hari, Minggu, Bulan dan Tahun pun berganti. Kini aku sudah berumur 16 tahun dan sudah memakai seragam putih abu-abu. Aku tak lagi imut seperti dulu, tapi jangan tanya soal kegantenganku, Alhamdulillah dengan berjalannya waktu kadar kegantenganku pun bertambah dan akibatnya aku digilai banyak perempuan, hahaha.
Saat aku mengikuti pengajian satu kelurahan untuk yang pertama kalinya, mataku langsung tertuju pada sosok perempuan berjilbab ungu dengan hiasan bunga-bunga. Aku tak asing lagi dengan sosok perempuan itu. Tapi aku lupa namanya, itulah yang kusesali saat SD, nilai IPS ku sering jeblok karena tak bisa menjawab soal-soal dengan gambar Pahlawan Nasional. Tahu gambarnya tapi nggak tahu namanya, parah kan?
Kegalauanku bertambah saat memori di otakku tak bisa menemukan nama perempuan itu. Ku biarkan saja kegalauan ini menemaniku di sepanjang perjalanan pulang. Dan sesampainya di rumah tak biasanya aku langsung membuka HP, mungkin karena kadar kegalauanku yang melebihi standar keamanan, yang menyebabkan aku membuka hp dan membuka situs pertemanan yang hampir satu bulan tak kubuka.
Banyak permintaan pertemanan yang menunggu konfirmasiku, dan bukannya sombong hlo ya, kebanyakan mereka adalah perempuan, hahaha. Walaupun banyak yang mengirim permintaan pertemanan, aku tak sembarang untuk menerimanya, aku memiliki kriteria tinggi dalam mencari teman, yang ku konfrim selain karena aku mengenalnya, juga karena kecantikan dan banyaknya teman yang ia punya, hloh sama aja kali ya.
Ada salah satu akun facebook yang membuat aku penasaran, sepertinya aku mengenal dia, tapi siapa dia dan dimana aku mengenalnya. Nama akunnya adalah Princes Tisya. Setelah aku melihat profil dan koleksi fotonya, betapa terkejutnya aku saat saat menemukan foto dari koleksi Tisya ada sosok perempuan yang aku maksud. Yang memakai kerudung ungu tadi malam.
Aku pun tak menggubris permintaan pertemanan yang ia kirim, aku lebih tertarik mengirim permintaan pertemanan temannya. Nama akunnya Tina Sweet, yups benar sekali dia adalah Tina, kakak kelas SD dulu.
Tak harus menunggu lama, malam itu juga Tina mengonfrim permintaan pertemananku. Rasa kegalauanku langsung ku usir dan rasa bahagia mendadak datang walaupun tak diundang, hloh emang jalangkung! Dengan berbekal gratisan paket data aku mencoba mengulik informasi tentang Tina, dimana ia kuliah dan bagaimana hidupnya termasuk sudahkah dia mempunyai kekasih.
Dan ups.... Hatiku seakan tertusuk belatih tajam saat mengetahui status hubungannya. Dia sudah mempunyai pacar saudara-saudara, dan sepertinya sudah dari dulu dia menjalin hubungan dengan seorang laki-laki dengan akun “Setya sama kamu”. Hah, harapanku untuk mimpi indah malam ini benar-benar sirna. Sebelum galau itu datang lagi, aku paksakan mata ini untuk terpejam walau dengan hati yang masih gelisah.
Beberapa hari kemudian aku mengikuti takbir keliling, dan tak kusangka Tina juga mengikutinya. Aku ingin mendekati dia untuk sekedar bertanya masih ingatkah dengan aku? Adek kelas yang dulu pernah memberimu bolu kukus. Ah, tapi sepertinya momentnya kurang pas, aku akan mencari moment yang pas dengan memberi dia bolu kukus yang banyak. Tapi apakah dia masih menyukai bolu kukus? Bisa saja selama beberapa tahun ini selera makannya berubah. Contohnya aku, dulu aku nggak suka sama Durian, tapi sekarang kalau lihat buah berduri itu langsung deh ngeces.
Dan tiba-tiba aku melihat sosok laki-laki yang mendekati Tina, dia memberikan beberapa coklat dan ah lagi-lagi aku kecolongan start. Sebenarnya perasaan macam apa ini? Dia sudah punya kekasih dan aku pun juga, tapi saat melihat dia berdekatan dengan laki-laki lain rasanya nggak rela. Hm.m...
Aku pun tak menyerah, dengan segala cara aku mencari kontak ponsel Tina, setelah dapat nomornya, tanpa basa-basi ku kirim pesan singkat kepadanya.
“Assalamu’alaikum Mbak. Ini aku Arif adek kelasmu dulu.”
“Wa’alaikumusalam. Oh, Arif yang ikut takbir keliling kemarin kan?” Isi balasan dari Tina yang membuat aku semakin bersemangat membalsnya.
“Iya Mbak, aku juga yang pernah ngasih bolu kukus dulu itu hlo Mbak.” Kataku yang mencoba mengingatkannya.
“Oh iya aku ingat, gimana kabarmu.” Balasnya lagi.
Saat senang seperti ini, aku teringat akun facebook yang tak gubris selama ini. Padahal berkat akun facebook darinya lah aku mendapat beberapa informasi tentang Tina. Aku pun menerima permintaan pertemanan Princes Tisya dan mengirimnya pesan singkat, bagaimanapun juga dia teman dekat dari Tina, dan teman satu kelurahanku.
Dan aku baru menyadari bahwa Tisya juga pernah bersekolah di SD Bingkisan Negeri, tepatnya satu tahun di atas Tina. Mungkin itulah yang menyebabkan Tina sering nongkrong di taman depan kelas 6 selain karena laki-laki yang ku ketahui bernama Nugroho itu.
Setelah aku beranjak remaja aku baru tahu kalau selembar kertas yang diberikan oleh Nugroho kepada Tina ada beberapa kata yang membuat hati tina berbunga-bunga, bukan hanya sekedar selembar kertas kosong seperti yang aku berikan dulu, ah betapa polos dan bodohnya aku. Dan aku juga pernah mendengar bahwa Tina pernah bersitegang dengan Tisya karena ulah usil Tisya yang menukar surat balasan dari Tina yang isinya Aku juga suka sama kamu diubah Tisya dan teman-temannya menjadi Aku tidak suka denganmu. Hahaha well done Tisya.
Karena merasa bersalah Tisya akhirnya memberikan foto Tina kepada Nugroho, tapi karena inilah yang menyebabkan cinta monyet antara keduanya harus kandas. Orang tua Nugroho menemukan foto Tina di dalam tas anaknya, dan beliau beraksi dengan melaporkan kejadian ini ke Kepala Sekolah. Haha kasian.
Beberapa hari kemudian, dengan semangat 45 aku berangkat ke pengajian. Kupakai pakain terbaikku, apalagi kalau bukan batik bergambar lambang club sepak bola favoritku. Aku sempat curi-curi pandang ke arah Tina, dan sempat beberapa kali tertangkap basah oleh Tina dan teman-temannya, ah memalukan sekali.
Setelah jam menunjukkan pukul 11.00 pengajianpun usai, aku lagi-lagi melihat ke arah Tina, padahal di pengajian itu ada kekasihku, tapi entah mengapa mata ini selalu ingin melihat ke arahnya, walaupun aku tahu kekasihku sedang melihatku. Dengan diam-diam aku mengirim pesan singkat untuknya, yang isinya menawarkan bantuan mengantarnya pulang.
Tina yang juga menyadari posisinya, secara diam-diam meninggalkan tempat pengajian dan menungguku di suatu tempat. Aku pun menyusul Tina, dan mengantarnya pulang. Di sepanjang perjalanan kami menceritakan kisah-kisah lucu masa SD dulu, dan pastinya menanyakan tentang kekasih hati. Dan saat dia menanyakan hal itu padaku, tiba-tiba aku merasa bersalah kepada Ika, kekasihku. Aku mencampakannya dan memilih untuk mengantar Tina pulang. Mungkin ini karena cinta pertama yang belum tersampaikan yang membuat aku senekat ini. Tapi dalam sanubari terdalamku hanya ada Ika seorang, yang selalu ada saat aku sedih dan gundah. Dan saat aku bahagia aku sering melupakannya, ah teganya aku.
“Kamu baru kelas 1 SMA ya?”
“Walaupun masih muda jangan pernah main-main sama yang namanya perasaan. Itu bahaya, apalagi bisa membuat orang terluka.”
“Sekrang aku sudah semester 4, dan hubungan ku dengan Setya mengarah ke jenjang yang serius, dulu waktu aku seumuran kamu, aku memiliki pola pikir yang berbeda dengan teman-temanku, mereka memilih menikmati permainan cinta dengan bergonta ganti pasangan, tetapi aku lebih memilih menjaga komitmen dengan Setya, dan Alhamdulillah langgeng sampai sekarang.”
“Jadi jaga cintamu, jangan sampai dia pergi meninggalkanmu.”
“Memang kita hanya sebatas teman, tapi aku takut Ika mengartikan berbeda tentang kedekatan kita ini.” Kata Tina yang memberi wejangan kepadaku.
“Iya Mbak, aku akan menjaga cintaku kok. Dan akan berhati-hati dalam bergaul. Semoga hubungan pertemanan ini akan langgeng ya Mbak.” Kataku yang berharap bisa menjadi teman Tina.
“Pasti.” Kata Tina.
Kenangan cinta pertama memang membekas, tetapi goresan kenangan itu semakin lama semakin hilang dengan hadirnya cinta terakhir yang membuat aku nyaman berada bersamanya, karena cinta terakhir adalah bagian dari tubuhku, karena dialah yang telah mencuri tulang rusukku, dan hanya kepadaku lah dia akan mengembalikan tulang itu dengan menjadi pasangan hidupku, menjadi makmumku, dan melengkapi hidupku. Walaupun usiaku masih 16 tahun, aku akan memikirkan masa depanku bersama Ika, seperti halnya yang diajarkan Tina tentang kisah cintanya yang bertahan hingga saat ini. Sekarang Tina adalah sahabatku, tempat aku bercerita dan Ika adalah kekasihku tempat dimana hatiku bersandar.
***
Titis Tiyas Sari - @eentiis

1 komentar:

  1. Eeeeehhhh,,, anak kelas 1 SD, cowo,, udah mikir cewe,, ya ampun,, beratnya dunia.....
    Menjaga cinta kah?? Memang gmn menjaga cinta yg benar??

    BalasHapus

Terimakasih sudah membaca, dan silahkan masukan komentar Anda :