Jumat, 14 Desember 2018

40 Hari Menjemput Jodoh






40 Hari Menjemput Jodoh

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
(Qs. Ibrahim:7)

Cerita ini saya buka dengan firman Allah Swt. yang mengharuskan kita bersyukur atas nikmat yang telah Allah Swt. berikan kepada kita, termasuk halnya nikmat belum menemukan jodoh. Apa? belum menemukan jodoh adalah sebuah nikmat? Nggak salah itu? Bukankah menikah menyempurnakan separuh dari agama, sedangkan sendiri?
Menurut saya itu adalah sebuah nikmat, dimana Allah Swt. masih memberikan waktu yang sangat banyak untukku agar aku bisa bermanfaat bagi sesama, dan pastinya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Bukan berarti aku memilih sendiri dan menutup diri melainkan aku menikmati proses ini, hingga akhirnya Allah Swt. mempertemukanku dengan dia, yang saat ini masih rahasia.
Bukankah jika aku bersyukur, Allah Swt. akan menambah nikmat untukku, mungkin saja nikmat bertemu denganmu yang sudah aku tunggu-tunggu. Ya, tetap berprasangka baik terhadap-Nya, Sang Maha Perencana.
Aku juga harus banyak belajar dari sahabat sholihahku yang menjaga diri hingga akhirnya dia menghampiri. Sebut saja Helmi, dia adalah sahabat sholihahku di kampung. Usianya dibawahku setahun dan aktivitasnya pengajar di sebuah sekolah yayasan.
Walaupun satu kampung, kami berdua hanya bertemu satu pekan sekali di malam ahad yang mana kami ikut memakmurkan masjid dengan mengikuti pengajian remaja islam di kampungku. Ya, remaja, kebanyakan dari mereka adalah anak SMA bahkan ada yang baru SD, awalnya malu dan canggung bergabung dengan mereka, dan perasaan itu pun juga kerap kali menghampiriku disaat futur melanda.
Helmi, prinsipnya sama sepertiku tidak ada kata pacaran, kalau mau yuk ta’arufan hehe. Dia pun juga kerap mengalami kebimbangan perihal jodoh, dan meminta bantuan kepadaku untuk menanyakan ‘apakah dalam doa meminta jodoh boleh menyebut nama?’
Jawaban dari Ustadz favorit di kantorku adalah ‘Tidak’, seketika Helmi merasa bersedih dan dia pun mulai merubah cara berdoanya, dengan ditambah amalan-amalan lainnya.
Dia mengatakan bahwa selama 40 hari, ia merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman seusai sholat Maghrib. Ketika mengamalkan hal itu, ia niatkan lagi untuk beribadah agar mendapatkan ridho Allah Swt. tidak dikhususkan untuk meminta jodoh, kalaupun Allah Swt. mempermudah jalannya bertemu jodoh itu adalah bonus atas ibadahnya. Kalau tidak, setidaknya amalannya dihitung sebagai ibadah, karena setiap amal tergantung dari niatnya.
Kenapa dia memilih merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman?
Karena sesuai dengan artinya yaitu ‘Pengasih’, Allah Swt. mengasihi semua makhluk di bumi sedangkan kita adalah umat terbaik di bumi, Allah Swt. tidak hanya mengasihi kita tetapi juga menyayangi kita. Helmi ingin hanyut dalam bacaan Qs. Ar-Rahman sebagai wujud syukur terlahir sebagai umat terbaik.
Ada beberapa ayat di surat ke 55, yang sudah mencuri perhatianku sejak dulu, sudah aku posting di instagram juga (@eentiis) yaitu arti ayat ke 29-31.
“Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan? Kami memberi perhatian sepenuhnya kepadamu wahai (golongan) manusia dan jin!”
Coba renungkan ayat di atas, penduduk langit dan bumi banyak yang berdoa kepada Allah Swt. dan Allah Swt. memberi perhatian sepenuhnya ke semua tanpa terkecuali. Jadi teruslah berdoa kepada-Nya dengan keyakinan Allah Swt. melihat, mendengar dan mengabulkan doa kita, karena satu dari beberapa adab dalam berdoa adalah merasa yakin bahwa doanya akan dikabulkan.
Helmi pun begitu, tidak hanya merutinkan membaca Qs. Ar-Rahman, dia juga berdoa untuk kelancaran dalam menjemput jodoh di waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Terlebih dahulu, ia kosongkan hati, yang dulu pernah ada nama yang selalu ia sebut dalam doa. Ia tak mau berharap kepada seseorang yang belum tentu menjadi jodohnya, dan dia menjaga hatinya agar tidak mudah menaruh hati dan mengira-ira apakah dia atau dia yang menjadi jodohnya. Benar-benar mengosongkan hati.
Hingga suatu hari, ia melihat status whatsapp dari saudara sepupunya, yang membuat hatinya tergerak untuk menyimpan kontak seseorang. Seseorang itu adalah teman saudara sepupunya, yang sudah lama ingin berkenalan dengan Helmi, tetapi tidak ditanggapi oleh Helmi.
Dari menyimpan kontak itu, akhirnya mereka berkomunikasi dan si pria berkeinginan untuk datang ke rumah Helmi sekedar  meminta ijin kepada kedua orang tuanya untuk menjalin hubungan serius dengan Helmi.
Gayung bersambut, orang tua Helmi merestui hubungan mereka. Dan dua hari setelah aku dan Helmi bertadabur alam bersama remaja masjid atau jarak 1 bulan dari si pria datang kerumahnya, akhirnya si pria bersama keluarga bertamu dengan niat mengkhitbah dan membicarakan rencana pertalian dua insan.
Awalnya aku tak tahu sama sekali tentang ini, hingga ketua Pengajian Malam Ahad, memberiku kabar yang sangat mengejutkan. Jujur saat itu aku sangat syock, karena selama ini Helmi tidak bercerita banyak tentang kehidupannya, dan sepertinya dia tidak punya pacar kok bisa secepat itu ada kabar dia dilamar.
Pikiranku pun kemana-mana, langsung ku hubungi dia untuk meluruskan berita yang ku dapat, akhirnya kita bersepakat untuk mencari waktu yang pas untuk menceritakan semua kisahnya yang masya Allah sangat menginspirasiku.
Dan bebanku pun bertambah, tentang keluarga dan masyarakat. Pasti akan ada banyak pertanyaan tetangku yang sampai saat ini belum ada perkembangan. Kalau aku pribadi sudah khatam tentang keadaan ini, sering ikut kajian yang membuat mata hati terbuka, ada juga kajian yang awalnya membahas pentingnya membina jadi melenceng ke pernikahan, bahwa ketika kita belum menikah, berarti kita belum kepepet, belum perlu jodoh, kamu masih diperlukan dengan status single, Allah Swt. sedang memperindah jodohmu, dan Allah menjauhkanmu dari hal-hal yang sekiranya belum sanggup kamu pikul, kalau sudah sanggup insya Allah, semua akan indah pada waktunya, jika kita sabar dan bersyukur.
Ada benarnya juga hlo, ketika menjadi ketua karimah 5 (Kajian Rutin Muslimah), banyak anggota Zahratunnisa yang sedang hamil, dan tersisa 4 single Lillah. Jika semua anggota Zahratunnisa itu menikah dan akhirnya hamil bersamaan, siapa yang akan meminjam lcd proyektor, yang panjang dan lumayan berat, dan siapa yang akan meminjam pot besar yang teramat berat juga, kalau bukan 4 single Lillah. Jadi memang kita masih dibutuhkan dengan status single, jangan bully kita tapi doakanlah yang terbaik untuk kita hehe.
Ada juga perumpamaan, jika mempunyai anak yang berusia 3-4 tahun, dan anak itu melihat teman-temannya sudah memiliki sepeda dan mahir menggunakannya, sedangkan anak kita tadi belum bisa menggunakan tetapi pengen memiliki, ketika meminta kepada kita untuk membelikan sepeda roda dua, apakah kita akan membelikannya? Tidak kan! Tunggu sampai bisa terlebih dahulu baru kita belikan.
Termasuk tentang jodoh, Allah Swt. melihat kita belum sanggup jika diberikan peran sebagai istri atau suami, mari kita bersama memperbaiki diri dan saling mendoakan satu dengan yang lainnya agar dimudahkan dalam segala urusan.
Nah, ketakutanku terjawab, ketika kedua orang tua menanyakan kabar Helmi yang dilamar dan menyangkutkannya dengan aku, ku jawab sebisaku
“semua ada waktunya, aku belum karena aku masih dibutuhkan sebagai anak, sebagai pemudi dan besok ketika aku menikah, aku tidak lagi di sini, aku akan ikut bersama suami dan pasti meninggalkan keluarga ini, apa kalian juga siap dan akan tetap harmonis tanpaku,” kataku dengan berlinangan air mata.
“Doakan saja yang terbaik, karena kalau belum siap akan seperti dia yang selalu mengeluh ketika ditimpa ujian di dalam keluarga,” tambahku.
Ya, ada seseorang yang membuatku terganggu ketika membuka aplikasi facebook, dia adalah istri dari tetanggaku, yang selalu mengeluh mengenai kondisi keluarganya di media sosial, aku pun tak tinggal diam, ku coba menghubungi keluarga terdekat untuk memastikan apakah yang bersangkutan sudah dinasehati dan diberi semangat agar bisa menghadapi ujian yang sebenarnya dia mampu melewatinya, karena Allah Swt. tak akan memberi cobaan dibatas kemampuan hambanya kita diminta sholat dan bersabar, insya Allah bersama kesusahan pasti ada kemudahan.
Dan ternyata sudah dilakukan berbagai cara untuk menasehati dia, tetapi tidak ada hasilnya malah yang bersangkutan merasa tidak didukung keluarga. Itu lah yang menjadi PR untukku, agar membatasi diri untuk memposting sesuatu yang bersifat pribadi di sosial media, dan berusaha agar tidak banyak mengeluh agar ketika diberi amanah peran sebagai ‘istri’ yang nantinya menjadi ibu tidak ada kata-kata kotor yang keluar dari mulut ini.
Pernah saya baca buku tentang perkataan ibu yang menjadi kenyataan, kisah tentang Juraij yang mana ia ahli ibadah dan ketika ia beribadah, ibunya yang sudah tua memanggil dia, Juraij pun bingung antara melanjutkan ibadah atau memenuhi panggilan ibunya, dan ia memutuskan untuk melanjutkan ibadah, hingga ibunya geram dan mengeluarkan ucapan yang tidak baik untuk anaknya, ‘Ya Allah jangan matikan Juraij sampai matanya melihat tuna susila’.
Suatu ketika ada perempuan yang hamil, dan memfitnah bahwa ia hamil dengan Juraij. Sang raja pun marah, dan membakar tempat ibadah Juraij, Juraij kemudian dibawa menghadap raja melewati para wanita tuna susila, sebelum dihukum pancung Juraij menanyai anak yang baru lahir itu, atas izin Allah Swt. bayi itu bisa berbicara dan menjawab bahwa bapak dari bayi itu adalah seorang penggembala sapi.
Sang raja meminta maaf atas kesalahannya, dan membangunkan lagi tempat ibadah Juraij. Juraij pun tersenyum karena ia tahu bahwa yang ia alami adalah karena perkataan ibunya menjadi kenyataan.
Jadi banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil kenapa sampai sekarang jodoh tak kunjung datang, ya tentang memperbaiki diri, mari kita perbaiki diri agar pantas diamanahi peran sebagai istri seseorang.
Kembali ke kisahku, setelah mendapatkan pertanyaan itu, aku benar-benar kalut. Hingga menunda pulang dan memilih menikmati udara spoi spoi di lantai atas. Hingga lamunanku dikagetkan dengan suara bapak-bapak,
“Jangan loncat hlo Tis, aku tahu mencari jodoh itu susah tapi yo jangan putus asa, santai saja nggak usah dipikir banget-banget,” kata bapak itu dengan bercanda yang membuatku sedikit tertawa. Ya memang bapak itu selalu membully ku tentang jodoh, yang aku anggap hanya guyonan. Sebenarnya banyak yang masih single di kerjaan, entah kenapa aku yang jadi sasaran bahan bullyan karena memang mereka perhatian. Banyak juga yang berusaha menjodohkan, memang luar biasa kalian :D Duh maaf, malah jadi curhat.
Dan Alhamdulillah, setelah mendapat sedikit penjelasan yang saat itu aku jelaskan dengan penuh emosional, kedua orang tuaku pun paham dan tidak mempermasalahkan hal itu lagi.
Barakallah Helmi, semoga diberi kemudahan dan kelancaran sampai hari H, aamiin.
Jadi kesimpulannya, tetap berprasangka baik kepada Nya. Jangan ragukan janji-Nya dan tetap bersyukur agar nikmat dari-Nya semakin bertambah.
“... boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”
(Qs. Al-Baqarah: 216)
***