September Baper
“September
ceria apaan ini! Undangan nikah ada lima, dua temen SD, dua temen SMP, satunya
temen SMA!” Kata Isna sambil melemparkan undangan yang jumlahnya lima di atas
meja kerjanya.
“Kamu tu
ada apa sih Na, pagi-pagi dah ribut sendiri?” Tanya Yanti, rekan kerja Isna.
“Hayo,
jangan bilang kamu juga mau nikah di bulan ini!”
“Apaan sih
Na, nikah bulan ini? Sama siapa? Uang dari mana, haha,” ujar Yanti dengan
tertawa kecil. Dengan langkah santai, Yanti menghampiri Isna yang nampak masih
kesal.
“Lima?
Belum tujuh kan? Nggak papa santai aja,” dengan santainya Yanti menanggapi
kekesalan Isna.
“Yang
undangan temen SD mu yang mana Is?” Tanya Yanti sambil melihat dengan detail
satu persatu undangan yang didapat Isna.
“Coba sini
lihat,” Isna langsung mengambil undangannya itu, dan langsung menyodorkan satu
undangan dengan nuansa perak berbalut pita warna biru.
“Ini hloh,
yang aku ceritakan tempo lalu. Dulu kita sempet deket, walaupun cuma tiga
bulan, terus nggak ada angin nggak ada ujan, eh tiba-tiba kemarin datang ke
rumahku, deg-degan maksimal kan aku, ku kira mau ngajak reoni pribadi, eh
ternyata mau ngajak reoni masal gratis, dinikahannya! Kan nyesek!” Curhat Isna
dengan mata yang berkaca-kaca.
“Udah,
ikhlasin aja, kan masih ada mas Ryan, mas Arka atau mas Bima, tinggal pilih
Cin!”
“Duh,
banyak banget ya ternyata gebetanku, tapi pokoknya atiku masih sakit, nyesek
banget tahu nggak sih Yan!” Kata Isna dengan memegang lengan Yanti yang seolah
meyakinkan Yanti bahwa dia memang benar-benar terluka.
“Dibikin
santai aja Is, mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu. Yang baik buat kamu,
masih dijaga Allah.” Ucap Yanti dengan menatap tajam mata Isna, untuk
meyakinkannya bahwa semua yang terjadi memang sudah kehendak-Nya, dan pasti
Allah punya rencana sendiri yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
“Terus,
kalau gitu kapan aku ketemu sama jodohku?”
“Yang
seumuranku dah banyak yang nikah, bikin tambah baper aja kan?” Tanya Isna.
“Ya itu
semua tergantung sama doa dan ikhtiar mu,”
“udah nggak
usah baper, yang umurnya di atas kamu banyak juga kok yang belum nikah.
Contohnya depanmu ini,” tambah Yanti dengan sedikit menyembunyikan kegelisahan
hatinya karena belum juga dipertemukan dengan sang calon imam.
“Dah ah,
pagi-pagi kok baper, pokoknya tetap semangat!”
“Oke sip,
makasih Yanti. Semangat kerja ya, maaf dah bikin geger pagi-pagi,”
“sana-sana
kembali ke meja kerjamu,” ucap Isna yang terlihat sudah tenang setelah mendapat
pencerahan dari Yanti.
Begitulah
Isna, apa-apa dibikin baper, tapi
wajar kok kalau perempuan itu mudah baper karena perempuan selalu mengedepankan
perasaannya. Termasuk kasus yang dialami oleh Isna, secara tiba-tiba dan
serentak dia mendapat undangan pernikahan yang jumlahnya cukup banyak, itu
artinya Isna harus merelakan waktu istirahatnya untuk menghadiri undangan yang
ia dapat.
“Assalamu’alaikum,”
sapa Isna ketika ia sudah sampai di rumahnya.
“Wa’alaikumsalam,”
jawab seisi rumah.
Isna
adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dan kebetulan saudaranya perempuan
semua dan kebetulannya lagi belum ada yang melepas masa lajang diantara
ketiganya. Tapi sayangnya hanya Isna yang memiliki sifat baper ketika
bersinggungan dengan yang namanya pernikahan.
“Isna,
pinjem cas hp dong,” ucap Eka, kakak dari Isna.
“Itu Mbak,
ambil aja di tas,” kata Isna yang enggan bangun dari tempat tidurnya.
“Hey, kamu
itu, pulang kerja bukannya langsung mandi malah mager di tempat tidur,” kata Eka ketika melihat adiknya tiduran
sambil bermain hp.
“Is, ini
apa? Undangan nikah? Banyak banget?” Tanya Eka yang penasaran dengan isi tas
Isna.
“Iya Mbak
undangan nikah,” jawab Isna yang masih asik dengan hp nya.
Setelah
mendapatkan barang yang ingin dipinjamnya, Eka langsung menghampiri Isna dan
memperhatikan gerak-gerik adiknya itu. Eka menangkap kejanggalan dari diri
Isna, Isna yang biasanya menomor satukan mandi dan paling anti kalau tasnya
dibuka orang lain, kok tiba-tiba jadi berubah.
“Ini
undangan tanggal 3, terus ini tanggal 4, ini tanggal 18, dan dua ini ditanggal
yang sama tanggal 25, wah hebat kamu Is, mendadak jadi orang penting tiap
minggu ada acara terus, biasanya tiduran dirumah,” kata Eka sambil memilah
undangan menurut tanggal resepsi.
“Orang
aku nggak bakalan dateng, nitip amplop sama temen aja kan beres,” ucap Isna
dengan santainya.
“Hei,
nggak dateng gimana sih?”
“Habisnya
kalau dateng, pasti aku jadi korban bully-an
temen-temen, ditanya kapan nyusul, tapi nanya nya kayak ngledek,” jawab Isna
kesal.
“Eh,
Mbak hp ku itu, mau diapakan?” Ucap Isna ketika Eka mengambil handphone
miliknya.
“Bangun!”
“Nggak
baik main hp sambil tiduran,”
“Mbak
juga mau ngomong sama kamu, yang sopan dikit jangan sambil tiduran,” jelas Eka.
“Iya-iya
mau ngomong apa Mbak?” Tanya Isna yang sekarang sudah duduk menghadap kakaknya.
“Ada
enam hak seorang muslim atas muslim lainnya, nah salah satunya itu jika ada
yang mengundang wajib hukumnya untuk datang, kecuali kalau ada halangan dan itu
harus memberi tahu si punya hajat, untuk menjaga perasaannya,”
“Itu
baru satu, lima hak yang lain apa aja Mbak?” Ucap Isna memotong penjelasan
kakaknya.
“Ini
baru mau Mbak jelasin, nah kalau kamu bertemu dengan sesama muslim hendaknya
kamu mengucapkan salam, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat,
jika dia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah
maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah dan jika dia meninggal maka
iringilah jenazahnya.” Jelas Eka.
“Tapi
gimana ya Mbak, aku tu males ketemu temen-temen lama, mereka jahat tanya-tanya
kayak gitu, kayak mereka dah nikah aja. Orang yang udah nikah malah nggak
gitu-gitu amat, mereka malah mendoakan ku biar cepet nyusul mereka,” curhat
Isna.
“Hehehe,
itu masalah sepele, kalau ditanya kapan nyusul nikah, dijawab gini ‘doain aja ya’ gitu ,” saran Eka.
“Dijawab
gitu doang?”
“Mbak
Eka pernah nggak sih berada di posisiku, merasa risi dan geli jika mendapat
pertanyaan kapan nyusul nikah?”
“Pernah
lah!”
“Dulu
sampai ku masukan dalam hati pertanyaan-pertanyaan itu, jadinya baper kaya kamu sekarang ini, tapi
setelah Mbak tahu bahwa ketetapan Allah itu pasti datangnya, dan kita tidak
bisa meminta untuk disegerakan, jadi mbak lebih ke arah menunggu dan
memperbaiki diri,”
“Mbak
pengen besok kalau Mbak ketemu sama jodoh Mbak, Mbak sudah menjadi pribadi yang
lebih baik dari sebelumnya,” jelas Eka.
Walaupun
umur Eka sudah lebih dari 25 tahun, tetapi dia tidak merasa gelisah dalam hal
jodoh. Dia yakin orang yang baik akan berjodoh dengan orang yang baik, begitu
pula sebaliknya, semua itu sudah Allah jelaskan dalam Al-Quran Surat An-Nur
ayat 26 Dan tentang masalah waktu, juga sudah dijelaskan Allah dalam Al-Quran
Surat An-Nahl ayat 1.
Eka
tak berpangku tangan dalam hal penantian jodoh, setiap akhir sholat selalu ia
sisipkan doa perihal jodoh, dan usahanya pun tak main-main. Selain disibukkan
oleh kegiatan sebagai seorang bidan, Eka juga sibuk menghadiri
pengajian-pengajian di daerahnya.
Dia percaya
semakin banyak dia membuka diri, semakin banyak pula relasi. Kita tidak pernah
tahu bagaimana cara Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Boleh jadi karena
sering berangkat pengajian, ada sosok ikhwan yang memperhatikan kita, dan
akhirnya memberanikan diri untuk ta’aruf dengan cara yang benar.
Atau dengan
cara lewat sahabat akhwat, ada yang melihat sisi kepribadian kita dan merasa
cocok untuk dikenalkan dengan adik atau saudara ikhwannya. Masya Allah, begitu
indah cara Allah mengenalkan kita dengan si jodoh.
“Mbak
Isna!” Ucap Ria, adik dari Eka dan Isna
“Eh, ada
mbak Eka juga di sini,” tambah Ria ketika mengetahui bahwa Eka ada di kamar
Isna.
“Mbak, ini
ada promo jaket diskon 40% hlo Mbak,”
“Beli yuk
Mbak?” Rayu Ria kepada Isna.
“Beli atau
beliin?” Tanya Isna memperjelas.
“Dua-duanya
lah, biar kembar jaketnya,” jawab Ria.
Rayuan Ria
hanya dibalas senyuman oleh Isna. Ria memang paling dekat dengan Isna, setiap
ada keinginan selalu diutarakan ke Isna dengan dalih agar dibelikan kakaknya.
Tapi untuk bulan ini kebutuhan Isna sangat banyak, selain untuk mengisi amplop
yang akan ia bawa ke acara resepsi, Isna juga harus membayar iuran motor yang
belum lunas.
“Mbak Eka
makasih ya, penjelasannya tadi,”
“Mandi dulu
ah,” kata Isna yang langsung meninggalkan Ria dan Eka di kamarnya.
“Ih, Mbak
Isna diajak ngomong kok malah pergi,” kata Ria kesal.
“Mbak Isna
lagi nggak punya uang lebih, Ria.”
“Itu lihat
undangan nikah yang di dapat mbak Isna bulan ini, banyak kan?” Kata Eka dengan
melirik undangan yang masih berserakan di atas kasur.
“Coba lihat
jaket yang mau kamu beli,”
“Kamu suka?
Yaudah pesen tiga aja, ntar Mbak yang bayar.” Kata Eka.
“Hore,
beneran Mbak?”
“Makasih,
Mbak Eka baik deh,” Kata Ria sambil mencium kakaknya.
Setelah
mendapat penjelasan dari Eka, pikiran Isna pun terbuka, dan dengan semangat dia
mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan pesta. Mulai dari sepatu, baju,
buka youtube cara memakai kerudung saat pesta hingga isi dari amplop yang akan
ia bawa, tak lupa juga doa terbaiknya untuk sang mempelai.
Dan tibalah
saat yang ia nanti, tanggal 3 September 2016 undangan pertama yang akan ia hadiri.
Gamis warana coklat dipadu padankan dengan sepatu warna abu-abu dan kerudung
bercorak bunga-bunga menambah kecantikan Isna siang ini.
Tak lupa ia
oleskan lipstik di atas bibirnya agar terlihat tidak pucat, tas yang di
dalamnya sudah terdapat kaca, bedak, parfum, lipstik, tisu, kipas, power bank
dan hp sudah ia tenteng.
Dengan
kalemnya, Isna mengendarai motor Scoppy warna
biru yang belum lunas pembayarannya itu dan menuju tempat kencan dengan teman
lamanya. Tak berapa lama sampai lah ia di tempat yang sudah di tentukan.
Kebiasaan
perempuan kalau mau menghadiri hajatan dan mereka belum memiliki pasangan yang
sah pasti adalah saling menunggu satu sama lain, agar saat memasuki tempat
hajatan ada teman yang senasib dengannya, dan dia tidak akan menjadi sorotan para
penjaga tamu dan tamu yang sudah datang dari awal karena dia berjalan seorang
diri, iya kan? Kalau begitu sama :D
Setelah
semua yang ditunggu sudah datang, Isna dan teman-temannya memakirkan motor dan
kemudian berjalan menuju tempat hajatan yang terlihat begitu mewah dengan
nuansa peach-oranye.
Ketika
sudah berada di depan gapura yang di samping kanan dan kirinya ada buah pisang
dan diatasnya ada janur kuning melengkung, teman-teman Isna langsung berbaris
di belakang Isna tanda mereka takut untuk masuk pertama kali karena di depan
penjaga buku tamu sudah ada mas-mas yang membawa kamera dan sejenisnya. Mereka
takut jika mas-mas tersebut mengambil gambar tanpa sepengetahuan mereka, tapi
kalau mereka lagi pengen foto, mungkin mas-masnya kewalahan mengikuti arahan
mereka, jaman sekarang model yang mengarahkan fotografer karena saking
narsisnya model :D.
Ditulislah
nama Isna dan ke enam temannya itu di atas buku tamu yang sudah di sediakan.
Dimasukkanlah amplop yang sudah Isna siapkan sejak awal, kemudian Isna
mengambil sovenir pernikahan dan selembar kertas yang isinya tak lain dan tak
bukan promosi rias pengantin dan dekorasi yang saat ini digunakan oleh si punya
hajat.
Kebingungan
terlihat oleh Isna dan teman-temannya ternyata mereka sedikit terlambat untuk
datang, kebanyakan kursi sudah terisi. Dengan cekatan para penjaga tamu,
mencarikan kursi kosong yang masih tersisa. Akibatnya, Isna dan ke enam temannya
tidak bisa duduk satu baris. Isna dan Tiara duduk berdekatan dan kelima lainnya
duduk sesuai tempat dimana ada kursi
yang kosong.
“Gimana Is
perasaanmu?” Sindir Tiara.
“Biasa aja,”
“kok kamu
tanya nya ke aku?”
“Seharusnya
kamu tanya sama mereka,” kata Isna dengan menunjuk pasangan pengantin yang
sedang duduk di kursi pelaminan.
“Haha,
biasa aja kali Is, nggak usah manyun gitu,”
“ngantri
foto yuk Is,” ajak Tiara.
“Bentar napa,
sup nya mau dateng,” kata Isna setelah melihat pasukan sinoman yang sudah datang
dengan membawa baki berisi sup manten.
“Okelah
kalau begitu,”
“ini kan
yang kamu tunggu-tunggu kalau menghadiri hajatan pernikahan?”
“Sup
manten!” Kata Tiara setelah sup manten sudah berada ditangannya.
“Biasa aja
kali intonasinya, kayak nggak pernah makan sup manten aja,” ledek Isna.
Dengan
lahap Isna dan Tiara menyantab sup yang sudah berada di tangannya. Mereka tak
akan membiarkan ada sisa kuah di mangkuk berwarna putih itu. Ya memang benar
saya sendiri mengakuinya hidangan paling ditunggu-tunggu saat berada di resepsi
pernikahan adalah sup mantennya, nyumy.
“Dah
selesai kan Is, yuk foto,” ajak Tiara setelah meletakkan mangkuk kosong di
bawah kursinya.
“Oke,”
jawab Isna dengan merapikan kerudungnya.
“Terus
teman-teman yang lain gimana Ti?”
“Mereka
biar nyusul aja,”
“aku nggak
tahu tempat duduk mereka,” kata Tiara.
Karena
tempat duduk Isna dan Tiara berada di pojok, dengan sopan mereka meminta ijin
untuk lewat di depan undangan lainnya.
“Is, kamu
sebelah sana ya ntar, aku sebelah situ,” kata Tiara sambil menunjuk posisi foto
yang menurutnya bagus.
“Oh gitu ya
kamu, oke Gue turuti caramu,” ucap Isna.
“Yuk Mbak
yang pake baju coklat, silahkan kalau mau foto,” kata fotografer mempersilahkan
mereka naik.
“Hei,”
“terimakasih
sudah datang,” bisik pengantin pria kepada Isna.
“Iya
sama-sama,” jawab Isna singkat.
“Habis aku,
kamu ya,”
“aku tunggu
undangannya,” bisik pengantin pria lagi.
“Yuk,
merapat, senyum!” Arahan fotografer yang menghentikan percakapan mereka.
“Selamat
ya!” Ucap Isna dan tiara kepada kedua mempelai sambil menjabat tangan mereka.
“Ngomong
apa aja dia tadi,” tanya Tiara dengan nada lirih sesaat setelah mereka kembali
duduk.
“Ih, kepo.”
“Cie,
mantan pacar udah nikah, terus kamu kapan?” Sindir Tiara
“Mantan
pacar apaan sih?”
“Dulu kita cuma
deket ya, itu aja cuma tiga bulan,” jelas Isna.
“Kamu harus
bersyukur Is,”
“Temen aku,
pacaran udah tiga tahun terus putus. Beberapa bulan kemudian yang cowok nikah
duluan,”
“Wuih,
gimana ya perasaan temenmu itu?” Tanya Isna antusias.
“Kacau
banget dia,”
“sampai
sakit terus di opname satu minggu.”
“Makanya
Is, jomblo sampai halal aja,”
“tapi jadi
jomblo, ya jomblo yang berkualitas, jangan galau melulu,” kata Tiara dengan
bijak.
“Kamu
jomblo? Masak sih Ti?”
“Bukannya
kamu sering ganti DP sama cowok?”
“Itu bukan
pacar kamu?” Tanya Isna penasaran.
“Stt ...
jangan bilang siapa-siapa,”
“itu sepupu
aku, cakep kan?” Jawab Tiara sambil menunjukan koleksi poto di hpnya.
“Wuih, iya
manis banget, sipit pula. Kaya keturunan Cina,” kata Isna yang langsung
mengambil hp milik Tiara.
“Jawa asli
itu, kamu minat?”
“Ku kenalin
sama dia mau nggak? Dia masih singel hlo.”
“Duh gimana
cara nolaknya ya, hehehe,” kata Isna malu.
“Ih, gaya
Lo. Tenang aja, besok aku kenalin ke kamu.”
“Sekarang aku
kasih pinnya dia dulu ya,” kata Tiara dengan mengambil hp nya kembali dan
mencari pin saudara sepupunya itu.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan semuanya
berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri
mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui, (QS. Yasin :
36)
Sudah jelas
bahwa Allah telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, jangan gelisah jika
kita belum menemukan pasangan kita, mungkin inilah cara Allah menunjukan bahwa
Dia mencitai kita.
Dia belum
mengizinkan kita menikmati manis dan pahitnya sebuah rumah tangga. Jangan
mengira setelah menikah semua urusan sudah beres, justru itulah awal dari
kehidupan baru, yang pastinya penuh ujian yang harus dihadapi bersama. Mungkin
kita merasa kita sudah mampu untuk
memasuki gerbang rumah tangga, tapi Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita
ketahui.
Nikmatilah
waktu menunggu itu, pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara apa? Dengan
cara terus belajar dan belajar. Yang belum bisa masak, inilah waktu emas mu untuk belajar masak. Waktu kecil
sering main masak-masakan tapi ketika sudah besar malah nggak bisa masak, kayak
aku :D. Jadi ayo Sob, kita sama-sama belajar masak. Besok kalau udah nikah,
kita punya ladang amal, ladang amal kita apalagi kalau bukan dapur, memastikan
suami dan anak-anak kita terjaga
perutnya dari yang haram dan memastikan ketercukupan gizi bagi mereka.
Kita (kaum
hawa) punya peran peting banget hlo Sob,
selain memastikan suami dan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi yang cukup,
kita merupakan madrasah pertama bagi anak-anak kita, kalau kita tidak bisa
meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, setidaknya perbanyak membaca,
mendengar dan bergaul, karena ilmu bisa kita peroleh di mana pun kita berada,
tidak harus di bangku formal :D.
Yuk
sama-sama saling menguatkan, jangan ada baper lagi. Baper itu menyiksa banget hlo
Sob (curhat). Kalau dapet undangan nikah ya di hadiri, lihat dp orang yang pada dateng ke kondangan
ya diabaikan aja, kalau perlu disembunyikan dari pembaruan, hloh kok gitu :D. Bercanda Sob, pokoknya
jangan jadi manusia yang sedih ketika melihat saudaranya bahagia, dan bahagia
ketika melihat saudara kita sedih.
Masalah
jodoh? Jodoh jangan dikejar, karena dia bukan maling. Dan bukan pula sebuah
soal ujian yang rumit, yang harus
memerlukan energi untuk memikirkannya. Karena waktu kita akan habis jika hanya
memikirkan tentang jodoh, karena sebenarnya jodoh itu bukan untuk dipikirkan melainkan
didesain dengan perbaikan diri tiada henti.
The End