Rabu, 03 Desember 2014

Shaheer I Love U


SAHEER I LOVE U


“Kikuk! Bangun!!” Teriakku.
“Entar kali Ntis, masih jam tuju kan?” Katanya dengan mata yang masih tertutup.
“Hey, kuliah kita masuk jam setengah delapan sedangkan mandimu setengah jam lebih, kita bisa terlambat! Cepat bangun!” Teriakku dengan menggoncang tubuh Kikuk.
“Hari ini aku bolos kuliah aja, badanku pegel semua ni!”
“Ya udah aku berangkat dulu!”
“Awas aja kalau nanti aku pulang kamu masih tidur, gue guyur lo pakai uang recehan!” Acamku sambil berjalan menuju pintu keluar kos.
“Tahu aja kalau aku lagi butuh uang recehan.” Katanya yang meladeni omonganku.
“Hey, ni anak walaupun tidur kalau denger uang masih aja nyaut!” Kataku yang kemudian menutup dan mengunci pintu kos.
Kikuk adalah teman satu kos ku, yang kebetulan satu jurusan denganku. Nama aslinya sebenarnya Kiki dan namaku Tisya tetapi dipanggil Ntis. Gue panggil Kiki dengan sebutan Kikuk karena kebiasaannya yang nggak bisa bangun pagi, makanya aku memanggilnya Kikuk, nggak nyambung ya?? Tapi agak nyambung kok! Kan dia nggak bisa bangun pagi, nah dia usaha banget biar bisa bangun pagi dengan pasang beberapa alarm yang bunyinya menyerupai ayam, makanya aku memangilnya Kikuk, seperti suara ayam kan? Kikukruyuk, petok, petok.. :D. Dan dia memanggilku Ntis karena dulu mantanku namanya Entong, jadi biar kelihatan cocok dia panggil aku Entis, nyambung nggak? Nyambung kayaknya.
Asik banget deh kalau ngomongin sobatku yang satu ini, selalu bikin ketawa dan bikin kesel juga. Masak satu bulan lamanya, dia nggak makan? Maksudku, nggak ngeluarin uang buat makan, jadi kalau makan ngrecohin jatahku. Yang biasanya aku habis dua paha ayam, sekarang jadi satu setengah paha ayam, yups si Kiki nggak mau kalau ku kasih satu sekaligus, katanya nggak enak sama aku, dan takut kalau aku jadi kekurangan gizi??? Kayaknya itu sindiran deh, padahal berat badanku 65 kilogram dengan tinggi 150 cm, bagaimana menurut kalian guys? Apakah gue bisa kekurangan gizi karena kehilangan tiga paha ayam dalam sehari? Kirim jawaban kalian, dengan format PAA[spasi]ya/tidak kirim ke 71715, kirim yang banyak ya biar bisa menangin hadiah satu paha ayam beserta ayamnya??? #hloh.
Oh iya ngomongin tentang PPA, Panah Asmara Arjuna, gue suka banget nonton tu acara, walaupun sebenarnya gue nggak suka lihat Mahabarathanya soalnya tu acara sarat dengan perang, ya iyalah sejak SMP gue tahu Mahabaratha itu identik dengan Barathayuda, dan gue nggak suka kekerasan, tapi ada kejadian dimana gue harus melihat banyak sekali kekerasan dalam sebuah tayangan. Ceritanya begini, gue diajak abang lihat film di bioskop, mungkin abang gue tahu kalau adeknya yang manis ini belum pernah lihat film di bioskop, dan abang gue pengertian banget, dia tahu selera film yang gue suka dan judulnya itu adalah the Raid Brandal 2, bayangkan saja pemirsa, bagaimana enjoynya saya milihat film itu. Saking menikmatinya, jantung gue berdetak kenceng banget, dan beberapa kali gue nelen ludah sambil pura-pura bersihin kaca mata, ya intinya buat ngilangin ketegangan yang gue alamin selama kurang lebih dua jaman, sumpah nyesek banget waktu itu!
Beda banget sama si Kiki, dia suka banget sama film action seperti itu, katanya sih keren dan bisa nambah ilmu bela diri. Tetapi walaupun dia suka film action, dia juga pencinta drama romantis dari negeri Gingseng, yups drama Korea dan dia anti banget sama yang berbau India.
“Ngekk.” Suara pintu kos yang ku buka pelan-pelan.
Kebetulan banget hari ini hanya ada 2 mata kuliah, jadi aku bisa pulang ke kos dengan cepat.
“Pagi, Ntis!” Sapa Kikuk yang kali ini terlihat lebih cerah dan segar dari sebelumnya.
“Dah sadar kamu Kuk?” Kataku pelan.
“Iya lah, happy banget aku hari ini, nggak nyangka kemarin bisa lihat konser CN-Blue langsung.” Kata Kikuk dengan sumringahnya.
“Haha, senengnya cuma sehari nyeseknya satu bulan.” Sindirku.
“Oh iya, makasih ya selama satu bulan sudah mau berbagi lauk denganku.”
“Dan mulai sekarang aku nggak akan ngrecohin kamu lagi, malah sekarang aku mau nraktir kamu.”
“Ayuk Ntis!” Ajak Kikuk dengan menarik tubuhku yang sudah menyatu dengan kasur busa yang ketebalannya sudah menyusut.
“Ah, males Kuk! Aku mau tidur aja!”
“Jangan tidur dulu Ntis, aku pengen bagi kebahagiaan sama kamu.”
“Em.m kalau begitu tratktirannya besok aja deh, tapi jangan tidur dulu, aku pengen nunjukin poto-poto kemarin.”
“Oke, mana fotonya.” Kataku dengan mengangkat kepala agar posisi kepala lebih tinggi dari badan.
“Ini hlo, ntar gesernya ke samping kanan!” Katanya yang seperti menganggapku gaptek.
Perlahan-lahan ku lihat poto dari hp si Kikuk, dan saking seriusnya posisi tubuhku ku ubah, sekarang menjadi duduk bersila dengan mata yang masih menatap ke layar Hpnya.
“Gimana seru kan kemarin?” Tanyanya penasaran.
“Ini mana yang namanya Min, Min siapa?”
“Minhyuk maksudmu?”
“Yups si Minhyuk, mana? Kok ini poto isinya penonton semua. Bawa lampu warna biru lagi.” Kataku dengan bingungnya.
“Andai gue beli tiket VIP, pasti gue bisa foto sama pacarku itu. Tapi dengan uang lima ratus ribu yang gue kumpulin satu bulan itu, gue dapat tiket kelas 2.”
“Jadi ya itu yang bisa aku foto.” Katanya dengan sedih.
“Eh, walaupun nggak bisa foto sama pacarku, tapi aku seneng banget bisa lihat dia dengan mata kepalaku sendiri, tanpa perantara layar kaca!” Mood Kikuk pun berubah, dari yang awalnya sedih mendadak menjadi happy, dasar labil.
Aku pun mengambil handphone yang dari tadi belum ku keluarkan dari tas. Dan ku buka galery ku dan ku tunjukan kepada Kikuk.
“Apaan ini Ntis.” Tanyanya bingung.
“Itu Shaheer Sheikh.” Kataku dengan senangnya.
“Nih. Ngapain kamu tunjukan ke aku.” Kata Kikuk dengan mengembalikan Hpku.
“Itu asli dari kamera Hp ku hlo! Dengan biaya hanya dua ratus ribu rupiah, gue bisa sedekat itu dengan Arjunaku.” Kataku dengan bangganya.
“Masak sih? Gue nggak percaya.” Katanya yang kemudian mengambil Hp ku lagi.
“Asli hlo! Tanpa pemanis buatan!”
“Bahkan aku bisa bersalaman dengan tokoh pandawa lima lainnya. Nggak ada jarak deh antara artis dan penontonnya.” Kataku dengan santainya.
“Andai tiket K-Pop harganya semurah harga tiket Mahabaratha Show.” Kata Kikuk dengan wajah yang nampak kecewa.
  Setelah hari itu, dimana aku tunjukan poto Saheer yang tampak manis di hand phone ku, perlahan tapi pasti Kiki mulai terpesona dengan pemeran Arjuna itu. Aku tahu walaupun mulutnya selalu keluar nama-nama yang sulit untuk diucapkan dan asing untuk didengar apa lagi kalau bukan nama artis-artis Korea, tapi aku yakin dalam hati dan pikirannya selalu ada nama Saheer.
Kenapa aku bisa menyimpulkan seperti itu? Karena aku sudah lama mengamati glagat mencurigakan dari si Kiki, contohnya malam itu, seperti biasanya setelah jam menunjukkan pukul delapan remote tv selalu ku kuasai, dan anehnya si Kiki tak memberontak dia malah asik ikut nonton denganku. Tak tampak raut kesal di wajahnya, tetapi dia malah asik dan khusyuk melihat Navya, lebih khusyuk dariku. Sambil lihat tv aku mengerjakan tugas kuliah yang belum kuselesaikan, berbeda dengan si Kiki. Mata dan perhatiannya tak lepas dari televisi.
Biasanya jam-jam segitu, si Kiki muter lagu Korea dengan sangat keras, apa ya judulnya? Aku nggak terlalu ingat tapi ada sedikit lirik Inggrisnya, gini liriknya sorry, sorry, sorry terusannya aku nggak hafal. Lagu dari Super Junior kan? Judulnya Sorry-sorry? Bener kan? Pinter juga si Kiki, dia mengganggu konsentrasiku saat melihat Navya, dan lagunya pas banget soal minta maaf, jadi aku nggak bisa marah dengannya, haha ngasal banget ya aku padahal aku nggak ngerti arti dari lagunya, yang ku tahu cuma arti sorry sorry :D.
Sebenarnya nggak cuma si Kiki yang jadi korban demam India, aku pun begitu. Karena Kiki mengenalkanku dengan artis-artis dan drama Korea favoritnya, aku jadi kepincut sama drama Korea. Layaknya siombiosis yang saling menguntungkan, Kiki jadi suka India dan aku jadi tertarik dengan Korea.
Dia menunjukan beberapa photo idolanya itu kepadaku. Ada Minhyuk, Lee Min Ho, dan masih banyak lagi (aku nggak bisa mengingat nama-nama mereka, susah!). Dan aku di beri PR untuk melihat drama Korea dengan judul The Heirs, aku harus menyelesaikannya dalam waktu satu Minggu, katanya sih nggak bakal nyesel kalau lihat itu drama, karena ceritanya Sweet banget.
“Ntis, ntar perangnya yang menang siapa? Pandawa atau Kurawa?” Tanya Kiki di suatu malam saat ia tengah asik melihat Mahabaratha.
“Astaga! Nilai Bahasa Jawamu berapa sih?”
“Pandawa lah yang menang!” Jawabku dengan sedikit kesal.
“Ih, si Ntis! Aku kan dari Riau, bukan dari Jawa!” Katanya.
“Oh, iya lupa aku!”
“Terus si Karna nanti mati nggak Ntis? Kasihan ya dia, harus berperang melawan adik-adiknya?” Tanyanya lagi.
“Iya nanti dia mati di tangan Arjuna.”
“Sedih deh aku, kenapa dia harus mati? Tapi tak apalah, yang penting Arjuna nggak mati.” Ini anak demam Indianya sudah melampaui batas normal!
“Terus Duryudana gimana? Siapa yang membunuh dia?”
“Ah! Jangan banyak tanya! Lihat aja tanyangan Mahabarathanya sampai tamat, nanti kamu juga akan tahu sendiri!” Kataku dengan sedikit membentak.
“Iya, ya. Maaf.”
“Habisnya aku penasaran banget.” Katanya.
Suasanapun jadi tenang, Kiki asik nonton Mahabaratha dan aku asik sendiri di depan laptop, apalagi kalau bukan lihat the heirs. Tetapi tiba-tiba aku diserang virus kantuk dan alhasil aku tertidur di depan laptop. Kiki tak berani membangunkannku, mungkin karena aku tadi membentak dia, jadi dia mengira aku sedang marah.
Lama-kelamaan badanku terasa pegal dan sakit, dengan kesadaran yang minim ku coba untuk bangun dan membaringkan badanku di atas kasur busa, tak lupa ku lihat jam dinding yang berada persis di depanku.
Oh, jam sebelas.
Selain melihat jam dinding, bola mataku pun bergerak ke kanan. Terlihat cahaya yang berganti-ganti warnanya, kadang merah kadang kuning atau biru, ku pikir itu aurora tapi tak mungkinlah, masak aurora ada di daerah khatulistiwa!
Setelah ku perhatikan dengan saksama, ternyata cahaya itu dari televisi yang di lihat Kiki.
Ya ampun Kikuk, jam segini masih lihat TV.
Perlahan kelopak mataku menutup dengan sendirinya, ku nikmati saat-saat perpindahan dari alam nyata ke alam mimpi, begitu tenang dan damai walau ada suara yang menggangu konsentrasiku.
“Ih ya ampun, Ayu Tingting beruntung banget bisa deket sama Saheer. Bikin ngiri aja!”
“Ya, yah... Kok acara graha PAA udah kelar, kurang lama!”
“Ya udah lah, tidur aja.” Kata Kikuk yang kemudian menyusulku tidur.
“Ntis? Kok pindah? Bukannya tadi tidur di depan laptop? Wah nggak jadi tidur dengan bebas dong aku malam ini.”
“Awas aja kalau kakimu kemana-mana, kalau aku sampai jatuh dari kasur gue jitak Lo!”
“Ntis, dah tidur ya? Haloo?” Kata yang keluar dari mulut Kikuk tak ku gubris sama sekali walaupun aku  masih bisa mendengarnya.
“Kukuruyuk!!!!” Suara alarm hp Kikuk.
“Kuk, alaram.mu patenono!” Ucapku refleks.
“Ah, Kikuk!” Aku pun terbangun dan mencoba mematikan alarm yang dipasang Kikuk.
“Kukuruyuk!” Terdengar suara ayam di alarm yang lain, dan Kikuk masih saja molor.Karena kesal, ku ambil alarm itu dan ku tempatkan persis di atas telinga Kikuk.
“Iya Saheer aku di sini!” Teriaknya karena kaget!
“Hahah, Kikuk kamu mimpi apa?”
“Mimpi ngedate bareng Saheer? Haha.” Aku masih saja tertawa mendengar respon dari Kikuk.
“Ah, resek banget kamu! Lagi enak-enaknya mimpiin Saheer, e kamu bangunin!” Katanya dengan memanyunkan bibir.
“Salah siapa ayammu berbunyi terus!”
“Besok-besok lagi beli alarm yang bunyinya, Saheer I Love You, mungkin kamu langsung bangun begitu mendengar nama Saheer, jadi nggak perlu ada itu, itu dan itu.” Kataku dengan menahan tawa sambil menunjukan koleksi jam alarm yang ia punya.
“Ide bagus!” Katanya yang kemudian beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi.
“Hloh Kuk, aku dulu yang mandi! Mandimu kan lama!” Teriakku.
“Bodo amat!” Balasnya.
“Yah, dapat jatah ngunci kamar kos!” Kataku setelah keluar dari kamar mandi dan melihat Kikuk sudah berangkat.
Tak berapa lama setelah Kikuk berangkat, aku pun menyusulnya dan akhirnya kami tiba di kampus secara bersamaan. Tak banyak percakapan diantara kami, karena setelah tiba di kampus, pak dosen pun terlihat berjalan menuju kelas, aku dan Kikuk pun cepat-cepat masuk dan duduk di kursi.
“Pagi anak-anak!” Sapa pak dosen.
“Pagi Pak.” Balas aku dan yang lainnya.
Setelah memberi salam dan sedikit candaan kepada kami, beliau langsung menerangkan materi perpajakan. Dengan serius aku pun memperhatikan beliau, dan beliau dengan seriusnya juga menerangkan poin-poin penting tentang perpajakaan.
Tiba-tiba konsentrasiku buyar saat HP yang ku bawa di saku bergetar. Aku pun menghiraukannya, dan akhirnya getaran itu berhenti tetapi getaran itu mucul lagi, dan itu terjadi berulangkali kalau tidak salah sekitar lima kali. Ah benar-benar mengganggu!
Aku pun mengeluarkan Samsung Ace Duos dari sakuku, dan begitu kagetnya aku saat melihat wallpaper hpku adalah potonya Saheer.
Bukannya tadi malam setelah lihat the heirs wallpaperku, ku ganti Lee Min Ho ya, kenapa sekarang balik lagi ke Saheer lagi?
Oh, pasti ketuker sama Hpnya Kikuk.
Yups, Hp kami sama merk, tipe dan boddy. Ya intinya sama lah, malu aku untuk mengakuinya, pasaran banget ni Hp! Kami tidak membelinya di sebuah toko Hp yang lagi promo beli satu gratis satu hlo ya! Tapi secara tidak sengaja, Kikuk membeli Hp yang sama persis dengan Hpku.
“Stt.”
“Stt... Kikuk!” Sapaku pelan.
“Ya ada apa?” Dia pun membalas sapaanku dengan pelan.
“Hp mu ketuker sama Hpku.” Aku pun memberi kode kepada Kikuk dengan menujukkan Hp yang ku bawa.
“Ni Hp mu, sumpah ganggu banget!” Kataku seusai mata kuliah perpajakan usai.
“Pantesan aja ada yang kurang, kok Aak nggak telfon atau sms aku, eh ternyata yang ku bawa itu Hp mu.”
“Sumpah Hp mu sepi banget!” Ejeknya.
“Ya, nggak papalah sepi yang penting aku hepy.” Kataku yang mencoba menghibur diri.
Hari berganti hari, dan liburan semesterpun akan datang, yeah saat-saat yang ditunggu mahasiswa perantauan untuk kembali ke tanah kampungnya.
“Ntis, sebelum aku pulang ke Riau, aku mau melunasi hutangku ke kamu.” Kata Kikuk.
“Hutang apa?”
“Kamu nggak punya hutang?”
“Kan aku janji mau tratkir kamu gimana sih?” Katanya.
“Oh iya, oke siap, kapan?”
“Di tempat yang mahal ya.” Kataku.
“Beres!”
“Tapi aku ngajak Bagus ya, pacarku!”
“Sekalian ku kenalin ke kamu.” Katanya dengan semangat.
“Terus kamu pacaran gitu, terus aku gimana?”
“Nggak lah, pacaran nggak bikin kenyang, kita kan mau makan!”
“Kalau kamu nggak nyaman, kamu ngajak Entong juga aja, kan jadinya double date.” Lagi-lagi Kikuk mengejekku.
“Ih, jangan manyun gitu dong Ntis, jelek tahu! Jangan nangis juga!”
“Apa perlu aku nyanyiin biar kamu nggak sedih?”
“Mengapa engkau waktu itu putuskan cintaku, dan saat ini engkau selalu ingin bertemu, dan mengulang jalin cinta. Mau dikata kan apalagi, kita tak akan pernah satu, engkau di sana aku di sini meski hatiku memilihmu.”
“Cukup! Suaramu nggak enak di dengar!” Kataku yang membuat Kikuk berhenti bernyanyi.
Hari yang kutunggu pun tiba, yups hari ini dapat makan gratis dari si bawel Kikuk. Lumayan lah bisa menghemat uang sakuku, jadi sisa uang sakuku bisa kugunakan untuk liburan minggu depan, asek asek josh.
Sudah tiga hari lamanya, aku memilih untuk pulang ke Klaten dan menyerahkan kos beserta isinya ke Kikuk, niat baik ku pasti dicatat sama yang Di Atas. Aku ingin Kikuk merasakan bebasnya tidur di kasur sebelum dia pulang ke Riau, aku ingin dia membawa cerita tentang kebaikanku selama ini ke keluarganya, haha. Nggak ikhlas banget niat gue :D.
“Maaf terlambat, soalnya kena lampu merah terus.” Kataku sesampainya di sebuah cafe di daerah Jogja.
“Iya nggak papa.”
“Oh iya, kenalin. Ntis ini Bagus, Bagus ini Ntis, eh maksudku Tisya.” Kata Kikuk yang memperkenalkan aku dengan Bagus.
“Senang berkenalan denganmu.” Kataku yang menirukan gaya berbicara orang Korea kalau bertemu dengan orang baru.
“Hahahah, nggak usah sok sopan lah Ntis! Nggak pantas.” Kata Kikuk.
“Wah, Kuk pacarmu gagah juga ya.” Aku pun mengeluarkan watak asliku yang selalu ngomong ceplas-ceplos.
“Iya dong.” Katanya dengan sombong.
“Sahabatmu manis juga ya Ki.” Kata Bagus.
“Nggak!”
“Lebih manis aku!” Ucap Kikuk yang membuatku menahan tawa karena melihat ekspresi cemburu dari raut wajahnya.
Tak berapa lama pesanan Kikuk pesan pun datang. Yuhuy, steak daging kerbau favoritku dan minumannya favoritku juga, jus buah Rambutan hem.m nyumy. Tanpa dipersilahkan sang penraktir, aku pun langsung menyatapnya sambil melihat mereka berdua yang sedang berbicara panjang kali tinggi.
Katanya pacaran nggak bikin kenyang, eh ini orang kok malah nyuekin steak daging Onta yang sudah ada di depan mereka, parah banget!
Ah, cari ide dulu, biar bisa nyuri makanan mereka tanpa ketahuan.
“Ini siapa? Kenapa dia menghubungi mu terus.” Kata Bagus kepada Kikuk yang membuyarkan konsentrasiku.
“My Sha itu siapa? Selingkuhanmu?” Tanya Bagus lagi, yang kali ini membuatku mengurungkan niat untuk mencuri makanan mereka.
Tampak raut tenang di wajah Kikuk, sebenarnya apa yang ada di pikiran Kikuk, hingga dia berani mendua dengan mudahnya, namun kita terbelenggu dalam ikatan tanpa cinta #hloh.
“Coba lihat Hp mu.” Kata Kikuk dengan tenangnya.
Dengan cepat dia menulis sebuah nomor dan kemudian menghubunginya. Hp yang di bawa Baguspun tampak bergetar dan menunjukkan nama My Sha.
“Dah tahu kan My Sha itu siapa?”
“Oh, tapi kenapa kamu menamai kontakku dengan My Sha, kenapa bukan My Hubby?” Tanyanya.
“My Sha itu singkatan dari My Shaheer.” Jawab Kikuk yang membuat aku tercengang, haha dasar Kikuk korban Mahabaratha banget.
“Oh, Arjuna itu ya. Emang wajahku mirip ya sama Shaheer?.” Tanyaya lagi.
“Aduh, ini acara apa sih kawan-kawan! Kalian pikir di sini hanya ada kalian berdua? Ada aku hey!!!!!”
“Jangan bikin aku ill feel sama kalian deh. Ini kan acara makan-makan, bukan romantis-romantisan.” Kataku jengkel.
“Maaf ya Say, temanku yang satu ini sudah lama nggak di romantisin sama cowok, jadi agak sensi kalau lihat orang pacaran.” Kata Kikuk yang kemudian mengambil pisau dan garpunya.
“Oh, ya udah silahkan pacaran, aku pergi saja kalau begitu!” Ancamku.
“Jangan!”
“Aku kan cuma bercanda.” Kata Kikuk.
“Cepet makannya, makananku dah habis, e kalian baru mulai makan.” Kataku.
Dengan perlahan, Kikuk memotong dan memakan steak daging onta sambil melihat Hp milik Bagus, dan saat potongan pertama hampir menyentuh mulut Kikuk, tiba-tiba Kikuk meletakan garpunya dan menyodorkan Hp itu ke Bagus.
“Dan kenapa kontakku namanya Ayu?”
“Siapa Ayu? Mantan kamu?”
“Aku nggak mau kamu samain dengan mantanmu! Aku nggak suka!” Kata Kikuk dengan marah.
“Hahahaha.” Tawa Bagus.
“Ayu yang kamu maksud itu bukan mantanku! Tapi Ayu Tingting idolaku.” Kata Bagus yang membuat Kikuk bisa tersenyum.
“Jadi bukan nama mantanmu?” Tanya Kikuk sekali lagi.
“Bukan lah! Kamu kan tahu sendiri kalau aku ngefans banget sama Ayu Tingting. Jadi aku bayangin aja kamu tu Ayu Tingting, walaupun sebenarnya lebih cantikan kamu.” Kata Bagus yang membuatku ingin muntah.
Kikuk pun nampak tersenyum malu dan Bagus nampak senang melihat Ayu tersenyum, eh maaf salah maksudku Kikuk. Mereka seperti anak kecil, tak peduli berapa umur mereka sekarang, sedang berada dimana sekarang, adakah orang yang melihat mereka, mereka tak mempedulikannya, yang mereka pedulikan hanyalah perasaan. Perasaan bahagia karena sedang dimabuk cinta.
“Saheer Sheikh.” Sapa Kikuk dengan melihat ke arah Bagus.
“Ayu Tingting,” Jawab Bagus.
“Saheer,”
“Ayu,”
“Sheikh,”
“Tingting,”
“Saheer, i love you.” Kata Kikuk dengan memegang tangan Bagus.
“I love you to, Ayu.” Balas Bagus.
“Astagfirullah, drama apa lagi ini.” Kataku yang mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
“Oke, kalau begitu aku pulang.” Kataku.
“Pulang saja!” Kata Kikuk
Oh my God, ku kira aku akan ditahan Kikuk untuk yang kedua kalinya, ternyata eh ternyata dia membiarkanku pergi begitu saja. Ya memang sebaiknya aku pergi dari sini secepatnya, sebelum aku benar-benar muntah karena melihat aksi mereka.
Oh Saheer, pesonamu sangat luar biasa. Kau harus bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi ini, semua ini karena pesonamu! Please Saheer, kurangi pesonanmu, dan jangan banyak senyum, karena itu hanya akan membuat hatiku tak karuan. Oh Saheer I Love You :*