Kakak Kelasku
Kata kebanyakan orang, masa
terindah adalah masa SMA masa dimana yang namanya cinta bebas berkeliharan dari
hati satu ke hati yang lainnya, tapi itu tidak berlaku untukku. Jika ada yang
bertanya masa apa yang ingin kamu ulangi lagi? Dengan lantang aku menjawab masa
SD, masa dimana aku
menikmati hidupku tanpa ada rasa khawatir tentang masa depan, seperti apa
besok, jadi apa aku dan harus bagaimana aku jika semua tak sesuai dengan
rencana.
Dulu aku bersekolah di SD
yang cukup tenar di Desaku, SD Bingkisan Negeri namanya. Masih teringat masa indah dimana aku mengenakan seragam merah putih dan berada di sebuah
ruangan paling pojok diantara ruang lainnya. Entah apa maksud dari Kepala
Sekolah yang memutuskan ruang kelas 1 berada paling pojok, seharusnya ruang kelas
1 berada paling dekat dengan pintu gerbang. Yups, biar cepat keluar dari gedung
berbentuk L itu dan pastinya tidak membuat iri kelas lainnya yang masih setia
menunggu bel pulang sekolah. Hahahaha.
Ada untungnya juga kelas 1 ada di
pojok, yang keberadaannya diapit kelas 2 dan kelas 5. Pasalnya pintu akses
kelas 1 dekat dengan pintu masuk kelas 5. Jadi intinya jika aku masuk ke kelas
berati aku harus melewati pintu kelas 5 dan barulah melewati pintu kelas 1.
Banyak temanku yang terlihat
canggung saat melewati pintu kelas 5, mereka hanya melihat ke bawah dan tak
berani melihat penghuni kelas 5 yang selalu memperhatikan kita, mungkin karena
kita terutama aku terlihat lucu dan maaf cupu
pastinya, hahaha.
Entah pengaruh apa yang masuk
dalam diriku, sejak kelas 1 SD aku sudah berani melirik kakak kelas. Apa karena
sering melihat sinetron tersanjung ya? Sinetron favorit ibuku dan menjadi favoritku
juga.
Berbeda dengan temanku, saat aku masuk dan keluar kelas aku berani melihat ke arah kelas 5. Dan tak jarang ada yang menggodaku, kadang
mereka memanggilku dengan sebutan adek
manis, adek cakep, atau adek ganteng,
hah benar-benar ingin ku ulangi masa itu. Saat ini tak ada yang dengan frontal
memanggilku dengan kata indah itu, pacarku saja tak pernah memujiku kalau aku
ganteng, justru dia selalu memanggilku dengan sebutan jelekku. Malangnya nasibku.
Suatu hari saat aku pulang, aku
melihat ada kakak kelas manis duduk di bangku paling depan. Biasanya penunggu
bangku itu adalah kakak kelas cowok, mungkin karena sistem duduk yang bergilir yang
menyebabkan kakak manis itu berada di bangku depan. Aku pun tersenyum saat
kakak manis itu melihat ke arahku. Dan dia pun membalas senyumanku sambil
melambaikan tangan tanda melepasku pergi.
Setelah hari itu, aku mencoba
mendekati kakak kelas pemilik tahi lalat di dekat bibir itu. Maksudku bukan
mendekati dalam artian ingin ku jadikan pacar, ya nggak mungkin lah, waktu itu aku belum cukup umur untuk memikirkan hal itu. Aku
hanya ingin mendapat perhatian dari kakak manis itu.
Setiap istirahat, aku memutuskan
untuk bermain di taman yang letaknya di depan ruang kelas 6. Aku sering melihat
kakak manis itu berada di taman yang sekarang menjadi tempat tongkronganku.
“Hai Adek manis, namamu siapa?”
Tanya kakak manis itu.
“Arif Mbak. Kalau Mbak namanya
siapa?”
“Tina.”
Saat kakak manis itu menyebutkan
namanya, aku teringat kepada sosok perempuan yang juga cantik dan manis.
Namanya juga sama, Tina. Itu hlo lawan main Syahrukan dalam film Kuch Kuch Hotahe, film India yang
menjadi favoritku sejak kecil dan lagi-lagi karena ibuku juga memfavoritkan
film itu.
Aku sempat berpikir, apa yang ada
di otak Tina saat aku menyebutkan namaku. Nggak mungkin kalau dia terbayang
sosok artis yang imutnya sama seperti aku, setahuku tidak ada artis yang
memiliki nama depan seperti namaku. Seharusnya ibuku menamaiku Dimas Andrean
pemain Bawang Merah Bawang Putih yang menjadi sinetron andalan sebuah stasiun
televisi yang lagi-lagi menjadi tontonan wajibku.
Mungkin yang ada di pikiran Tina
saat itu adalah pelajaran PKn, yang menerangkan kata arif artinya sama dengan
bijaksana. Mungkin ibuku menamaiku Arif supaya aku menjadi lelaki yang
bijaksana dalam memilih cinta. Atau bijaksana dalam mempermainkan perempuan,
hloh nggak lah aku kan cowok setia. Tapi kadang suka lirik-lirik dikit sih
sebenarnya, hahaha.
“Kok nggak ke kantin Dek?”
“Nggak Mbak, aku bawa bekal
sendiri.”
“Bolu kukus mau nggak Mbak?”
Kataku yang menawarkan sisa bekal yang belum sempat ku makan.
“Wah kebetulan sekali, itu
makanan favoritku.” Kata Tina yang terlihat senang.
“Ini Mbak makan aja, aku sudah
kenyang.” Aku pun menyodorkan tempat makan yang terisi dua bolu kukus.
“Semuanya ya Dek.”
“Iya.” Jawabku dengan tersenyum.
Sejak hari itu, setiap aku
membawa bekal bolu kukus, selalu ku sisihkan untuk Tina. Karena hanya dengan
hal itu aku bisa dekat dan melihat senyum darinya. Tapi suatu ketika, aku
melihat sosok laki-laki keluar dari ruang kelas 6. Dia memberikan selembar
kertas kepadanya, dan Tina terlihat sangat senang melebihi ketika aku
membawakan makanan favoritnya. Aku tak tahu apa yang ada di kertas itu,
sampai-sampai wajah Tina berubah menjadi merah muda, aku pun memutar otak agar
bisa melihat dia tersenyum seperti itu padaku.
“Ini Mbak.” Kataku dengan
menyodorkan sesuatu.
“Apa ini?” Terlihat kebingungan
di wajah Tina.
“Iya itu, Mbak Tina nggak suka?”
Tanyaku polos.
“Hahahaha. Kok selembar kertas?”
Tawa Tina terbahak-bahak.
“Nggak papalah, ntar kan ulangan
Matematika jadi aku nggak perlu nyobek kertas lagi, makasih ya.” Katanya yang
kemudian masuk ke kelas dengan tawa masih menyertainya.
Yups benar, aku pun mengikuti
cara laki-laki itu dengan memberi Tina selembar kertas. Dan rencanaku pun
berhasil, aku bisa melihat dia tersenyum dan poin plusnya aku bisa melihat dia
tertawa terbahak-bahak. Entah tawa apa yang ia berikan kepadaku. Tawa bahagia atau tawa ledekan.
Hari, Minggu, Bulan dan Tahun pun
berganti. Kini aku sudah berumur 16 tahun dan sudah memakai seragam putih
abu-abu. Aku tak lagi imut seperti dulu, tapi jangan tanya soal kegantenganku,
Alhamdulillah dengan berjalannya waktu kadar kegantenganku pun bertambah dan
akibatnya aku digilai banyak perempuan, hahaha.
Saat aku mengikuti pengajian satu
kelurahan untuk yang pertama kalinya, mataku langsung tertuju pada sosok
perempuan berjilbab ungu dengan hiasan bunga-bunga. Aku tak asing lagi dengan
sosok perempuan itu. Tapi aku lupa namanya, itulah yang
kusesali saat SD, nilai IPS ku sering jeblok karena tak bisa menjawab soal-soal
dengan gambar Pahlawan Nasional. Tahu gambarnya tapi nggak tahu namanya, parah
kan?
Kegalauanku bertambah saat
memori di otakku tak bisa menemukan nama perempuan itu. Ku biarkan saja
kegalauan ini menemaniku di sepanjang perjalanan pulang. Dan sesampainya di
rumah tak biasanya aku langsung membuka HP, mungkin karena kadar kegalauanku
yang melebihi standar keamanan, yang menyebabkan aku membuka hp dan membuka
situs pertemanan yang hampir satu bulan tak kubuka.
Banyak permintaan pertemanan
yang menunggu konfirmasiku, dan bukannya sombong hlo ya, kebanyakan mereka
adalah perempuan, hahaha. Walaupun banyak yang mengirim permintaan pertemanan,
aku tak sembarang untuk menerimanya, aku memiliki kriteria tinggi dalam mencari
teman, yang ku konfrim selain karena aku mengenalnya, juga karena kecantikan
dan banyaknya teman yang ia punya, hloh sama aja kali ya.
Ada salah satu akun facebook yang membuat aku penasaran,
sepertinya aku mengenal dia, tapi siapa dia dan dimana aku mengenalnya. Nama
akunnya adalah Princes Tisya. Setelah
aku melihat profil dan koleksi fotonya, betapa terkejutnya aku saat saat
menemukan foto dari koleksi Tisya ada sosok perempuan yang aku maksud. Yang
memakai kerudung ungu tadi malam.
Aku pun tak menggubris
permintaan pertemanan yang ia kirim, aku lebih tertarik mengirim permintaan
pertemanan temannya. Nama akunnya Tina
Sweet, yups benar sekali dia adalah Tina, kakak kelas SD dulu.
Tak harus menunggu lama,
malam itu juga Tina mengonfrim permintaan pertemananku. Rasa kegalauanku langsung
ku usir dan rasa bahagia mendadak datang walaupun tak diundang, hloh emang
jalangkung! Dengan berbekal gratisan paket data aku mencoba mengulik informasi
tentang Tina, dimana ia kuliah dan bagaimana hidupnya termasuk sudahkah dia
mempunyai kekasih.
Dan ups.... Hatiku seakan
tertusuk belatih tajam saat mengetahui status hubungannya. Dia sudah mempunyai
pacar saudara-saudara, dan sepertinya sudah dari dulu dia menjalin hubungan
dengan seorang laki-laki dengan akun “Setya sama kamu”. Hah, harapanku untuk
mimpi indah malam ini benar-benar sirna. Sebelum galau itu datang lagi, aku
paksakan mata ini untuk terpejam walau dengan hati yang masih gelisah.
Beberapa hari kemudian aku
mengikuti takbir keliling, dan tak kusangka Tina juga mengikutinya. Aku ingin
mendekati dia untuk sekedar bertanya masih
ingatkah dengan aku? Adek kelas yang dulu pernah memberimu bolu kukus. Ah,
tapi sepertinya momentnya kurang pas, aku akan mencari moment yang pas dengan
memberi dia bolu kukus yang banyak. Tapi apakah dia masih menyukai bolu kukus?
Bisa saja selama beberapa tahun ini selera makannya berubah. Contohnya aku,
dulu aku nggak suka sama Durian, tapi sekarang kalau lihat buah berduri itu
langsung deh ngeces.
Dan tiba-tiba aku melihat
sosok laki-laki yang mendekati Tina, dia memberikan beberapa coklat dan ah
lagi-lagi aku kecolongan start. Sebenarnya perasaan macam apa ini? Dia sudah
punya kekasih dan aku pun juga, tapi saat melihat dia berdekatan dengan
laki-laki lain rasanya nggak rela. Hm.m...
Aku pun tak menyerah, dengan
segala cara aku mencari kontak ponsel Tina, setelah dapat nomornya, tanpa
basa-basi ku kirim pesan singkat kepadanya.
“Assalamu’alaikum Mbak. Ini
aku Arif adek kelasmu dulu.”
“Wa’alaikumusalam. Oh, Arif
yang ikut takbir keliling kemarin kan?” Isi balasan dari Tina yang membuat aku
semakin bersemangat membalsnya.
“Iya Mbak, aku juga yang
pernah ngasih bolu kukus dulu itu hlo Mbak.” Kataku yang mencoba
mengingatkannya.
“Oh iya aku ingat, gimana
kabarmu.” Balasnya lagi.
Saat senang seperti ini, aku
teringat akun facebook yang tak
gubris selama ini. Padahal berkat akun facebook
darinya lah aku mendapat beberapa informasi tentang Tina. Aku pun menerima
permintaan pertemanan Princes Tisya dan
mengirimnya pesan singkat, bagaimanapun juga dia teman dekat dari Tina, dan
teman satu kelurahanku.
Dan aku baru menyadari bahwa
Tisya juga pernah bersekolah di SD Bingkisan Negeri, tepatnya satu tahun di
atas Tina. Mungkin itulah yang menyebabkan Tina sering nongkrong di taman depan
kelas 6 selain karena laki-laki yang ku ketahui bernama Nugroho itu.
Setelah aku beranjak remaja
aku baru tahu kalau selembar kertas yang diberikan oleh Nugroho kepada Tina ada
beberapa kata yang membuat hati tina berbunga-bunga, bukan hanya sekedar
selembar kertas kosong seperti yang aku berikan dulu, ah betapa polos dan
bodohnya aku. Dan aku juga pernah mendengar bahwa Tina pernah bersitegang
dengan Tisya karena ulah usil Tisya yang menukar surat balasan dari Tina yang
isinya Aku juga suka sama kamu diubah
Tisya dan teman-temannya menjadi Aku
tidak suka denganmu. Hahaha well done
Tisya.
Karena merasa bersalah Tisya akhirnya
memberikan foto Tina kepada Nugroho, tapi karena inilah yang menyebabkan cinta
monyet antara keduanya harus kandas. Orang tua Nugroho menemukan foto Tina di
dalam tas anaknya, dan beliau beraksi dengan melaporkan kejadian ini ke Kepala
Sekolah. Haha kasian.
Beberapa hari kemudian,
dengan semangat 45 aku berangkat ke pengajian. Kupakai pakain terbaikku, apalagi
kalau bukan batik bergambar lambang club sepak bola favoritku. Aku sempat curi-curi
pandang ke arah Tina, dan sempat beberapa kali tertangkap basah oleh Tina dan
teman-temannya, ah memalukan sekali.
Setelah jam menunjukkan pukul
11.00 pengajianpun usai, aku lagi-lagi melihat ke arah Tina, padahal di
pengajian itu ada kekasihku, tapi entah mengapa mata ini selalu ingin melihat
ke arahnya, walaupun aku tahu kekasihku sedang melihatku. Dengan diam-diam aku
mengirim pesan singkat untuknya, yang isinya menawarkan bantuan mengantarnya
pulang.
Tina yang juga menyadari
posisinya, secara diam-diam meninggalkan tempat pengajian dan menungguku di suatu
tempat. Aku pun menyusul Tina, dan mengantarnya pulang. Di sepanjang perjalanan
kami menceritakan kisah-kisah lucu masa SD dulu, dan pastinya menanyakan tentang
kekasih hati. Dan saat dia menanyakan hal itu padaku, tiba-tiba aku merasa
bersalah kepada Ika, kekasihku. Aku mencampakannya dan memilih untuk mengantar
Tina pulang. Mungkin ini karena cinta pertama yang belum tersampaikan yang
membuat aku senekat ini. Tapi dalam sanubari terdalamku hanya ada Ika seorang,
yang selalu ada saat aku sedih dan gundah. Dan saat aku bahagia aku sering
melupakannya, ah teganya aku.
“Kamu baru kelas 1 SMA ya?”
“Walaupun masih muda jangan
pernah main-main sama yang namanya perasaan. Itu bahaya, apalagi bisa membuat
orang terluka.”
“Sekrang aku sudah semester
4, dan hubungan ku dengan Setya mengarah ke jenjang yang serius, dulu waktu aku
seumuran kamu, aku memiliki pola pikir yang berbeda dengan teman-temanku,
mereka memilih menikmati permainan cinta dengan bergonta ganti pasangan, tetapi
aku lebih memilih menjaga komitmen dengan Setya, dan Alhamdulillah langgeng
sampai sekarang.”
“Jadi jaga cintamu, jangan
sampai dia pergi meninggalkanmu.”
“Memang kita hanya sebatas
teman, tapi aku takut Ika mengartikan berbeda tentang kedekatan kita ini.” Kata
Tina yang memberi wejangan kepadaku.
“Iya Mbak, aku akan menjaga
cintaku kok. Dan akan berhati-hati dalam bergaul. Semoga hubungan pertemanan
ini akan langgeng ya Mbak.” Kataku yang berharap bisa menjadi teman Tina.
“Pasti.” Kata Tina.
Kenangan cinta pertama memang
membekas, tetapi goresan kenangan itu semakin lama semakin hilang dengan
hadirnya cinta terakhir yang membuat aku nyaman berada bersamanya, karena cinta
terakhir adalah bagian dari tubuhku, karena dialah yang telah mencuri tulang
rusukku, dan hanya kepadaku lah dia akan mengembalikan tulang itu dengan
menjadi pasangan hidupku, menjadi makmumku, dan melengkapi hidupku. Walaupun
usiaku masih 16 tahun, aku akan memikirkan masa depanku bersama Ika, seperti
halnya yang diajarkan Tina tentang kisah cintanya yang bertahan hingga saat
ini. Sekarang Tina adalah sahabatku, tempat aku bercerita dan Ika adalah
kekasihku tempat dimana hatiku bersandar.
***
Titis Tiyas Sari - @eentiis
Eeeeehhhh,,, anak kelas 1 SD, cowo,, udah mikir cewe,, ya ampun,, beratnya dunia.....
BalasHapusMenjaga cinta kah?? Memang gmn menjaga cinta yg benar??