SAHEER I
LOVE U
“Kikuk! Bangun!!” Teriakku.
“Entar kali Ntis, masih jam tuju
kan?” Katanya dengan mata yang masih tertutup.
“Hey, kuliah kita masuk jam
setengah delapan sedangkan mandimu setengah jam lebih, kita bisa terlambat!
Cepat bangun!” Teriakku dengan menggoncang tubuh Kikuk.
“Hari ini aku bolos kuliah aja,
badanku pegel semua ni!”
“Ya udah aku berangkat dulu!”
“Awas aja kalau nanti aku pulang
kamu masih tidur, gue guyur lo pakai uang recehan!” Acamku sambil berjalan
menuju pintu keluar kos.
“Tahu aja kalau aku lagi butuh
uang recehan.” Katanya yang meladeni omonganku.
“Hey, ni anak walaupun tidur
kalau denger uang masih aja nyaut!” Kataku yang kemudian menutup dan mengunci
pintu kos.
Kikuk adalah teman satu kos ku,
yang kebetulan satu jurusan
denganku. Nama aslinya sebenarnya
Kiki dan namaku Tisya tetapi
dipanggil Ntis. Gue panggil Kiki dengan sebutan Kikuk karena kebiasaannya yang nggak bisa bangun pagi, makanya aku
memanggilnya Kikuk, nggak nyambung ya?? Tapi agak nyambung kok! Kan dia nggak
bisa bangun pagi, nah dia usaha banget biar bisa bangun pagi dengan pasang
beberapa alarm yang bunyinya menyerupai ayam, makanya aku memangilnya Kikuk,
seperti suara ayam kan? Kikukruyuk, petok, petok.. :D. Dan dia memanggilku Ntis karena dulu
mantanku namanya Entong, jadi biar kelihatan cocok dia panggil aku Entis,
nyambung nggak? Nyambung kayaknya.
Asik banget deh kalau ngomongin
sobatku yang satu ini, selalu bikin ketawa dan bikin kesel juga. Masak satu
bulan lamanya, dia nggak makan? Maksudku, nggak ngeluarin uang buat makan, jadi
kalau makan ngrecohin jatahku. Yang biasanya aku habis dua paha ayam, sekarang
jadi satu setengah paha ayam, yups si Kiki nggak mau kalau ku kasih satu
sekaligus, katanya nggak enak sama aku, dan takut kalau aku jadi kekurangan
gizi??? Kayaknya itu sindiran deh, padahal berat badanku 65 kilogram dengan
tinggi 150 cm, bagaimana menurut kalian guys? Apakah gue bisa kekurangan gizi
karena kehilangan tiga paha ayam dalam sehari? Kirim jawaban kalian, dengan
format PAA[spasi]ya/tidak kirim ke 71715, kirim yang banyak ya biar bisa
menangin hadiah satu paha ayam beserta ayamnya??? #hloh.
Oh iya ngomongin tentang PPA,
Panah Asmara Arjuna, gue suka banget nonton tu acara, walaupun sebenarnya gue
nggak suka lihat Mahabarathanya soalnya tu acara sarat dengan perang, ya iyalah
sejak SMP gue tahu Mahabaratha itu identik dengan Barathayuda, dan gue nggak suka
kekerasan, tapi ada kejadian dimana gue harus melihat banyak sekali kekerasan dalam
sebuah tayangan. Ceritanya begini, gue diajak
abang lihat film di bioskop, mungkin abang gue tahu kalau adeknya yang manis
ini belum pernah lihat film di bioskop, dan abang gue pengertian banget, dia tahu selera film yang gue suka dan judulnya itu adalah the Raid Brandal
2, bayangkan saja pemirsa, bagaimana
enjoynya saya milihat film itu. Saking menikmatinya, jantung
gue berdetak kenceng banget, dan beberapa kali gue nelen ludah sambil pura-pura
bersihin kaca mata, ya intinya buat ngilangin ketegangan yang gue
alamin selama kurang lebih dua jaman, sumpah nyesek banget waktu itu!
Beda banget sama si Kiki, dia
suka banget sama film action seperti itu, katanya sih keren dan bisa nambah
ilmu bela diri. Tetapi walaupun dia suka film action, dia juga pencinta drama
romantis dari negeri Gingseng, yups drama Korea dan dia anti banget sama yang
berbau India.
“Ngekk.” Suara pintu kos yang
ku buka pelan-pelan.
Kebetulan banget hari ini
hanya ada 2 mata kuliah, jadi aku bisa pulang ke kos dengan cepat.
“Pagi, Ntis!” Sapa Kikuk yang
kali ini terlihat lebih cerah dan segar dari sebelumnya.
“Dah sadar kamu Kuk?” Kataku
pelan.
“Iya lah, happy banget aku hari ini, nggak nyangka
kemarin bisa lihat konser CN-Blue langsung.” Kata Kikuk dengan sumringahnya.
“Haha, senengnya cuma sehari
nyeseknya satu bulan.” Sindirku.
“Oh iya, makasih ya selama
satu bulan sudah mau berbagi lauk denganku.”
“Dan mulai sekarang aku nggak
akan ngrecohin kamu lagi, malah sekarang aku mau nraktir kamu.”
“Ayuk Ntis!” Ajak Kikuk
dengan menarik tubuhku yang sudah menyatu dengan kasur busa yang ketebalannya
sudah menyusut.
“Ah, males Kuk! Aku mau tidur
aja!”
“Jangan tidur dulu Ntis, aku
pengen bagi kebahagiaan sama kamu.”
“Em.m kalau begitu
tratktirannya besok aja deh, tapi jangan tidur dulu, aku pengen nunjukin
poto-poto kemarin.”
“Oke, mana fotonya.” Kataku
dengan mengangkat kepala agar posisi kepala lebih tinggi dari badan.
“Ini hlo, ntar gesernya ke
samping kanan!” Katanya yang seperti menganggapku gaptek.
Perlahan-lahan ku lihat poto
dari hp si Kikuk, dan saking seriusnya posisi tubuhku ku ubah, sekarang menjadi
duduk bersila dengan mata yang masih menatap ke layar Hpnya.
“Gimana seru kan kemarin?”
Tanyanya penasaran.
“Ini mana yang namanya Min,
Min siapa?”
“Minhyuk maksudmu?”
“Yups si Minhyuk, mana? Kok
ini poto isinya penonton semua. Bawa lampu warna biru lagi.” Kataku dengan
bingungnya.
“Andai gue beli tiket VIP,
pasti gue bisa foto sama pacarku itu. Tapi dengan uang lima ratus ribu yang gue
kumpulin satu bulan itu, gue dapat tiket kelas 2.”
“Jadi ya itu yang bisa aku
foto.” Katanya dengan sedih.
“Eh, walaupun nggak bisa foto
sama pacarku, tapi aku seneng banget bisa lihat dia dengan mata kepalaku
sendiri, tanpa perantara layar kaca!” Mood Kikuk pun berubah, dari yang awalnya
sedih mendadak menjadi happy, dasar
labil.
Aku pun mengambil handphone
yang dari tadi belum ku keluarkan dari tas. Dan ku buka galery ku dan ku
tunjukan kepada Kikuk.
“Apaan ini Ntis.” Tanyanya
bingung.
“Itu Shaheer Sheikh.” Kataku
dengan senangnya.
“Nih. Ngapain kamu tunjukan
ke aku.” Kata Kikuk dengan mengembalikan Hpku.
“Itu asli dari kamera Hp ku
hlo! Dengan biaya hanya dua ratus ribu rupiah, gue bisa sedekat itu dengan
Arjunaku.” Kataku dengan bangganya.
“Masak sih? Gue nggak
percaya.” Katanya yang kemudian mengambil Hp ku lagi.
“Asli hlo! Tanpa pemanis
buatan!”
“Bahkan aku bisa bersalaman
dengan tokoh pandawa lima lainnya. Nggak ada jarak deh antara artis dan
penontonnya.” Kataku dengan santainya.
“Andai tiket K-Pop harganya
semurah harga tiket Mahabaratha Show.” Kata Kikuk dengan wajah yang nampak
kecewa.
Setelah
hari itu, dimana aku tunjukan poto Saheer yang tampak manis di hand phone ku, perlahan
tapi pasti Kiki mulai terpesona dengan pemeran Arjuna itu. Aku tahu walaupun
mulutnya selalu keluar nama-nama yang sulit untuk diucapkan dan asing untuk didengar
apa lagi kalau bukan nama artis-artis Korea, tapi aku yakin dalam hati dan
pikirannya selalu ada nama Saheer.
Kenapa aku bisa menyimpulkan
seperti itu? Karena aku sudah lama mengamati glagat mencurigakan dari si Kiki,
contohnya malam itu, seperti biasanya setelah jam menunjukkan pukul delapan
remote tv selalu ku kuasai, dan anehnya si Kiki tak memberontak dia malah asik
ikut nonton denganku. Tak tampak raut kesal di wajahnya, tetapi dia malah asik
dan khusyuk melihat Navya, lebih
khusyuk dariku. Sambil lihat tv aku mengerjakan tugas kuliah yang belum
kuselesaikan, berbeda dengan si Kiki. Mata dan perhatiannya tak lepas dari televisi.
Biasanya jam-jam segitu, si Kiki
muter lagu Korea dengan sangat keras, apa ya judulnya? Aku nggak terlalu ingat
tapi ada sedikit lirik Inggrisnya, gini liriknya sorry, sorry, sorry terusannya aku nggak hafal. Lagu dari Super
Junior kan? Judulnya Sorry-sorry? Bener kan? Pinter juga si Kiki, dia
mengganggu konsentrasiku saat melihat Navya,
dan lagunya pas banget soal minta maaf, jadi aku nggak bisa marah dengannya,
haha ngasal banget ya aku padahal aku nggak ngerti arti dari lagunya, yang ku
tahu cuma arti sorry sorry :D.
Sebenarnya nggak cuma si Kiki
yang jadi korban demam India, aku pun begitu. Karena Kiki mengenalkanku dengan
artis-artis dan drama Korea favoritnya, aku jadi kepincut sama drama Korea.
Layaknya siombiosis yang saling menguntungkan, Kiki jadi suka India dan aku
jadi tertarik dengan Korea.
Dia menunjukan beberapa photo
idolanya itu kepadaku. Ada Minhyuk, Lee Min Ho, dan masih banyak lagi (aku
nggak bisa mengingat nama-nama mereka, susah!). Dan aku di beri PR untuk
melihat drama Korea dengan judul The
Heirs, aku harus menyelesaikannya dalam waktu satu Minggu, katanya sih nggak bakal
nyesel kalau lihat itu drama, karena ceritanya Sweet banget.
“Ntis, ntar perangnya yang menang
siapa? Pandawa atau Kurawa?” Tanya Kiki di suatu malam saat ia tengah asik
melihat Mahabaratha.
“Astaga! Nilai Bahasa Jawamu
berapa sih?”
“Pandawa lah yang menang!”
Jawabku dengan sedikit kesal.
“Ih, si Ntis! Aku kan dari Riau,
bukan dari Jawa!” Katanya.
“Oh, iya lupa aku!”
“Terus si Karna nanti mati nggak
Ntis? Kasihan ya dia, harus berperang melawan adik-adiknya?” Tanyanya lagi.
“Iya nanti dia mati di tangan
Arjuna.”
“Sedih deh aku, kenapa dia harus
mati? Tapi tak apalah, yang penting Arjuna nggak mati.” Ini anak demam Indianya sudah melampaui batas normal!
“Terus Duryudana gimana? Siapa
yang membunuh dia?”
“Ah! Jangan banyak tanya! Lihat
aja tanyangan Mahabarathanya sampai tamat, nanti kamu juga akan tahu sendiri!”
Kataku dengan sedikit membentak.
“Iya, ya. Maaf.”
“Habisnya aku penasaran banget.”
Katanya.
Suasanapun jadi tenang, Kiki asik
nonton Mahabaratha dan aku asik sendiri di depan laptop, apalagi kalau bukan lihat the heirs. Tetapi
tiba-tiba aku diserang virus kantuk dan alhasil aku tertidur
di depan laptop. Kiki tak berani membangunkannku, mungkin karena aku tadi
membentak dia, jadi dia mengira aku sedang marah.
Lama-kelamaan badanku terasa
pegal dan sakit, dengan kesadaran yang minim ku coba untuk bangun dan
membaringkan badanku di atas kasur busa, tak lupa ku lihat jam dinding yang
berada persis di depanku.
Oh, jam sebelas.
Selain melihat jam dinding,
bola mataku pun bergerak ke kanan. Terlihat cahaya yang berganti-ganti
warnanya, kadang merah kadang kuning atau biru, ku pikir itu aurora tapi tak mungkinlah, masak aurora ada di daerah khatulistiwa!
Setelah ku perhatikan dengan
saksama, ternyata cahaya itu dari televisi yang di lihat Kiki.
Ya ampun Kikuk, jam segini masih lihat TV.
Perlahan kelopak mataku
menutup dengan sendirinya, ku nikmati saat-saat perpindahan dari alam nyata ke
alam mimpi, begitu tenang dan damai walau ada suara yang menggangu
konsentrasiku.
“Ih ya ampun, Ayu Tingting
beruntung banget bisa deket sama Saheer. Bikin ngiri aja!”
“Ya, yah... Kok acara graha
PAA udah kelar, kurang lama!”
“Ya udah lah, tidur aja.”
Kata Kikuk yang kemudian menyusulku tidur.
“Ntis? Kok pindah? Bukannya tadi
tidur di depan laptop? Wah nggak jadi tidur dengan bebas dong aku malam ini.”
“Awas aja kalau kakimu
kemana-mana, kalau aku sampai jatuh dari kasur gue jitak Lo!”
“Ntis, dah tidur ya? Haloo?”
Kata yang keluar dari mulut Kikuk tak ku gubris sama sekali walaupun aku masih bisa mendengarnya.
“Kukuruyuk!!!!” Suara alarm
hp Kikuk.
“Kuk, alaram.mu patenono!”
Ucapku refleks.
“Ah, Kikuk!” Aku pun
terbangun dan mencoba mematikan alarm yang dipasang Kikuk.
“Kukuruyuk!” Terdengar suara
ayam di alarm yang lain, dan Kikuk masih saja molor.Karena kesal, ku ambil alarm itu dan ku
tempatkan persis di atas telinga Kikuk.
“Iya Saheer aku di sini!”
Teriaknya karena kaget!
“Hahah, Kikuk kamu mimpi apa?”
“Mimpi ngedate bareng Saheer?
Haha.” Aku masih saja tertawa mendengar respon dari Kikuk.
“Ah, resek banget kamu! Lagi
enak-enaknya mimpiin Saheer, e kamu bangunin!” Katanya dengan memanyunkan
bibir.
“Salah siapa ayammu berbunyi
terus!”
“Besok-besok lagi beli alarm
yang bunyinya, Saheer I Love You, mungkin
kamu langsung bangun begitu mendengar nama Saheer, jadi nggak perlu ada itu,
itu dan itu.” Kataku dengan menahan tawa sambil menunjukan koleksi jam alarm
yang ia punya.
“Ide bagus!” Katanya yang
kemudian beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.
“Hloh Kuk, aku dulu yang
mandi! Mandimu kan lama!” Teriakku.
“Bodo amat!” Balasnya.
“Yah, dapat jatah ngunci
kamar kos!” Kataku setelah keluar dari kamar mandi dan melihat Kikuk sudah
berangkat.
Tak berapa lama setelah Kikuk
berangkat, aku pun menyusulnya dan akhirnya kami tiba di kampus secara
bersamaan. Tak banyak percakapan diantara kami, karena setelah tiba di kampus, pak
dosen pun terlihat berjalan menuju kelas, aku dan Kikuk pun cepat-cepat masuk
dan duduk di kursi.
“Pagi anak-anak!” Sapa pak dosen.
“Pagi Pak.” Balas aku dan
yang lainnya.
Setelah memberi salam dan
sedikit candaan kepada kami, beliau langsung menerangkan materi perpajakan.
Dengan serius aku pun memperhatikan beliau, dan beliau dengan seriusnya juga
menerangkan poin-poin penting tentang perpajakaan.
Tiba-tiba konsentrasiku buyar
saat HP yang ku bawa di saku bergetar. Aku pun menghiraukannya, dan akhirnya
getaran itu berhenti tetapi getaran itu mucul lagi, dan itu terjadi
berulangkali kalau tidak salah sekitar lima kali. Ah benar-benar mengganggu!
Aku pun mengeluarkan Samsung Ace Duos dari sakuku, dan begitu
kagetnya aku saat melihat wallpaper
hpku adalah potonya Saheer.
Bukannya tadi malam setelah lihat the heirs wallpaperku, ku
ganti Lee Min Ho ya, kenapa sekarang balik lagi ke Saheer lagi?
Oh, pasti ketuker sama Hpnya Kikuk.
Yups, Hp kami sama merk, tipe
dan boddy. Ya intinya sama lah, malu aku untuk mengakuinya, pasaran banget ni
Hp! Kami tidak membelinya di sebuah toko Hp yang lagi promo beli satu gratis
satu hlo ya! Tapi secara tidak sengaja, Kikuk membeli Hp yang sama persis
dengan Hpku.
“Stt.”
“Stt... Kikuk!” Sapaku pelan.
“Ya ada apa?” Dia pun membalas
sapaanku dengan pelan.
“Hp mu ketuker sama Hpku.” Aku
pun memberi kode kepada Kikuk dengan menujukkan Hp yang ku bawa.
“Ni Hp mu, sumpah ganggu
banget!” Kataku seusai mata kuliah perpajakan usai.
“Pantesan aja ada yang
kurang, kok Aak nggak telfon atau sms aku, eh ternyata yang ku bawa itu Hp mu.”
“Sumpah Hp mu sepi banget!”
Ejeknya.
“Ya, nggak papalah sepi yang
penting aku hepy.” Kataku yang mencoba menghibur diri.
Hari berganti hari, dan
liburan semesterpun akan datang, yeah saat-saat yang ditunggu mahasiswa
perantauan untuk kembali ke tanah kampungnya.
“Ntis, sebelum aku pulang ke
Riau, aku mau melunasi hutangku ke kamu.” Kata Kikuk.
“Hutang apa?”
“Kamu nggak punya hutang?”
“Kan aku janji mau tratkir
kamu gimana sih?” Katanya.
“Oh iya, oke siap, kapan?”
“Di tempat yang mahal ya.”
Kataku.
“Beres!”
“Tapi aku ngajak Bagus ya,
pacarku!”
“Sekalian ku kenalin ke kamu.”
Katanya dengan semangat.
“Terus kamu pacaran gitu,
terus aku gimana?”
“Nggak lah, pacaran nggak
bikin kenyang, kita kan mau makan!”
“Kalau kamu nggak nyaman,
kamu ngajak Entong juga aja, kan jadinya double
date.” Lagi-lagi Kikuk mengejekku.
“Ih, jangan manyun gitu dong
Ntis, jelek tahu! Jangan nangis juga!”
“Apa perlu aku nyanyiin biar
kamu nggak sedih?”
“Mengapa engkau waktu itu
putuskan cintaku, dan saat ini engkau selalu ingin bertemu, dan mengulang jalin
cinta. Mau dikata kan apalagi, kita tak akan pernah satu, engkau di sana aku di
sini meski hatiku memilihmu.”
“Cukup! Suaramu nggak enak di
dengar!” Kataku yang membuat Kikuk berhenti bernyanyi.
Hari yang kutunggu pun tiba,
yups hari ini dapat makan gratis dari si bawel Kikuk. Lumayan lah bisa menghemat
uang sakuku, jadi sisa uang sakuku bisa kugunakan untuk liburan minggu depan,
asek asek josh.
Sudah tiga hari lamanya, aku
memilih untuk pulang ke Klaten dan menyerahkan kos beserta isinya ke Kikuk,
niat baik ku pasti dicatat sama yang Di Atas. Aku ingin Kikuk merasakan
bebasnya tidur di kasur sebelum dia pulang ke Riau, aku ingin dia membawa
cerita tentang kebaikanku selama ini ke keluarganya, haha. Nggak ikhlas banget
niat gue :D.
“Maaf terlambat, soalnya kena
lampu merah terus.” Kataku sesampainya di sebuah cafe di daerah Jogja.
“Iya nggak papa.”
“Oh iya, kenalin. Ntis ini
Bagus, Bagus ini Ntis, eh maksudku Tisya.” Kata Kikuk yang memperkenalkan aku
dengan Bagus.
“Senang berkenalan denganmu.”
Kataku yang menirukan gaya berbicara orang Korea kalau bertemu dengan orang
baru.
“Hahahah, nggak usah sok
sopan lah Ntis! Nggak pantas.” Kata Kikuk.
“Wah, Kuk pacarmu gagah juga
ya.” Aku pun mengeluarkan watak asliku yang selalu ngomong ceplas-ceplos.
“Iya dong.” Katanya dengan
sombong.
“Sahabatmu manis juga ya Ki.”
Kata Bagus.
“Nggak!”
“Lebih manis aku!” Ucap Kikuk
yang membuatku menahan tawa karena melihat ekspresi cemburu dari raut wajahnya.
Tak berapa lama pesanan Kikuk
pesan pun datang. Yuhuy, steak daging kerbau favoritku dan minumannya favoritku
juga, jus buah Rambutan hem.m nyumy. Tanpa dipersilahkan sang penraktir, aku pun
langsung menyatapnya sambil melihat mereka berdua yang sedang berbicara panjang
kali tinggi.
Katanya pacaran nggak bikin kenyang, eh ini orang kok
malah nyuekin steak daging Onta yang sudah ada di depan mereka, parah banget!
Ah, cari ide dulu, biar bisa nyuri makanan mereka tanpa
ketahuan.
“Ini siapa? Kenapa dia
menghubungi mu terus.” Kata Bagus kepada Kikuk yang membuyarkan konsentrasiku.
“My Sha itu siapa? Selingkuhanmu?”
Tanya Bagus lagi, yang kali ini membuatku mengurungkan niat untuk mencuri
makanan mereka.
Tampak raut tenang di wajah
Kikuk, sebenarnya apa yang ada di pikiran Kikuk, hingga dia berani mendua
dengan mudahnya, namun kita terbelenggu dalam ikatan tanpa cinta #hloh.
“Coba lihat Hp mu.” Kata
Kikuk dengan tenangnya.
Dengan cepat dia menulis
sebuah nomor dan kemudian menghubunginya. Hp yang di bawa Baguspun tampak
bergetar dan menunjukkan nama My Sha.
“Dah tahu kan My Sha itu
siapa?”
“Oh, tapi kenapa kamu menamai
kontakku dengan My Sha, kenapa bukan My Hubby?” Tanyanya.
“My Sha itu singkatan dari My
Shaheer.” Jawab Kikuk yang membuat aku tercengang, haha dasar Kikuk korban
Mahabaratha banget.
“Oh, Arjuna itu ya. Emang wajahku
mirip ya sama Shaheer?.” Tanyaya lagi.
“Aduh, ini acara apa sih
kawan-kawan! Kalian pikir di sini hanya ada kalian berdua? Ada aku hey!!!!!”
“Jangan bikin aku ill feel
sama kalian deh. Ini kan acara makan-makan, bukan romantis-romantisan.” Kataku
jengkel.
“Maaf ya Say, temanku yang
satu ini sudah lama nggak di romantisin sama cowok, jadi agak sensi kalau lihat
orang pacaran.” Kata Kikuk yang kemudian mengambil pisau dan garpunya.
“Oh, ya udah silahkan
pacaran, aku pergi saja kalau begitu!” Ancamku.
“Jangan!”
“Aku kan cuma bercanda.” Kata
Kikuk.
“Cepet makannya, makananku
dah habis, e kalian baru mulai makan.” Kataku.
Dengan perlahan, Kikuk
memotong dan memakan steak daging onta sambil melihat Hp milik Bagus, dan saat
potongan pertama hampir menyentuh mulut Kikuk, tiba-tiba Kikuk meletakan
garpunya dan menyodorkan Hp itu ke Bagus.
“Dan kenapa kontakku namanya
Ayu?”
“Siapa Ayu? Mantan kamu?”
“Aku nggak mau kamu samain
dengan mantanmu! Aku nggak suka!” Kata Kikuk dengan marah.
“Hahahaha.” Tawa Bagus.
“Ayu yang kamu maksud itu
bukan mantanku! Tapi Ayu Tingting idolaku.” Kata Bagus yang membuat Kikuk bisa
tersenyum.
“Jadi bukan nama mantanmu?”
Tanya Kikuk sekali lagi.
“Bukan lah! Kamu kan tahu
sendiri kalau aku ngefans banget sama Ayu Tingting. Jadi aku bayangin aja kamu
tu Ayu Tingting, walaupun sebenarnya lebih cantikan kamu.” Kata Bagus yang membuatku
ingin muntah.
Kikuk pun nampak tersenyum
malu dan Bagus nampak senang melihat Ayu tersenyum, eh maaf salah maksudku
Kikuk. Mereka seperti anak kecil, tak peduli berapa umur mereka sekarang,
sedang berada dimana sekarang, adakah orang yang melihat mereka, mereka tak
mempedulikannya, yang mereka pedulikan hanyalah perasaan. Perasaan bahagia
karena sedang dimabuk cinta.
“Saheer Sheikh.” Sapa Kikuk
dengan melihat ke arah Bagus.
“Ayu Tingting,” Jawab Bagus.
“Saheer,”
“Ayu,”
“Sheikh,”
“Tingting,”
“Saheer, i love you.” Kata
Kikuk dengan memegang tangan Bagus.
“I love you to, Ayu.” Balas
Bagus.
“Astagfirullah, drama apa
lagi ini.” Kataku yang mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
“Oke, kalau begitu aku
pulang.” Kataku.
“Pulang saja!” Kata Kikuk
Oh my God, ku kira aku akan
ditahan Kikuk untuk yang kedua kalinya, ternyata eh ternyata dia membiarkanku
pergi begitu saja. Ya memang sebaiknya aku pergi dari sini secepatnya, sebelum
aku benar-benar muntah karena melihat aksi mereka.
Oh Saheer, pesonamu sangat
luar biasa. Kau harus bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi ini, semua
ini karena pesonamu! Please Saheer, kurangi pesonanmu, dan jangan banyak
senyum, karena itu hanya akan membuat hatiku tak karuan. Oh Saheer I Love You
:*