Peta
Perjalanan Hidup Manusia
20.30; Masjid Al-Aqsha
Jumat 21 September 2018
Oleh Ustadz Fatih Karim
“Bagaimana
kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan
kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian
kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Qs. Al-Baqarah:28)
***
Ada sebuah jam tangan dijual
dengan angka yang fantastis, kisaran 1,6 milyard. Mahalnya harga karena jam itu
hanya ada satu di dunia, tidak ada
yang bisa menyamai desain dari jam tangan tersebut, apabila ada produsen yang
berhasil menirunya akan dibeli dengan 10 kali lipat dari harga jam tadi.
Itu baru ciptaan manusia yang dihargai sangat tinggi,
bagaimana dengan ciptaan Sang Maha Rahim yang menciptakan kita sebaik mungkin
apakah kita mencoba menghargainya?
Coba cek sidik jari kita,
masing-masing jari memiliki sidik jari yang berbeda, dan sidik jari kita dengan
pasangan kita tidak sama, bahkan sidik jari orang terdahulu yang sudah
meninggal tidak Allah ciptakan lagi, jadi intinya apa? Ya, kita ibarat jam tangan tadi, Allah
menciptakan kita berbeda dengan yang lain, limitid edition.
Kita istimewa, harga kita
melebihi 16 milyard karena kita ciptaan Allah, lantas jika kita berharga tak
selayaknya kita hidup biasa saja, kita harus memanfaatkan waktu dengan
sabaik-baiknya dan menjauhi dari perbuatan yang sia-sia apalagi yang mendekati
zina.
Walaupun kita istimewa, kita
harus sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, jangan lupa bahwa kampung
sesungguhnya adalah di surga. Hidup kita ini bagaikan perjalanan atau safar dan
kebanyakan orang jika melakukan perjalanan entah itu ke kampung halaman atau
liburan pasti hasratnya ingin segera
sampai di tempat tujuan, tetapi sayangnya tipu daya dunia membuat orang
terlena hingga lupa tujuan akhir yang
sesungguhya, ya kehidupan di
akhirat. “Wahai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat
itulah negeri yang kekal.” (Qs.
Gafir:39)
Seperti firman Allah Swt.
yang saya tulis di awal paragraf, itulah bukti setelah kita meninggal ada
kehidupan baru yang lebih lama dari pada di dunia. Sebelum kita dilahirkan di
dunia, kita ini hanya segumpal daging yang tak bernyawa, kemudian Allah Swt.
meniupkan ruh dan ketika sudah tiba saatnya ruh kita dicabut. Apa cukup sampai
disitu saja? TIDAK! Di alam kubur
kita menunggu waktu hari kiamat itu tiba, bayangkan betapa lamanya kita berada
di alam kubur? Hidup di dunia yang hanya sementara saja sering menggeluh jenuh bagaimana
dengan di alam kubur, yang hanya sendiri tak ada lagi keluarga, dan kawan
jangan sampai kita merasa jenuh di
alam kubur.
Bagaimana caranya agar kita tidak merasa jenuh di alam
kubur? Caranya adalah dengan mencari bekal ketika di dunia jangan menjadi orang merugi
seperti yang sudah dijelaskan Allah Swt. dalam Al-Qur’an Surat Al-Asr; jadilah
orang beriman, berbuat baik (perbanyak sedekah jariyah) dan saling menasehati
untuk kesabaran. Jadi jangan lagi mengeluh jenuh,
karena di dunia ini memanglah tempat dimana kita bersusah payah kalau mau
enak-enakan ya surga solusinya, jadi yuk mulai sekarang kumpulkan bekal akhirat
yang banyak agar kita merasakan nikmatnya surga yang Allah jadikan hadiah untuk
hamba-hambaNya yang bertakwa.
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan
mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imran:133)
Mari kita lanjutkan
mengenai arti surat Al-Baqarah ayat 28, setelah kita meninggal, Allah Swt.
menghidupkan kita kembali dan
mengumpulkan kita di padang Masyhar .
“Bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan kalian
di suatu tempat seperti berkumpulnya anak-anak panah di dalam wadahnya selama
50.000 tahun dan tidak menaruh kepedulian terhadap mereka?” (HR. Hakim dan Thabrani)
Setelah kita
dibangkitkan (dihidupkan lagi setelah meninggal) kemudian kita dikembalikan dan
tempat kembali ada dua, yaitu surga dan neraka . Jika setelah dilakukannya
perhitungan amal dan buku catatan amal itu diterima dengan tangan kanan
mereka bergembira, sebaliknya akan merasa
sedih ketika seseorang menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah
kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan
kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” Qs. Al-Insyiqaaq:7-9)
“Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari
sebelah kirinya, maka dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak
diberikan kitabku (ini). dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku.
Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku
sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang pula kekuasaanku
daripadaku.’” Qs.
Al-Haqqoh:25-29)
Secara logika, kita
merasakan nikmatnya surga atau na’udzubillah siksaan neraka layaknya sekarang
kita bisa merasakan kesegaran angin yang berhembus, atau sakitnya tertusuk
duri, ya karena kita dihidupkan kembali
, apakah pernah terpikir sekarang kita minum air nanah mendidih, yang mana tak
lain dan tak bukan itu adalah air minum yang ada di neraka (QS. An-Naba’:25).
Membayangkan saja sudah jijik apalagi meminumnya. (Ya Allah lindungilah kami
dari siksaan api neraka, aamiin).
Hal tak biasa pun
dilakukan Ustadz Fatih Karim, beliau awalnya ingin membeli nanah di salah satu
rumah sakit, nanah itu pun diberikan cuma-cuma oleh perawat, karena itu barang
jijik dan tak berguna. Ustadz Fatih Karim mencoba menuangkannya ke panci dan
merebusnya, seisi rumah langsung bau bangkai,
istri beliau pun tak kuasa menahan bau tersebut dan muntah.
Tak henti-hentinya
marilah kita berdoa agar terhindar dari siksaan api neraka (allahumma ajirni minannar), seketika air
mata ini terus menetes membayangkan siksaan neraka yang sangat pedih, dan
langsung saya teringat syair, wahai
Tuhan, ku tak layak ke surga Mu, namun tak pula aku sanggup ke Neraka Mu,
ampunkan dosaku terimalah taubatku, sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa
besar.
Jika sudah
mengingat kematian dan siksaan neraka, tak sepantasnya kita bisa bersantai di
dunia. Our time is limited dan jangan
main-main terhadap waktu, dia terus berjalan dan tak bisa mengulanginya walau
hanya sedetik.
Pesan Khalifah Umar
bin Khatab Ra.: “Letakan kehidupan dunia
itu dalam genggaman tangan nda, jangan letakkan dunia dalamhati anda.” Ya
ketika dunia diletakan di genggaman tangan, kita bisa dengan mudah
melepaskannya.
“Tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya
semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan,
maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat.” (HR. Muslim)
Terakhir, pesan
dari ustadz Fatih Karim, antara lain:
1.
Persembahkan ibadah terbaik.
“Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (Qs. Adz-Dzariyat: 56)
Yang awalnya ibadah setengah
hati, sekarang lakukan sepenuh hati; yang awalnya sedekah sesuka hati, sekarang
keluarkanlah setiap hari.
2.
Persembahkan prestasi terbaik
Hidup memang sementara, tapi
tak ada salahnya mengukir prestasi terbaik ketika masih di dunia, hingga suatu
saat jika kita sudah tiada orang lain tetap mengingat kita dengan prestasi yang
sudah kita torehkan selama di dunia
3.
Persembahkan kondisi akhir terbaik
Untuk menggapai kematian
yang khusnul khatimah, bisa kita rancang selagi masih hidup dengan cara
merutinkan ibadah atau kegiatan positif. Kita tidak tahu kapan malaikat maut
menjemput kita, dengan keteraturan waktu yang sudah tercipta insyaAllah kita
meninggal sesuai dengan kebiasaan kita di dunia, ketika melaksanakan ibadah
sunnah misalnya.
Sekian resume kali
ini semoga bermanfaat, jika ada benar datangnya dari Allah Swt. jika ada
kesalahan murni karena ketidaktahuan saya, maka dari itu mohon maaf yang
sebesar-besarnya.