One Week with Love
Hari ini ada hal aneh
yang terjadi di kampusku. Majalah dinding yang semula diabaikan, sekarang
menjadi sorotan. Terlihat banyak mahasiswa yang membaca pengumuman itu secara
bergantian. Entah itu pengumuman apa, hingga semua rela berdesak-desakan untuk
membacanya, mungkin pengumuman undian berhadiah kali ya.
Saking penasaran, aku
ikut larut bersama yang lainnya. Aku rela berdesak-desakan hanya untuk melihat
kertas merah muda yang tertempel di majalah dinding itu. Setelah tiba giliranku,
dengan rasa penasaran yang tinggi ku baca pengumuman itu. Oh, ternyata ada
event yang cukup terkenal di fakultasku.
Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) fakultas Ekonomi mengadakan acara yang cukup terkenal dan
menjadi sorotan mahasiswa. Apalagi kalau bukan One Week with Love. Acara yang
bertujuan untuk mencarikan pasangan salah satu anggota BEM yang akan
berulangtahun tetapi belum mempunyai pacar.
Acara ini cukup
terkenal di kalangan mahasiswa fakultas ekonomi, karena ada yang berhasil
menjadi pasangan kekasih setelah satu Minggu ngedate. Tetapi ada juga yang tak
berhasil menjadi pasangan kekasih, walaupun selama satu Minggu itu banyak
moment romantis yang dilewati bersama.
Syarat mengikuti acara
One Week with Love adalah peserta harus single dan belum menikah. Sedangkan
peraturannya, selama satu Minggu peserta dan pangeran cinta (sebutan anggota
BEM yang sedang mencari pasangan) harus menciptakan moment yang tak terlupakan.
Hari pertama sampai ketiga, acara ditentukan oleh panitia. Sedangkan hari ke
empat sampai ke tujuh, hak pribadi mereka berdua. Mereka bebas menentukan
tempat pertemuan yang akan menciptakan moment indah tak terlupakan itu.
Sedangkan tugas panitia adalah diam-diam mengikuti kegiatan mereka untuk
sekedar mengambil poto yang akan dipublikasikan pada puncak acara, yaitu malam
hari ke-7, dan malam itu adalah malam penentuan apakah mereka akan benar-benar
pacaran atau cukup satu Minggu saja.
Awalnya aku tak
tertarik untuk ikut acara itu, tetapi karena rasa penasaran yang belum
terjawab, akhirnya aku pun iseng daftar. Ternyata banyak mahasiswi yang
mendaftar ke acara tersebut, karena yang menjadi pangeran cinta adalah Haikal,
salah satu anggota BEM yang sekaligus atlet basket.
Persaingan pun sangat
ketat, dan sepertinya panitia bekerja keras untuk menyeleksi mahasiswi yang akan
ngedate bareng Haikal. Dan kabar mengejutkan pun datang, tiba-tiba aku jadi
bahan pembicaraan karena namaku, Jasmine terpampang di majalah dinding sebagai
mahasiswi yang beruntung. Yeah benar, aku terpilih menjadi peserta dalam acara
One Week with Love itu.
“Selamat Jasmine, kamu
berhasil menyingkirkan 65 calon peserta lainnya.” Kata kak Lukman, ketua BEM.
“Terimakasih, aku masih
nggak percaya, ternyata aku yang kepilih.” Kataku saat berada di ruang BEM.
“Tim sudah bekerja keras
untuk menyeleksi calon peserta, dan karena latar belakang dan prestasi mu yang
cukup baik, akhirnya kami memutuskan untuk memilih kamu menjadi peserta di acara
ini.” Jelas kak Lukman.
“Oh iya, ini silahkan
baca.” Kata kak Lukman yang memberikan beberapa lembar kertas kepadaku.
“Di situ sudah tertulis
jelas peraturan-peraturan di acara ini, so enjoy our program.” Kata kak Lukman.
Setelah selesai membaca
dan menandatangani peraturan-peraturannya, aku pun keluar dari ruang BEM dan
menuju ke parkiran. Rasanya kepilih jadi peserta One Week with Love itu???
Em.m, biasa aja sih, soalnya aku nggak tertarik buat jadi pacarnya Haikal. Aku
cuma iseng daftar, e malah lolos seleksi. Dari pada mubadzir mending ikutin
acara ini sampai selesai, kayaknya seru deh.
Hari ini adalah hari
pertama pertemuan kami, setelah pulang dan berganti baju, aku pun langsung
menuju ke cafe yang telah ditentukan panitia. Walaupun cuma iseng, tapi
sejujurnya ada rasa deg-degan saat akan bertemu dengan Haikal, rasanya tu, seperti
akan bertemu dengan sang kekasih.
Setelah sampai di cafe,
terlihat sosok laki-laki yang mengenakan kaos yang sama denganku. Ya iyalah
sama, orang kaosnya yang ngasih panitia. Lucunya lagi, gambar kaos kami jika
disatukan membentuk hati.
“Kak Haikal ya, kenalin
aku Jasmine peserta one week with love.” Kataku.
“Oh, Jasmine ya. Salam
kenal dari aku.” Kata kak Haikal yang menjabat tanganku.
“Duduk, Jas.” Kata kak
Haikal yang menyuruhku duduk.
“Kok Jas, sih? Emang
aku jas hujan?” Kataku yang mencoba untuk mencairkan suasana agar tak terlihat
kaku.
“Maunya dipanggil apa?
Kalau Jasmine kepanjangan. Masak aku panggil kamu Mine? Yang artinya milikku,
ini kan baru hari pertama, masak secepat ini kamu jadi milikku, hehehe.” Kata
kak Haikal yang sepertinya doyan humor.
“Hehe, Kak Haikal bisa
saja.” Kataku dengan tertawa ringan.
“Terserah deh panggil
apa, asal jangan Jas, nggak enak didengar.” Kataku.
“Em.m ku panggil siapa
ya? Asmi, gimana? Setuju nggak? Gabungan antara Jas dan Mine, hehe.” Kata kak
Haikal yang meminta persetujuanku.
“Oke, boleh juga. Terus
aku manggil kak Haikal dengan sebutan apa? Haikal itu juga panjang hlo. Em.m,
Kak Ikal gimana? Cocok sama rambutnya yang ikal. Heheh.” Kataku.
“Yah, itu juga boleh.
Mau minum apa Asmi?” Tanya kak Ikal.
“Jus Alpukat aja.”
Kataku.
“Ya udah aku sama. Jus
alpukat dua ya Mas.” Kata kak Ikal kepada pelayan.
“Kak Ikal suka jus
Alpukat juga?” Tanyaku.
“Nggak sih, nggak
terlalu suka.” Jawab kak Ikal.
“Kok pesennya jus
Alpukat?” Tanyaku penasaran.
“Biar kelihatan kompak
aja, kaos udah sama, minumannya pun juga harus sama. Ikut-ikut gaya pacaran
anak SMP gitu.” Kata kak Haikal dengan gaya alaynya.
“Hahaha, Kak Ikal
lucu.” Kataku yang tertawa melihat ekspresi bibir kak Ikal.
Satu jam pun telah
dilewati, dan kami pun harus berpisah karena menurut peraturan waktu pertemuan
kami hanya satu jam. Satu jam yang sangat berkualitas untuk saling mengenal
satu sama lain. Dan selama satu jam itu, kami sudah bisa saling beradaptasi.
Ternyata kak Ikal orangnya humoris dan selalu buat aku tertawa dengan gayanya
yang sering menirukan ekspresi pemain sinetron.
Hari kedua, sepulang
kuliah aku langsung menuju lapangan basket. Ternyata ada pertandingan basket,
dan kak Ikal juga ada di sana. Aku pun duduk dan melihat kak Ikal yang sedang
bertanding. Kak Ikal yang melihat kedatanganku pun sempat melambaikan tangan, yang
membuat teman-temannya bersorak menggoda kami.
Setelah pertandingan
selesai, aku pun mendekati kak Ikal untuk memberikan handuk dan minuman, yang
lagi-lagi itu skenario yang sudah ku tandatangani kemarin. Setelah kak Ikal
beristirahat, aku pun diajak bermain basket dengannya.
“Bisa main basket kan?”
Tanya kak Ikal.
“Kecil, kalau cuma
masukin bola ke ring aku bisa.” Kataku dengan lagak sok bisa.
“Coba buktiin, kalau
kamu bisa masukin bola ke ring, aku bakal ikutin yang kamu minta.” Kata kak
Ikal yang membuat peraturan sendiri.
“Oke siapa takut.”
Kataku yang kemudian masuk ke lapangan basket.
“Nie bisa kan?” Kataku
setelah memasukan bola ke ring basket.
“Hei, itu terlalu
mudah. Masukin bolanya tu, dari sini.” Kata kak Ikal yang menunjukan lokasi ia
berdiri.
“Curang banget. Itu
terlalu jauh, mana aku bisa.” Kata ku yang pesimis.
“Aku aja bisa, nieh.”
Kata kak Ikal yang berhasil memasukan bola.
“Hebat.” Kataku sambil
bertepuk tangan.
“Nih, ku kasih
kesempatan 3 bola. Kalau satu saja nggak ada yang masuk, kamu harus ikutin
perintahku.” Kata kak Ikal yang merevisi peraturannya sendiri.
“Peraturannya tadi
bukan kayak gini deh, hem.” Kataku.
“Yah gagal.” Kataku
setelah bola pertama gagal masuk.
“Hahahah.” Tawa kak
Ikal.
“Hei diam, suara tawamu
buat aku nggak bisa konsentrasi.” Kataku.
“Yah gagal lagi.”
Kataku sedih.
“Tinggal satu bola lagi
ni. Bentar-bentar.” Kataku yang meminta waktu untuk mendoakan bolanya.
“Hei, Asmi! Kamu doain
bolanya? Hahaha.” Tawa kak Ikal.
“Hore berhasil.”
Sorakku setelah bola berhasil masuk ke ring.
“Akhirnya masuk juga,
jadi bagaimana dengan janjimu?” Kataku yang melirik ke arah kak Ikal.
“Oke aku akan tepati
janjiku, jadi apa yang kau mau?” Tanya kak Ikal.
“Em.m besok bakal tahu
sendiri.”
“Ya udah, aku pulang
dulu ya, sampai ketemu besok.” Kataku.
Sudah dua hari ku lalui
bersama kak Ikal, tak lupa aku juga mengambil poto saat kami bersama, dan aku
pun mengupload poto kami ke twitter, dan banyak respon yang diberikan
teman-temanku, mereka menanyakan seberapa dekatkah kami, dan apakah akan
menjadi pasangan kekasih yang sesungguhnya atau tidak.
Hari ketiga, sesuai
dengan peraturan, kak Ikal harus melihat aku berlatih menari. Aku sudah
menekuni dunia tari sejak aku SD, tepatnya tari Jawa. Dan setiap hari Rabu, aku
harus berlatih, agar kemampuanku meningkat. Dan hari ini sepertinya jadi hari
spesial, karena kak Ikal akan melihat aku berlatih menari, dan pastinya aku
akan mengerjai dia, hahaha.
Untuk permulaan,
seperti biasanya aku dan teman-teman menarikan tari gambyong. Kak Ikal pun
seperti menikmati pertunjukan gratis ini, dia merekam saat aku dan teman-teman
sedang latihan.
“Jagan cuma duduk aja
dong, ayo ikut nari.” Kataku.
“Hloh, itu kan nggak
ada di skenario? Aku kan cuma disuruh nemenin kamu latihan.” Kata kak Ikal yang
sepertinya tak mau ku ajari menari.
“Ingat janjimu kemarin
nggak? Katanya kamu bakal nuruti yang ku mau, dan ini lah yang ku mau.” Kataku.
“Aku harus menari Jawa,
gitu?” Tanya kak Ikal yang sepertinya tak percaya.
“Yups betul, sini.”
Kataku yang menarik tangan kak Ikal.
“Buk, ada yang mau
belajar nari Jawa ni.” Kataku kepada pembimbing.
“Wah, pas banget.
Bentar lagi kamu akan menari di Candi Prambanan kan? Kenapa tidak latihan tari
Ramayana saja? Kamu yang jadi Shinta dan Haikal yang jadi Rama-nya.” Kata
pembimbingku.
“Hloh, kok jadi berdua?
Niatku mau ngerjain Kak Ikal, kok aku juga kena?” Kataku.
“Iya, kayaknya asik
juga kalau kalian nari Rama Shinta, iya nggak plend.” Kata temanku.
“Betul itu, tari Rama
Shinta kan tari yang temanya percintaan, pas banget buat kita.” Kata kak Ikal
dengan senyum yang terlihat meledek.
Dengan terpaksa, aku
harus menarikan tarian Ramayana bersama kak Ikal. Ya benar, tarian itu temanya
percintaan, dan ada bagian dimana kak Ikal berada dekat di sampingku, itulah
yang membuat jantungku mulai berdetak agak kencang.
Setelah selesai menari,
kami pun menuju ke kantin untuk sekedar menghilangkan rasa dahaga. Di sana kami
bertukar nomer handphone, dan alamat twitter, sebenarnya tidak ada di skenario,
tapi tak apalah itung-itung biar tambah deket sama kak Ikal, hehehe.
Dan hari ini adalah
hari ke-4. Itu artinya, hari ini dan 3 hari kedepan adalah milik kami. Tak
perlu lagi memikirkan tentang skenario yang telah kami sepakati, dan sepertinya
panitia tak lagi mengikuti kegiatan kami.
Dan kebetulan, hari ini
aku tak ada jadwal kuliah begitu juga dengan kak Ikal. Kak Ikal pun mengajakku
ke embung di daerah Selatan Yogyakarta. Disepanjang perjalanan, suasana
romantispun terbentuk dengan sendirinya. Karena jalan yang berliku, tanganku
pun memegang pinggang kak Ikal dengan eratnya. Sesampainya di embung, terlihat
pemandangan kolam yang berisi air, dan pohon-pohon hijau yang menambah kesan
asri di embung itu.
“Kak, potoin aku dong.”
Kataku dengan memberikan ponselku ke kak Ikal.
“Oke, satu, dua, tiga.”
Kata kak Ikal yang memberi aba-aba.
“Wow, hasilnya bagus
banget. Keindahan lokasi dan kecantikan modelnya bersatu padu sehingga menghasilkan
poto yang indah.” Kata kak Ikal dengan gaya alaynya.
“Sini coba lihat.”
Kataku yang meminta ponselku.
“Ih, Kak Ikal lebay
deh. Ini biasa saja, malah menurutku jelek. Nie lihat ada orang pacaran di
potoku.”
“Jangan-jangan, Kak
Ikal konsennya ke mereka bukan ke aku.” Kataku setelah melihat hasil jepretan
kak Ikal.
“Apa iya? Coba lihat!”
Kata kak Ikal yang melihat hasil jepretannya.
“Kayaknya aku memang
konsen ke mereka deh. Soalnya aku iri melihat mereka. Bagaimana kalau kita poto
bareng, dengan pose romantis? Biar orang iri sama kita. Hahah.” Kata kak Ikal.
Setelah menyiapkan
kamera dan peralatannya, kami pun mulai berpose bak pra wedding. Yang menjadi
favoritku adalah saat kita berpose dengan saling menatap, saat itu aku bisa
membaca apa yang ada di pikiran kak Ikal lewat tatapan matanya.
Setelah hari mulai
sore, kami pun memutuskan untuk pulang. Setelah sampai di rumah, dan
beristirahat sejenak, tiba-tiba aku ingat ada tugas yang belum keselesaikan dan
aku pun menghubungi kak Ikal, untuk membatalkan acara hari ke-5, dikarenakan
ada tugas kuliah.
Dan untuk mengganti
hari ke-5 yang terbuang sia-sia, kak Ikal meminta aku untuk ikut acara menanam
seribu pohon yang diadakan oleh BEM. Aku pun mengiyakan ajakan kak Ikal.
Sesampainya di sebuah
perkebunan, aku pun langsung mengambil bibit tanaman.
“Asmi, tanam di sini
aja.” Kata kak Ikal yang menunjukkan ke suatu tempat.
“Cie, pasangan OWWL
kali ini bikin ngiri aja.” Sindir salah satu teman kak Ikal.
Aku pun hanya tersenyum,
dan kemudian mendekat ke arah kak Ikal. Kami pun menanam pohon bersama, dan
kontak fisik pun tak dapat dihindarkan. Tangan halus kak Ikal pun memegang
tanganku, sehingga membuat orang-orang yang dari tadi memperhatikan kami bersorak
senang.
“Cie, Haikal sudah
sedekat itu dengan Jasmine.” Kata kak Lukman.
“Bakal lanjut pacaran,
atau berhenti di hari ke-7 nie.” Tambah yang lainnya.
“Hahaha, lihat saja
besok.” Kata kak Ikal.
Hari ke-6 pun terasa
cepat, dan tibalah hari ke-7. Itu berarti hari ini adalah hari ulang tahun kak
Ikal dan hari terakhir kita ngedate bareng. Aku pun sudah mempersiapkan kado
istimewa untuk kak Ikal.
“Kak Ikal, happy
birthday.” Kataku sesampainya di rumah makan.
“Makasih, Asmi. Mana
kadonya?” Kata kak Ikal.
“Yah, baru dateng udah
dimintai kado.”
“Ini buat kamu.” Kataku
yang menyodorkan sebuah kotak.
“Ini apa?” Tanya kak
Ikal setelah membuka kadonya.
“Pakaian basket, nggak
suka ya Kak?” Kataku.
“Bukan ini yang aku
mau.” Kata kak Ikal dengan raut muka yang kecewa.
“Lalu apa?” Tanyaku
penasaran.
“Hatimu.” Kata kak Ikal
yang membuat aku tertawa.
“Hahaha, masih sempat
gombal aja.” Kataku.
“Ini serius. Setelah 1
Minggu kita lewati bersama apakah tak ada getaran cinta di hatimu?”
“Sejujurnya, jantungku
berdetak lebih cepat saat kau berada di dekatku, dan perasaanku semakin kuat saat
kita berpose dengan saling menatap. Rasanya ada yang aneh di hati ini, dan aku
yakin ini cinta.” Kata kak Ikal yang menyatakan cintanya padaku.
“Bagaimana dengan kamu,
apakah kau merasakan hal yang sama denganku?”
“Jika aku bilang tidak,
munafik banget. Tetapi jika aku bilang ya, ini terlalu cepat.”
“Awalnya aku berpikir,
ini acara terlalu direkayasa banget, tetapi setelah hari ke empat dan sampai
hari ini aku merasakan aku tak berada di sebuah acara, tetapi aku merasa sedang
bersama kekasihku di sini.” Kataku.
“Jadi intinya, kamu
juga merasakan hal yang sama denganku.” Tanya kak Ikal.
“He.em, dan sebenarnya
aku sedih karena tahu hari ini hari ke-7, dan apakah kita masih bisa seromantis
ini setelah acara ini berakhir?” Tanyaku.
“Pasti, dari One Week
with Love bakal jadi Every Day with Love, aku janji! Jadi mulai hari ini, kita
beneran pacaran kan?” Tanya kak Ikal.
“Iya.” Jawabku dengan
tersenyum.
Malam pun tiba, aku
bersiap untuk menghadiri puncak acara One Week with Love yang diadakan di
sebuah cafe. Terlihat anggota BEM dan teman-temanku yang sepertinya penasaran
dengan kelanjutan kisahku dengan kak Ikal.
Setelah aku dan kak
Ikal tiba, acara pun dimulai. Tim panitia memutarkan poto-poto selama satu
minggu yang penuh cinta itu. Tak jarang mereka bersorak saat melihat poto kami.
“Jadi bagaimana Haikal
dan Jasmine, apakah kisah kalian berhenti dan akan menjadi kenangan satu Minggu
atau?” Tanya kak Lukman yang terpotong.
“Kami akan melanjutkan
kisah ini.” Kata kak Ikal dengan tegasnya.
“Wow, keren.” Kata teman-teman
sambil bertepuk tangan.
“Saya berterimakasih
kepada tim panitia, yang sudah bekerja ekstra membuat acara ini untukku. Dan
aku juga berterimakasih karena telah memilihkan Jasmine menjadi peserta di
acara ini.”
“Terimakasih juga untuk
Jasmine, yang telah membuat 1 Minggu ini terasa sangat indah. Dan sekarang aku
bisa memanggilmu dengan sebutan Mine, because now, you be mine.”
“Jasmine the same means
just mine.” Kata kak Ikal dengan memegang tanganku dan menatap ke arahku.
Just mine, hanya
milikku. Terdengar sangat romantis di telingaku, dan aku suka itu. Ternyata
pepatah jawa itu benar hlo, witing tresno jalaran soko kulino, heheh. Karena
sering bersama kak Ikal, benih cinta itu pun tumbuh dihatku . Kak Ikal, now and
forever you are mine.