40 Hari
Menjemput Jodoh
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku), maka
sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
(Qs. Ibrahim:7)
Cerita
ini saya buka dengan firman Allah Swt. yang mengharuskan kita bersyukur atas
nikmat yang telah Allah Swt. berikan kepada kita, termasuk halnya nikmat belum
menemukan jodoh. Apa? belum menemukan
jodoh adalah sebuah nikmat? Nggak salah itu? Bukankah menikah menyempurnakan
separuh dari agama, sedangkan sendiri?
Menurut
saya itu adalah sebuah nikmat, dimana Allah Swt. masih memberikan waktu yang
sangat banyak untukku agar aku bisa bermanfaat bagi sesama, dan pastinya
menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan berarti aku memilih
sendiri dan menutup diri melainkan aku menikmati proses ini, hingga akhirnya
Allah Swt. mempertemukanku dengan dia, yang saat ini masih rahasia.
Bukankah
jika aku bersyukur, Allah Swt. akan menambah nikmat untukku, mungkin saja
nikmat bertemu denganmu yang sudah aku tunggu-tunggu. Ya, tetap berprasangka
baik terhadap-Nya, Sang Maha Perencana.
Aku
juga harus banyak belajar dari sahabat sholihahku yang menjaga diri hingga
akhirnya dia menghampiri. Sebut saja Helmi, dia adalah sahabat sholihahku di
kampung. Usianya dibawahku setahun dan aktivitasnya pengajar di sebuah sekolah
yayasan.
Walaupun
satu kampung, kami berdua hanya bertemu satu pekan sekali di malam ahad yang
mana kami ikut memakmurkan masjid dengan mengikuti pengajian remaja islam di
kampungku. Ya, remaja, kebanyakan dari mereka adalah anak SMA bahkan ada yang
baru SD, awalnya malu dan canggung bergabung dengan mereka, dan perasaan itu pun
juga kerap kali menghampiriku disaat futur melanda.
Helmi,
prinsipnya sama sepertiku tidak ada kata pacaran, kalau mau yuk ta’arufan hehe. Dia
pun juga kerap mengalami kebimbangan perihal jodoh, dan meminta bantuan
kepadaku untuk menanyakan ‘apakah dalam
doa meminta jodoh boleh menyebut nama?’
Jawaban
dari Ustadz favorit di kantorku adalah ‘Tidak’, seketika Helmi merasa bersedih
dan dia pun mulai merubah cara berdoanya, dengan ditambah amalan-amalan lainnya.
Dia
mengatakan bahwa selama 40 hari, ia merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman seusai
sholat Maghrib. Ketika mengamalkan hal itu, ia niatkan lagi untuk beribadah agar mendapatkan ridho Allah Swt. tidak dikhususkan untuk
meminta jodoh, kalaupun Allah Swt. mempermudah jalannya bertemu jodoh itu
adalah bonus atas ibadahnya. Kalau tidak, setidaknya amalannya dihitung sebagai
ibadah, karena setiap amal tergantung dari niatnya.
Kenapa
dia memilih merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman?
Karena
sesuai dengan artinya yaitu ‘Pengasih’,
Allah Swt. mengasihi semua makhluk di bumi sedangkan kita adalah umat terbaik
di bumi, Allah Swt. tidak hanya mengasihi kita tetapi juga menyayangi kita.
Helmi ingin hanyut dalam bacaan Qs. Ar-Rahman sebagai wujud syukur terlahir
sebagai umat terbaik.
Ada
beberapa ayat di surat ke 55, yang sudah mencuri perhatianku sejak dulu, sudah
aku posting di instagram juga (@eentiis) yaitu arti ayat ke 29-31.
“Apa yang di langit dan di
bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat
Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan? Kami memberi perhatian sepenuhnya
kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!”
Coba
renungkan ayat di atas, penduduk langit dan bumi banyak yang berdoa kepada
Allah Swt. dan Allah Swt. memberi perhatian sepenuhnya ke semua tanpa
terkecuali. Jadi teruslah berdoa kepada-Nya dengan keyakinan Allah Swt.
melihat, mendengar dan mengabulkan doa kita, karena satu dari beberapa adab
dalam berdoa adalah merasa yakin bahwa doanya akan dikabulkan.
Helmi
pun begitu, tidak hanya merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman, dia juga berdoa untuk
kelancaran dalam menjemput jodoh di waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Terlebih
dahulu, ia kosongkan hati, yang dulu pernah ada nama yang selalu ia sebut dalam
doa. Ia tak mau berharap kepada seseorang yang belum tentu menjadi jodohnya,
dan dia menjaga hatinya agar tidak mudah menaruh hati dan mengira-ira apakah
dia atau dia yang menjadi jodohnya. Benar-benar mengosongkan hati.
Hingga
suatu hari, ia melihat status whatsapp dari saudara sepupunya, yang membuat hatinya tergerak untuk menyimpan
kontak seseorang. Seseorang itu adalah teman saudara sepupunya, yang sudah lama
ingin berkenalan dengan Helmi, tetapi tidak ditanggapi oleh Helmi.
Dari
menyimpan kontak itu, akhirnya mereka berkomunikasi dan si pria berkeinginan
untuk datang ke rumah Helmi sekedar
meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk menjalin hubungan serius
dengan Helmi.
Gayung bersambut, orang
tua Helmi merestui hubungan mereka. Dan dua hari setelah aku dan Helmi
bertadabur alam bersama remaja masjid atau jarak 1 bulan dari si pria datang kerumahnya,
akhirnya si pria bersama keluarga bertamu dengan niat
mengkhitbah dan membicarakan rencana pertalian dua insan.
Awalnya
aku tak tahu sama sekali tentang ini, hingga ketua Pengajian Malam Ahad, memberiku kabar
yang sangat mengejutkan. Jujur saat itu aku sangat syock, karena selama ini Helmi tidak bercerita banyak tentang
kehidupannya, dan sepertinya dia tidak punya pacar kok bisa secepat itu ada
kabar dia dilamar.
Pikiranku
pun kemana-mana, langsung ku hubungi dia untuk meluruskan berita yang ku dapat,
akhirnya kita bersepakat untuk mencari waktu yang pas untuk menceritakan semua
kisahnya yang masya Allah sangat menginspirasiku.
Dan
bebanku pun bertambah, tentang keluarga dan masyarakat. Pasti akan ada banyak
pertanyaan tetangku yang sampai saat ini belum ada perkembangan. Kalau aku pribadi
sudah khatam tentang keadaan ini, sering ikut kajian yang membuat mata hati
terbuka, ada juga kajian yang awalnya membahas pentingnya membina jadi
melenceng ke pernikahan, bahwa ketika kita belum menikah, berarti kita belum
kepepet, belum perlu jodoh, kamu masih diperlukan dengan status single, Allah
Swt. sedang memperindah jodohmu, dan Allah menjauhkanmu dari hal-hal yang
sekiranya belum sanggup kamu pikul, kalau sudah sanggup insya Allah, semua akan
indah pada waktunya, jika kita sabar dan bersyukur.
Ada
benarnya juga hlo, ketika menjadi ketua karimah 5 (Kajian Rutin Muslimah),
banyak anggota Zahratunnisa yang sedang hamil, dan tersisa 4 single Lillah.
Jika semua anggota Zahratunnisa itu menikah dan akhirnya hamil bersamaan,
siapa yang akan meminjam lcd proyektor, yang panjang dan lumayan berat, dan
siapa yang akan meminjam pot besar yang teramat berat juga, kalau bukan 4
single Lillah. Jadi memang kita masih
dibutuhkan dengan status single, jangan bully kita tapi doakanlah yang
terbaik untuk kita hehe.
Ada
juga perumpamaan, jika mempunyai anak yang berusia 3-4 tahun, dan anak itu
melihat teman-temannya sudah memiliki sepeda dan mahir menggunakannya,
sedangkan anak kita tadi belum bisa menggunakan tetapi pengen memiliki, ketika
meminta kepada kita untuk membelikan sepeda roda dua, apakah kita akan
membelikannya? Tidak kan! Tunggu
sampai bisa terlebih dahulu baru kita belikan.
Termasuk
tentang jodoh, Allah Swt. melihat kita belum sanggup jika diberikan peran
sebagai istri atau suami, mari kita bersama memperbaiki diri dan saling mendoakan
satu dengan yang lainnya agar dimudahkan dalam segala urusan.
Nah,
ketakutanku terjawab, ketika kedua orang tua menanyakan kabar Helmi yang
dilamar dan menyangkutkannya dengan aku, ku jawab sebisaku
“semua
ada waktunya, aku belum karena aku masih dibutuhkan sebagai anak, sebagai
pemudi dan besok ketika aku menikah, aku tidak lagi di sini, aku akan ikut
bersama suami dan pasti meninggalkan keluarga ini, apa kalian juga siap dan
akan tetap harmonis tanpaku,” kataku dengan berlinangan air mata.
“Doakan
saja yang terbaik, karena kalau belum siap akan seperti dia yang selalu
mengeluh ketika ditimpa ujian di dalam keluarga,” tambahku.
Ya, ada seseorang yang membuatku terganggu
ketika membuka aplikasi facebook, dia
adalah istri dari tetanggaku, yang selalu mengeluh mengenai kondisi keluarganya
di media sosial, aku pun tak tinggal diam, ku coba menghubungi keluarga
terdekat untuk memastikan apakah yang bersangkutan sudah dinasehati dan diberi
semangat agar bisa menghadapi ujian yang sebenarnya dia mampu melewatinya,
karena Allah Swt. tak akan memberi cobaan dibatas kemampuan hambanya kita
diminta sholat dan bersabar, insya Allah bersama kesusahan pasti ada kemudahan.
Dan ternyata sudah dilakukan berbagai cara
untuk menasehati dia, tetapi tidak ada hasilnya malah yang bersangkutan merasa
tidak didukung keluarga. Itu lah yang menjadi PR untukku, agar membatasi diri
untuk memposting sesuatu yang bersifat pribadi di sosial media, dan berusaha
agar tidak banyak mengeluh agar ketika diberi amanah peran sebagai ‘istri’ yang
nantinya menjadi ibu tidak ada kata-kata kotor yang keluar dari mulut ini.
Pernah saya baca buku tentang perkataan ibu
yang menjadi kenyataan, kisah tentang Juraij yang mana ia ahli ibadah dan
ketika ia beribadah, ibunya yang sudah tua memanggil dia, Juraij pun bingung
antara melanjutkan ibadah atau memenuhi panggilan ibunya, dan ia memutuskan
untuk melanjutkan ibadah, hingga ibunya geram dan mengeluarkan ucapan yang
tidak baik untuk anaknya, ‘Ya Allah
jangan matikan Juraij sampai matanya melihat tuna susila’.
Suatu ketika ada perempuan yang hamil, dan
memfitnah bahwa ia hamil dengan Juraij. Sang raja pun marah, dan membakar
tempat ibadah Juraij, Juraij kemudian dibawa menghadap raja melewati para
wanita tuna susila, sebelum dihukum pancung Juraij menanyai anak yang baru
lahir itu, atas izin Allah Swt. bayi itu bisa berbicara dan menjawab bahwa
bapak dari bayi itu adalah seorang penggembala sapi.
Sang raja meminta maaf atas kesalahannya, dan
membangunkan lagi tempat ibadah Juraij. Juraij pun tersenyum karena ia tahu
bahwa yang ia alami adalah karena perkataan ibunya menjadi kenyataan.
Jadi banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil
kenapa sampai sekarang jodoh tak kunjung datang, ya tentang memperbaiki diri,
mari kita perbaiki diri agar pantas diamanahi peran sebagai istri seseorang.
Kembali ke kisahku, setelah
mendapatkan pertanyaan itu, aku benar-benar kalut. Hingga menunda pulang dan
memilih menikmati udara spoi spoi di lantai atas. Hingga lamunanku dikagetkan
dengan suara bapak-bapak,
“Jangan
loncat hlo Tis, aku tahu mencari jodoh itu susah tapi yo jangan putus asa,
santai saja nggak usah dipikir banget-banget,” kata bapak itu dengan bercanda
yang membuatku sedikit tertawa. Ya memang bapak itu selalu membully ku tentang
jodoh, yang aku anggap hanya guyonan. Sebenarnya banyak yang masih single di
kerjaan, entah kenapa aku yang jadi sasaran bahan bullyan karena memang mereka
perhatian. Banyak juga yang berusaha menjodohkan, memang luar biasa kalian :D
Duh maaf, malah jadi curhat.
Dan
Alhamdulillah, setelah mendapat sedikit penjelasan yang saat itu aku jelaskan
dengan penuh emosional, kedua orang tuaku pun paham dan tidak mempermasalahkan
hal itu lagi.
Barakallah
Helmi, semoga diberi kemudahan dan kelancaran sampai hari H, aamiin.
Jadi
kesimpulannya, tetap berprasangka baik kepada Nya. Jangan ragukan janji-Nya dan
tetap bersyukur agar nikmat dari-Nya semakin bertambah.
“... boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(Qs. Al-Baqarah: 216)
***