Resume Kajian Parenting
(Ahad, 17 September 2017 oleh Ust. Budi Ashari, Lc)
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Furqon: 74).
Jika ingin
memperbaiki sebuah negara, perbaiki dulu
keluarga. Bagaimana cara memperbaiki keluarga? Pertanyaan itu pasti akan
timbul dibenak pembaca, mari kita simak kondisi keluarga yang ada pada jaman
sekarang.
Jaman
sekarang banyak orang tua yang sukses di luar, tetapi gagal dalam membangun
keluarga. Mereka mengandalkan pendidikan di sekolah dan kurang memperhatikan
tumbuh kembang anak. Padahal keluargalah adalah penentu karakter dan
kepribadian anak, jika anak bandel atau nakal, coba koreksi pada diri sendiri,
sudah benarkah dalam mendidik mereka.
Dalam
mendidik anak, kita harus belajar dari seorang penggembala. Seorang penggembala
selalu memperhatikan ternak-ternaknya, memberikan makanan yang baik dan selalu
memperhatikan ternak-ternaknya, karena terlalu perhatiannya dia sampai hafal
apabila ternaknya itu lapar, ketakutan atau sudah tiba musim kawin hanya dengan
mendengar suara mereka.
Coba kita
lihat pada keluarga kita masing-masing, apakah sudah memberikan makanan yang
halal dan toyib seperti firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 168, yang
artinya Wahai manusia! Makanlah dari
makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. Jika
dirasa sudah memberikan makanan yang halal untuk keluarga, apakah kita
mempunyai waktu luang untuk memperhatikan anak-anak kita? Apa justru kita
terlalu sibuk dengan aktifitas di luar, dan jarang berkomunikasi dengan
anak-anak kita? Jika jawabannya adalah iya, mari ubah pola hidup kita, curahkan
perhatian kepada mereka, jangan sampai keluarga terbengkalai karena berkarya di
luar.
Jadilah
contoh untuk anak-anak, jangan hanya asal perintah tapi lakukanlah apa yang kau
perintahkan terlebih dahulu, maka mereka akan mencontoh perbuatanmu. Jangan
katakan Nak, ayo sholat atau Nak, biasakan sholat tepat waktu
melainkan berikanlah contoh, ketika sudah mendengar suara adzan biasakan
langsung bergegas ke masjid, maka Insya Allah anak akan mencontoh perbuatan
kita.
Untuk
mendidik seorang anak yang sholih layaknya nabi Ismail, haruslah kita menjadi
bapak yang sholih seperti nabi Ibrahim dan ibu yang tawakal seperti Hajar, selain itu
dalam keluarga haruslah jelas siapa yang bertugas sebagai nahkoda yang
mengarahkan bahtera rumah tangga menuju tempat keabadiaan, surgaNya. Jangan
sampai ada istilah suami-suami takut istri, karena sejatinya imam keluarga
adalah suami, seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat
34, Laki-laki (suami) itu pelindung bagi
perempuan (istri). Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki)
atas sebagian yang lain (perempuan) ...
Bagi
keluarga yang baru menikah tetapi belum dikarunia momongan, jangan terlalu
bersedih hati, karena nabi Zakariya dan istrinya saja dikaruniai anak ketika
mereka sudah berusia renta. Yang terpenting adalah berusaha dan berdoa, karena
manusia hanya bisa memberikan sebab belum dapat momongan, tetapi ketika Sang
Maha Pemberi Sebab telah berkehendak, maka tidak perlu sebab untuk menjadikan
sebab itu hilang, karena sejatinya “...
Ia memberikan kepada siapa yang Ia kehendaki anak-anak perempuan dan Ia
memberikan kepada siapa yang Ia kehendaki anak-anak laki-laki. Atau (Ia
memberikan kepada siapa yang Ia kehendaki) anak-anak laki-laki dan perempuan.
Dan Ia jadikan siapa yang Ia kehendaki mandul. Sesungguhnya Ia Maha Mengetahui
dan Maha Berkuasa.” (QS. Asy-Syuura: 49-50).
Sekian
ringkasan materi yang bisa saya sajikan di sini, apa bila ada kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena semua yang benar itu datang dari Allah dan
salahnya datang dari saya, semoga bermanfaat Aamiin.