Minggu, 18 September 2016

September Baper


September Baper
           
“September ceria apaan ini! Undangan nikah ada lima, dua temen SD, dua temen SMP, satunya temen SMA!” Kata Isna sambil melemparkan undangan yang jumlahnya lima di atas meja kerjanya.
“Kamu tu ada apa sih Na, pagi-pagi dah ribut sendiri?” Tanya Yanti, rekan kerja Isna.
“Hayo, jangan bilang kamu juga mau nikah di bulan ini!”
“Apaan sih Na, nikah bulan ini? Sama siapa? Uang dari mana, haha,” ujar Yanti dengan tertawa kecil. Dengan langkah santai, Yanti menghampiri Isna yang nampak masih kesal.
“Lima? Belum tujuh kan? Nggak papa santai aja,” dengan santainya Yanti menanggapi kekesalan Isna.
“Yang undangan temen SD mu yang mana Is?” Tanya Yanti sambil melihat dengan detail satu persatu undangan yang didapat Isna.
“Coba sini lihat,” Isna langsung mengambil undangannya itu, dan langsung menyodorkan satu undangan dengan nuansa perak berbalut pita warna biru.
“Ini hloh, yang aku ceritakan tempo lalu. Dulu kita sempet deket, walaupun cuma tiga bulan, terus nggak ada angin nggak ada ujan, eh tiba-tiba kemarin datang ke rumahku, deg-degan maksimal kan aku, ku kira mau ngajak reoni pribadi, eh ternyata mau ngajak reoni masal gratis, dinikahannya! Kan nyesek!” Curhat Isna dengan mata yang berkaca-kaca.
“Udah, ikhlasin aja, kan masih ada mas Ryan, mas Arka atau mas Bima, tinggal pilih Cin!”
“Duh, banyak banget ya ternyata gebetanku, tapi pokoknya atiku masih sakit, nyesek banget tahu nggak sih Yan!” Kata Isna dengan memegang lengan Yanti yang seolah meyakinkan Yanti bahwa dia memang benar-benar terluka.
“Dibikin santai aja Is, mungkin dia bukan yang terbaik buat kamu. Yang baik buat kamu, masih dijaga Allah.” Ucap Yanti dengan menatap tajam mata Isna, untuk meyakinkannya bahwa semua yang terjadi memang sudah kehendak-Nya, dan pasti Allah punya rencana sendiri yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.
“Terus, kalau gitu kapan aku ketemu sama jodohku?”
“Yang seumuranku dah banyak yang nikah, bikin tambah baper aja kan?” Tanya Isna.
“Ya itu semua tergantung sama doa dan ikhtiar mu,”
“udah nggak usah baper, yang umurnya di atas kamu banyak juga kok yang belum nikah. Contohnya depanmu ini,” tambah Yanti dengan sedikit menyembunyikan kegelisahan hatinya karena belum juga dipertemukan dengan sang calon imam.
“Dah ah, pagi-pagi kok baper, pokoknya tetap semangat!”
“Oke sip, makasih Yanti. Semangat kerja ya, maaf dah bikin geger pagi-pagi,”
“sana-sana kembali ke meja kerjamu,” ucap Isna yang terlihat sudah tenang setelah mendapat pencerahan dari Yanti.
            Begitulah Isna, apa-apa dibikin baper, tapi wajar kok kalau perempuan itu mudah baper karena perempuan selalu mengedepankan perasaannya. Termasuk kasus yang dialami oleh Isna, secara tiba-tiba dan serentak dia mendapat undangan pernikahan yang jumlahnya cukup banyak, itu artinya Isna harus merelakan waktu istirahatnya untuk menghadiri undangan yang ia dapat.
            “Assalamu’alaikum,” sapa Isna ketika ia sudah sampai di rumahnya.
            “Wa’alaikumsalam,” jawab seisi rumah.
            Isna adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dan kebetulan saudaranya perempuan semua dan kebetulannya lagi belum ada yang melepas masa lajang diantara ketiganya. Tapi sayangnya hanya Isna yang memiliki sifat baper ketika bersinggungan dengan yang namanya pernikahan.
“Isna, pinjem cas hp dong,” ucap Eka, kakak dari Isna.
“Itu Mbak, ambil aja di tas,” kata Isna yang enggan bangun dari tempat tidurnya.
“Hey, kamu itu, pulang kerja bukannya langsung mandi malah mager di tempat tidur,” kata Eka ketika melihat adiknya tiduran sambil bermain hp.
“Is, ini apa? Undangan nikah? Banyak banget?” Tanya Eka yang penasaran dengan isi tas Isna.
“Iya Mbak undangan nikah,” jawab Isna yang masih asik dengan hp nya.
            Setelah mendapatkan barang yang ingin dipinjamnya, Eka langsung menghampiri Isna dan memperhatikan gerak-gerik adiknya itu. Eka menangkap kejanggalan dari diri Isna, Isna yang biasanya menomor satukan mandi dan paling anti kalau tasnya dibuka orang lain, kok tiba-tiba jadi berubah.
            “Ini undangan tanggal 3, terus ini tanggal 4, ini tanggal 18, dan dua ini ditanggal yang sama tanggal 25, wah hebat kamu Is, mendadak jadi orang penting tiap minggu ada acara terus, biasanya tiduran dirumah,” kata Eka sambil memilah undangan menurut tanggal resepsi.
            “Orang aku nggak bakalan dateng, nitip amplop sama temen aja kan beres,” ucap Isna dengan santainya.
            “Hei, nggak dateng gimana sih?”
            “Habisnya kalau dateng, pasti aku jadi korban bully-an temen-temen, ditanya kapan nyusul, tapi nanya nya kayak ngledek,” jawab Isna kesal.
            “Eh, Mbak hp ku itu, mau diapakan?” Ucap Isna ketika Eka mengambil handphone miliknya.
            “Bangun!”
            “Nggak baik main hp sambil tiduran,”
            “Mbak juga mau ngomong sama kamu, yang sopan dikit jangan sambil tiduran,” jelas Eka.
            “Iya-iya mau ngomong apa Mbak?” Tanya Isna yang sekarang sudah duduk menghadap kakaknya.
            “Ada enam hak seorang muslim atas muslim lainnya, nah salah satunya itu jika ada yang mengundang wajib hukumnya untuk datang, kecuali kalau ada halangan dan itu harus memberi tahu si punya hajat, untuk menjaga perasaannya,”
            “Itu baru satu, lima hak yang lain apa aja Mbak?” Ucap Isna memotong penjelasan kakaknya.
            “Ini baru mau Mbak jelasin, nah kalau kamu bertemu dengan sesama muslim hendaknya kamu mengucapkan salam, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, jika dia bersin lalu mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah dan jika dia meninggal maka iringilah jenazahnya.” Jelas Eka.
            “Tapi gimana ya Mbak, aku tu males ketemu temen-temen lama, mereka jahat tanya-tanya kayak gitu, kayak mereka dah nikah aja. Orang yang udah nikah malah nggak gitu-gitu amat, mereka malah mendoakan ku biar cepet nyusul mereka,” curhat Isna.
            “Hehehe, itu masalah sepele, kalau ditanya kapan nyusul nikah, dijawab gini ‘doain aja ya’ gitu ,” saran Eka.
            “Dijawab gitu doang?”
            “Mbak Eka pernah nggak sih berada di posisiku, merasa risi dan geli jika mendapat pertanyaan kapan nyusul nikah?
            “Pernah lah!”
            “Dulu sampai ku masukan dalam hati pertanyaan-pertanyaan itu, jadinya baper kaya kamu sekarang ini, tapi setelah Mbak tahu bahwa ketetapan Allah itu pasti datangnya, dan kita tidak bisa meminta untuk disegerakan, jadi mbak lebih ke arah menunggu dan memperbaiki diri,”
            “Mbak pengen besok kalau Mbak ketemu sama jodoh Mbak, Mbak sudah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya,” jelas Eka.
            Walaupun umur Eka sudah lebih dari 25 tahun, tetapi dia tidak merasa gelisah dalam hal jodoh. Dia yakin orang yang baik akan berjodoh dengan orang yang baik, begitu pula sebaliknya, semua itu sudah Allah jelaskan dalam Al-Quran Surat An-Nur ayat 26 Dan tentang masalah waktu, juga sudah dijelaskan Allah dalam Al-Quran Surat An-Nahl ayat 1.
            Eka tak berpangku tangan dalam hal penantian jodoh, setiap akhir sholat selalu ia sisipkan doa perihal jodoh, dan usahanya pun tak main-main. Selain disibukkan oleh kegiatan sebagai seorang bidan, Eka juga sibuk menghadiri pengajian-pengajian di daerahnya.
Dia percaya semakin banyak dia membuka diri, semakin banyak pula relasi. Kita tidak pernah tahu bagaimana cara Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Boleh jadi karena sering berangkat pengajian, ada sosok ikhwan yang memperhatikan kita, dan akhirnya memberanikan diri untuk ta’aruf dengan cara yang benar.
Atau dengan cara lewat sahabat akhwat, ada yang melihat sisi kepribadian kita dan merasa cocok untuk dikenalkan dengan adik atau saudara ikhwannya. Masya Allah, begitu indah cara Allah mengenalkan kita dengan si jodoh.
“Mbak Isna!” Ucap Ria, adik dari Eka dan Isna
“Eh, ada mbak Eka juga di sini,” tambah Ria ketika mengetahui bahwa Eka ada di kamar Isna.
“Mbak, ini ada promo jaket  diskon 40% hlo Mbak,”
“Beli yuk Mbak?” Rayu Ria kepada Isna.
“Beli atau beliin?” Tanya Isna memperjelas.
“Dua-duanya lah, biar kembar jaketnya,” jawab Ria.
Rayuan Ria hanya dibalas senyuman oleh Isna. Ria memang paling dekat dengan Isna, setiap ada keinginan selalu diutarakan ke Isna dengan dalih agar dibelikan kakaknya. Tapi untuk bulan ini kebutuhan Isna sangat banyak, selain untuk mengisi amplop yang akan ia bawa ke acara resepsi, Isna juga harus membayar iuran motor yang belum lunas.
“Mbak Eka makasih ya, penjelasannya tadi,”
“Mandi dulu ah,” kata Isna yang langsung meninggalkan Ria dan Eka di kamarnya.
“Ih, Mbak Isna diajak ngomong kok malah pergi,” kata Ria kesal.
“Mbak Isna lagi nggak punya uang lebih, Ria.”
“Itu lihat undangan nikah yang di dapat mbak Isna bulan ini, banyak kan?” Kata Eka dengan melirik undangan yang masih berserakan di atas kasur.
“Coba lihat jaket yang mau kamu beli,”
“Kamu suka? Yaudah pesen tiga aja, ntar Mbak yang bayar.” Kata Eka.
“Hore, beneran Mbak?”
“Makasih, Mbak Eka baik deh,” Kata Ria sambil mencium kakaknya.
Setelah mendapat penjelasan dari Eka, pikiran Isna pun terbuka, dan dengan semangat dia mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan pesta. Mulai dari sepatu, baju, buka youtube cara memakai kerudung saat pesta hingga isi dari amplop yang akan ia bawa, tak lupa juga doa terbaiknya untuk sang mempelai.
Dan tibalah saat yang ia nanti, tanggal 3 September 2016 undangan pertama yang akan ia hadiri. Gamis warana coklat dipadu padankan dengan sepatu warna abu-abu dan kerudung bercorak bunga-bunga menambah kecantikan Isna siang ini.
Tak lupa ia oleskan lipstik di atas bibirnya agar terlihat tidak pucat, tas yang di dalamnya sudah terdapat kaca, bedak, parfum, lipstik, tisu, kipas, power bank dan hp sudah ia tenteng.
Dengan kalemnya, Isna mengendarai motor Scoppy warna biru yang belum lunas pembayarannya itu dan menuju tempat kencan dengan teman lamanya. Tak berapa lama sampai lah ia di tempat yang sudah di tentukan.
Kebiasaan perempuan kalau mau menghadiri hajatan dan mereka belum memiliki pasangan yang sah pasti adalah saling menunggu satu sama lain, agar saat memasuki tempat hajatan ada teman yang senasib dengannya, dan dia tidak akan menjadi sorotan para penjaga tamu dan tamu yang sudah datang dari awal karena dia berjalan seorang diri, iya kan? Kalau begitu sama :D
Setelah semua yang ditunggu sudah datang, Isna dan teman-temannya memakirkan motor dan kemudian berjalan menuju tempat hajatan yang terlihat begitu mewah dengan nuansa peach-oranye.
Ketika sudah berada di depan gapura yang di samping kanan dan kirinya ada buah pisang dan diatasnya ada janur kuning melengkung, teman-teman Isna langsung berbaris di belakang Isna tanda mereka takut untuk masuk pertama kali karena di depan penjaga buku tamu sudah ada mas-mas yang membawa kamera dan sejenisnya. Mereka takut jika mas-mas tersebut mengambil gambar tanpa sepengetahuan mereka, tapi kalau mereka lagi pengen foto, mungkin mas-masnya kewalahan mengikuti arahan mereka, jaman sekarang model yang mengarahkan fotografer karena saking narsisnya model :D.
Ditulislah nama Isna dan ke enam temannya itu di atas buku tamu yang sudah di sediakan. Dimasukkanlah amplop yang sudah Isna siapkan sejak awal, kemudian Isna mengambil sovenir pernikahan dan selembar kertas yang isinya tak lain dan tak bukan promosi rias pengantin dan dekorasi yang saat ini digunakan oleh si punya hajat.
Kebingungan terlihat oleh Isna dan teman-temannya ternyata mereka sedikit terlambat untuk datang, kebanyakan kursi sudah terisi. Dengan cekatan para penjaga tamu, mencarikan kursi kosong yang masih tersisa. Akibatnya, Isna dan ke enam temannya tidak bisa duduk satu baris. Isna dan Tiara duduk berdekatan dan kelima lainnya duduk sesuai tempat dimana ada  kursi yang kosong.
“Gimana Is perasaanmu?” Sindir Tiara.
“Biasa aja,”
“kok kamu tanya nya ke aku?”
“Seharusnya kamu tanya sama mereka,” kata Isna dengan menunjuk pasangan pengantin yang sedang duduk di kursi pelaminan.
“Haha, biasa aja kali Is, nggak usah manyun gitu,”
“ngantri foto yuk Is,” ajak Tiara.
“Bentar napa, sup nya mau dateng,” kata Isna setelah melihat pasukan sinoman yang sudah datang dengan membawa baki berisi sup manten.
“Okelah kalau begitu,”
“ini kan yang kamu tunggu-tunggu kalau menghadiri hajatan pernikahan?”
“Sup manten!” Kata Tiara setelah sup manten sudah berada ditangannya.
“Biasa aja kali intonasinya, kayak nggak pernah makan sup manten aja,” ledek Isna.
Dengan lahap Isna dan Tiara menyantab sup yang sudah berada di tangannya. Mereka tak akan membiarkan ada sisa kuah di mangkuk berwarna putih itu. Ya memang benar saya sendiri mengakuinya hidangan paling ditunggu-tunggu saat berada di resepsi pernikahan adalah sup mantennya, nyumy.
“Dah selesai kan Is, yuk foto,” ajak Tiara setelah meletakkan mangkuk kosong di bawah kursinya.
“Oke,” jawab Isna dengan merapikan kerudungnya.
“Terus teman-teman yang lain gimana Ti?”
“Mereka biar nyusul aja,”
“aku nggak tahu tempat duduk mereka,” kata Tiara.
Karena tempat duduk Isna dan Tiara berada di pojok, dengan sopan mereka meminta ijin untuk lewat di depan undangan lainnya.
“Is, kamu sebelah sana ya ntar, aku sebelah situ,” kata Tiara sambil menunjuk posisi foto yang menurutnya bagus.
“Oh gitu ya kamu, oke Gue turuti caramu,” ucap Isna.
“Yuk Mbak yang pake baju coklat, silahkan kalau mau foto,” kata fotografer mempersilahkan mereka naik.
“Hei,”
“terimakasih sudah datang,” bisik pengantin pria kepada Isna.
“Iya sama-sama,” jawab Isna singkat.
“Habis aku, kamu ya,”
“aku tunggu undangannya,” bisik pengantin pria lagi.
“Yuk, merapat, senyum!” Arahan fotografer yang menghentikan percakapan mereka.
“Selamat ya!” Ucap Isna dan tiara kepada kedua mempelai sambil menjabat tangan mereka.
“Ngomong apa aja dia tadi,” tanya Tiara dengan nada lirih sesaat setelah mereka kembali duduk.
“Ih, kepo.”
“Cie, mantan pacar udah nikah, terus kamu kapan?” Sindir Tiara
“Mantan pacar apaan sih?”
“Dulu kita cuma deket ya, itu aja cuma tiga bulan,” jelas Isna.
“Kamu harus bersyukur Is,”
“Temen aku, pacaran udah tiga tahun terus putus. Beberapa bulan kemudian yang cowok nikah duluan,”
“Wuih, gimana ya perasaan temenmu itu?” Tanya Isna antusias.
“Kacau banget dia,”
“sampai sakit terus di opname satu minggu.”
“Makanya Is, jomblo sampai halal aja,”
“tapi jadi jomblo, ya jomblo yang berkualitas, jangan galau melulu,” kata Tiara dengan bijak.
“Kamu jomblo? Masak sih Ti?”
“Bukannya kamu sering ganti DP sama cowok?”
“Itu bukan pacar kamu?” Tanya Isna penasaran.
“Stt ... jangan bilang siapa-siapa,”
“itu sepupu aku, cakep kan?” Jawab Tiara sambil menunjukan koleksi poto di hpnya.
“Wuih, iya manis banget, sipit pula. Kaya keturunan Cina,” kata Isna yang langsung mengambil hp milik Tiara.
“Jawa asli itu, kamu minat?”
“Ku kenalin sama dia mau nggak? Dia masih singel hlo.”
“Duh gimana cara nolaknya ya, hehehe,” kata Isna malu.
“Ih, gaya Lo. Tenang aja, besok aku kenalin ke kamu.”
“Sekarang aku kasih pinnya dia dulu ya,” kata Tiara dengan mengambil hp nya kembali dan mencari pin saudara sepupunya itu.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa yang tidak mereka ketahui, (QS. Yasin : 36)
Sudah jelas bahwa Allah telah menciptakan semuanya berpasang-pasangan, jangan gelisah jika kita belum menemukan pasangan kita, mungkin inilah cara Allah menunjukan bahwa Dia mencitai kita.
Dia belum mengizinkan kita menikmati manis dan pahitnya sebuah rumah tangga. Jangan mengira setelah menikah semua urusan sudah beres, justru itulah awal dari kehidupan baru, yang pastinya penuh ujian yang harus dihadapi bersama. Mungkin kita merasa kita sudah mampu untuk memasuki gerbang rumah tangga, tapi Allah Maha Mengetahui apa yang tidak kita ketahui.
Nikmatilah waktu menunggu itu, pergunakan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara apa? Dengan cara terus belajar dan belajar. Yang belum bisa masak, inilah waktu emas mu untuk belajar masak. Waktu kecil sering main masak-masakan tapi ketika sudah besar malah nggak bisa masak, kayak aku :D. Jadi ayo Sob, kita sama-sama belajar masak. Besok kalau udah nikah, kita punya ladang amal, ladang amal kita apalagi kalau bukan dapur, memastikan suami dan anak-anak kita  terjaga perutnya dari yang haram dan memastikan ketercukupan gizi bagi mereka.
Kita (kaum hawa) punya peran peting  banget hlo Sob, selain memastikan suami dan anak-anak kita mendapatkan asupan gizi yang cukup, kita merupakan madrasah pertama bagi anak-anak kita, kalau kita tidak bisa meneruskan sekolah kejenjang yang lebih tinggi, setidaknya perbanyak membaca, mendengar dan bergaul, karena ilmu bisa kita peroleh di mana pun kita berada, tidak harus di bangku formal :D.
Yuk sama-sama saling menguatkan, jangan ada baper lagi. Baper itu menyiksa banget hlo Sob (curhat). Kalau dapet undangan nikah ya di hadiri, lihat dp orang yang pada dateng ke kondangan ya diabaikan aja, kalau perlu disembunyikan dari pembaruan, hloh kok gitu :D. Bercanda Sob, pokoknya jangan jadi manusia yang sedih ketika melihat saudaranya bahagia, dan bahagia ketika melihat saudara kita sedih.
Masalah jodoh? Jodoh jangan dikejar, karena dia bukan maling. Dan bukan pula sebuah soal ujian yang rumit,  yang harus memerlukan energi untuk memikirkannya. Karena waktu kita akan habis jika hanya memikirkan tentang jodoh, karena sebenarnya jodoh itu bukan untuk dipikirkan melainkan didesain dengan perbaikan diri tiada henti.

The End

Kamis, 16 Juni 2016

Yang Hidup Lebih Hidup Lagi


Duh, kirain tanggal 14 Juni itu masih lama, e ternyata e ternyata sudah tanggal 16 aja, itu berarti kesempatan buat ikut audisi menulis dengan tema Ramadhan di tempat tinggalku tertutup, padahal hadiahnya lumayan hlo HP Xiomy yang kameranya aduhai itu.
Kok hadiah sih Tis yang dipikir, kesempatan nya itu hlo yang harusnya kamu perjuangin buat ngembangin bakat terpendam dan wujudin cita-citamu!
Iya ya bener juga itu, dah hampir 1 tahun aku nggak buat cerita lagi, nggak ngepost di blog dan ngeshare ke FB/ Twitter terus ngetag temen-temen biar buka blogku dan baca cerita yang agak semrawut tapi cukup bisa buat ketawa (kata temenku hlo ini, bukan kataku).
Padahal ketika aku cuti menulis (cuti kok setahun hhhh) banyak yang menanyakan keberadaan blog ku, malah ada yang minta dimotivasi biar semangat menulis, hello aku aja juga butuh semangat, eh malah suruh nyemangati gimana ceritanya.
Dan ketika aku membuka beranda facebook, nggak sengaja aku baca postingan di salah satu grup komunitas bisa menulis kayaknya, nah ada lomba menulis dengan tema Ramadhan di tempat tinggalku. Gara-gara baca pengumuman itu semangat menulisku kembali lagi, selain sudah lama aku tak menulis, aku semangat karena ini membahas tentang Ramadhan dimana banyak sekali cerita di dalamnya yang tak bisa diceritakan hanya dengan 500 kata, seperti syarat di lomba itu.
Aku pun mulai menghayal dan meringkas cerita agar ringkas padat dan jelas, dan jadilah cerita dengan judul “Yang Hidup Lebih Hidup Lagi” ceritanya ada dibawah ini, tapi bentar lah jangan terburu-buru, biarkan aku bercakap-cakap terlebih dahulu, kan dah lebih dari 1 tahun aku nggak bercakap-cakap lewat tulisan-tulisan alay, jadi sabar ya :D.
Em.m aku mau cerita kejadian-kejadian mistis sebelum Ramadhan, duh mistis katanya. Bukan mistis deng tapi itu hlo apa, duh nggak bisa nyimpulin nih... em..m nah!! (tanda bolam yang menyala tanda ingatan sudah kembali) rejeki anak sholehah sebelum Ramadhan, heheh nggak nyambung ya sama kata mistis, ya terserah gue lah yang nulis kan gue, dah setahun lebih gue nggak nulis jadi jangan banyak komentar :D.
Gini ceritanya, beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadhan aku terserang flu yang cukup berat, seberat beban hidupku, ehh! Nah udah ku kasih obat belum sembuh juga, dan inget banget beberapa hari sebelum Ramadhan tenggorokkanku masih sakit, itu hlo kalau mau flu kan pancingen, nah belum sembuh-sembuh juga. Padahal sudah minum larutan cap kaki tiga, ups maaf sebut merk keceplosan saya, terus udah minum tolak angin juga, (sebut merk lagi) kalau ini sengaja nyebut merk, kan kata mbak Agnes, orang pintar minum tolak angin, dan saya minum tolak angin berarti kesimpulannya saya.... yups betul saya Sholehah, aamiin :D. Pas minum tolak angin itu rasanya enak banget ditenggorokan tapi sayangnya setelah minum masih saja sakit, terus aku beli jeruk entahlah hubungan jeruk sama tenggorokan itu apa aku nggak tahu kok bisa-bisanya aku beli jeruk biar tenggorokanku sembuh, tapi sama aja nggak ngefek.
Dua hari sebelum Ramadhan itu udah agak mendingan sih tenggorokanku, tapi aku minumi es lagi, soalnya hari itu aku ditraktir kakak-kakak pembukuan ATS di SFA Steak, dan aku tergoda dengan es degannya, yasudah aku pesan es degan, dan meminumnya dengan perasaan ketar-ketir, padahal seninnya udah mulai puasa kalau buat nelen sakit terus gimana?? Dan Alhamdulillah rejeki anak sholehah, Allah memberikan kesembuhan kepadaku, pas malam sahur pertama tenggorokan masih agak gatal, dan hidung masih agak mampet tetapi setelah membaca Al-Quran dan meminum air putih yang banyak, tenggorokanpun tak sakit lagi ketika aku menelan, Alhamdulillah.
Tak cukup itu saja rejeki anak sholehah yang aku rasakan, Allah benar-benar baik kepadaku, sebelum bulan Ramadhan tiba aku pengen banget makan soto garing, steak di SFA dan bakso kawi, dan semua sudah terealisasi. Hari jumat makan soto garing, hari sabtu dapat traktiran di SFA Steak, terus pulangnya ketemu bakso kawi, yaudah aku beli aja, walaupun sebenarnya perut masih kenyang tapi ya pupung abang bakso kawi di depan mata jangan sampai aku sia-siakan begitu saja. pasalnya aku pernah melihat abang bakso kawi di stasiun, tapi karena aku lagi nggak mood buat buka dompet aku cuekin saja dia, dan satu hari setelahnya aku kembali lagi ke stasiun itu dan aku seperti orang yang kebingungan tengak kanan tengok kiri, dan nihil abang bakso kawi tidak ditemukan :D padahal pengen banget waktu itu, sampai aku ke SD Tonggalan, kata tetanggaku di sana ada yang jual bakso kawi, tapi nihil juga, bahkan aku muterin lokasi yang disebutkan tetanggaku itu dua kali, siapa tahu pas lewat di sana mataku lagi kedip jadi si abang kawi nggak kelihatan :D.
Dah capek belum denger ocehan ku?? Heheh. Yaudah langsung aja ya, dibawah ini ada cerita indah tentang Ramadhan di tempat tinggalku, cerita ini aku buat dengan melihat realita di Ramadhan tahun lalu, jika dibandingkan keadaan Ramadhan tahun ini, em.m lebih seru Ramadhan tahun lalu. Ada poin-poin dimana yang dilakukan di Ramadhan tahun lalu tidak dilakukan di tahun ini, dan itulah yang membuatku malas untuk mengirim ceritaku ini ke penerbit.

Yang Hidup Lebih Hidup Lagi

Ramadhan tiba, Alhamdulillah bulan yang kita tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Seneng banget rasanya masih diberi kesempatan buat bertemu dengan bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, Alhamdulillah.
Kalau ditanya, mengapa aku bahagia ketika bulan Ramadhan tiba? Selain yang telah Allah janjikan kepada kita yaitu bulan dimana amal ibadah kita dilipat gandakan dan bulan dimana dosa-dosa diampuni, alasanku bahagia adalah bulan ini adalah bulan kehidupan.
Bulan kehidupan? Kok bisa?
Ya, bulan dimana semua yang hidup lebih hidup lagi. Yang tadinya jam 10 malam sunyi sunyap, di bulan ini masih terdengar lantunan ayat suci Al-Quran (nah poin ini yang sekarang nggak ada, ketika tadarus di masjid nggak dipancarkan jadi yang lagi dirumah ngurus anak nggak bisa dapet pahala dari mendengarkan orang mengaji ). Yang tadinya masjid dan mushola sepi, Alhamdulillah jadi ramai bahkan sampai penuh dan tidak muat untuk menampung semua jama’ah, itu karena didaerah tempat tinggalku Alhamdulillah islam semua, dan wilayahnya cukup luas.
Dan ketika bulan Ramadhan tiba, kami disibukan dengan mengurus urusan yang berhubungan dengan Ramadhan. Mulai dari membersihkan masjid dan mushola, menyusun daftar pemberi takjil, puluran (memberi makan untuk orang yang tadarus malam di masjid), menyusun daftar imam dan khotib, sampai dengan membuat lampion ketika lebaran sudah di depan mata, yups semua diserahkan kepada kami, generasi muda.
Agenda Ramadhan pada malam hari sudah pasti sholat tarawih berjamaah dan setelah itu dilanjutkan dengan tadarus Al-Quran di masjid dan mushola terdekat. Nah ini yang menjadi penyumbang besar bagi ku dan teman-teman untuk lebih mempererat  tali silaturahim antara kita. Yups, awalnya aku dan yang lain tak saling kenal, dan berkat bulan Ramadhan yang telah kami lewati beberapa kali, membuat hubungan kami semakin lebih erat, sejenak kami melupakan kesibukan dunia kita entah itu sekolah, kuliah ataupun kerja, kami berkumpul di masjid untuk melantuntkan ayat-ayat suci alquran bahkan tahun lalu bisa sampai jam 12 malam buat ngejar khatam sebelum kami disibukan membuat lampion untuk lomba takbiran. Itulah yang membuat aku semangat ketika aku berada bulan Ramadhan, yuhu itu artinya aku masih diberi kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan hambaNya, habluminallah dan habluminannas.
Em.m bagaiamana suasana ketika saur di tempat kalian Sob? Kalau di kampungku biasanya diingatkan lewat pengeras suara di masjid dan musola, tetapi sekarang pemuda di desaku berkeliling kampung dengan menabuh rabana sambil meneriakan ‘saur-saur’ udah kebayangkan suasana saur di kampungku, syahdu sekali. Ini baru berjalan satu yang lalu, atas inisiatif pemuda di kampungku, dan sambutannya luar biasa sehingga tahun ini diadakan lagi. (tapi nihil, sahur pertama nggak jalan, sahur kedua sampai kelima kalau nggak salah, Alhamdulillah jalan lagi, tapi setelah mendapat teguruan karena ada bayi yang terbangun mendengar tabuhan rebana akhirnya sekarang di stop0
Dan setelah sholat subuh berjamaah, biasanya adek-adek yang sekolahnya masi libur pasti jalan-jalan pagi sambil membawa petasan, ya itu sebenarnya nggak boleh ditiru ya, petasan itu bahaya. Tapi kayaknya tahun ini nggak bakal bawa petasan deh, tapi pindah ke HP, terus narsis dijalan, heheh.
Ya begitulah, akan selalu ada kehidupan setiap jamnya, kegiatan yang tujuannya untuk mencari pahala sebanyak-banyaknya, bahkan tadarus Al-Quran pun dilakukan tatkala ada waktu luang dan berlomba-lomba untuk mencapai lebih dari satu jus sehari. Kalau hari biasa paling pas habis maghrib itu pun cuma satu rukuk saja, bener-bener bulan kehidupan kan, yang hidup lebih berjiwa hidup di bulan ini :D.
Dua kali dalam satu Minggu, setiap hari rabu dan Ahad, kampungku mengadakan pengajian menjelang berbuka puasa. Kegiatan sore yang kami lakukan dibedakan sesuai dengan porsinya masing-masing, ada yang mengajar TPA, ada yang ditugaskan membantu menyiapkan makanan buka puasa , ada yang jadi  MC dengan teks menggunakan bahasa jawa, ada yang nyimon dan lain sebagainya.
Terus kegiatan di bulan Ramadhan selanjutnya, kalau udah malam ke 17, kami mengadakan pengajian Nuzulul Quran. Nah tahun kemarin bertepatan dengan wisuda santri TPA, yang sudah khatam Al-Quran di wisuda gitu ceritanya, biar jadi penyemangat buat yang lain biar ngajinya rajin.
Terus kalau di desaku setiap kampung sebelah ngadain pengajian nuzulul Quran selalu ada undangan yang ditempel di mading Masjid, nah kalau situasi dan kondisinya mendukung, kami berjalan kaki untuk menghadiri pengajian itu. Bisa bayangin nggak malam-malam jalan kaki bareng (ikhwan, akhwat) tapi nggak gandengan tangan hlo yang akhwat di depan yang ikhwan di belakang, terus nglewati beberapa makam dan jaraknya itu 1-2 km, seru deh pokoknya.
Em.m kalau mendekati Idhul Fitri, kami juga sibuk hlo, diserambi masjid buat obor atau lampion, buat lomba takbir keliling. Seru deh pokoknya.
Itulah cerita singkatku tentang Ramadhan di tempat tinggalku, bagaimana dengan tempat tinggalmu? Pasti juga menarik kan?
Semoga Ramadhan tahun ini penuh makna, agar dapat kita lalui dengan sempurna, kayak lagunya Raihan hehe. Semoga amal ibadah Ramadhan kita diterima Allah SWT. Aamiin