Rabu, 25 Januari 2017

JOJOTA


Jojota



Jojota? Apa itu jojota? Pasti pertanyaan itu terlintas di benak kalian. Asing kan dengan istilah itu? Jojota itu sebenarnya kakaknya jojoba. Nah, pasti dah sering denger istilah jojoba kan? Yups, jomblo-jomblo batin tersiksa, ups maaf salah pencet, maksud gue itu jomblo-jomblo bahagia, layaknya gue dan sebagian kalian yang sedang baca cerita ini, haha.

Jojota itu singkatan dari jomblo-jomblo taat agama, cie. Keren kan? Sebenarnya jojota itu levelnya di atas jojoba. Coba bandingkan dua jawaban dibawah ini, jika ada jomblowan atau jomblowati yang ditanya kenapa kamu masih aja jomblo, ada yang menjawab belum nemu yang cocok, dan satunya lagi karena aku nggak mau mendekati zina, lebih keren jawaban mana? Yang kedua kan?

Ya begitu juga gue, cie curhat. Awalnya ketika gue ditanya kenapa kok betah banget nge-jomblonya, gue selalu jawab belum ada yang srek di hati, tapi setelah kepala gue bercabang menjadi dua, jawaban gue pun mulai berubah. Ingat umur pasti juga ingat mati lah, minimal gue kurangi hal-hal yang menjerumuskan gue ke jurang kesesatan yang berujung nereka jahanam, hii menakutkan. Dan gue juga malu sama umur, jika masih berharap bisa berpacaran layaknya kaum ababil yang menebar kemesrahan di sosial media, jadi gue putusin nge-jomblo sampai halal.

Sebenarnya komitmen itu terasa berat buat gue apalagi ditambah omongan temen-temen, bahkan sahabat gue pun juga nge-bully gue, coba bayangin betapa sakitnya hati ini ketika lagi down, eh sahabat malah bikin down lagi, bukannya ngasih semangat malah ngejek, tahu lagunya Wali yang cari jodoh kan? Nah tu orang nunjuk ke gue pas liriknya cuma dirimu yang tak laku-laku, ces banget rasanya. Sakit? Pasti! Nangis? Nggak usah ditanya, tiap curhat sama Allah pasti air mataku ini mengalir dengan derasnya. Kenapa kamu nggak bales dia aja, bilang kalau pacarmu itu belum tentu jadi jodohmu, biar impas? Ya, kalau gue bales kayak gitu, sama aja dong gue kayak dia, yang nggak bisa memanfaatkan lidah dengan baik, dan karena kebetulan gue itu orang baik, gue balas dia lewat doa, gue doain dia supaya hatinya terbuka dan menyadari kekeliruannya, ship banget kan cara gue?

Sebenarnya hati sahabat gue itu baik banget hlo, sebelum dia menghina seperti itu, dia juga sudah berusaha ngenalin gue ke teman-temannya, mulai dari yang pendiam sampai yang jago ngomong, dengan tujuan supaya ada yang nyantol dan jadi pacar gue. Tapi hasilnya nihil, tak ada yang bisa jadi pacar gue. Ya bagaimanapun juga manusia hanya bisa berencana, Allah lah yang Maha Berkehendak, mungkin saat itu belum waktunya gue untuk mengenal cinta, maklum waktu itu gue masih duduk di bangku SMK atau mungkin Allah tak mengizinkanku menjadi bagian dari mereka, mereka yang tiap berangkat atau pulang sekolah selalu berboncengan dengan mesrah padahal mereka bukan muhrim, dan sebenarnya mereka juga dibekali pelajaran agama, tapi masih saja seperti itu, ya sudahlah.

Dan setelah gue lulus dari SMK, gue akhirnya memutuskan untuk bekerja. Selain niat gue cari uang buat biaya hidup sehari-hari, niat tersirat gue sebenarnya cari uang buat biaya nikah. Ya, walaupun belum ada calonnya,  minimal kalau udah ada modal, hati kan jadi tenang. Nggak jauh beda dari kaum yang sering tebar kemesrahan, gue pernah nanya sama seseorang sebut saja dia Mawar, bukan nama sesungguhnya. Gue nanya ke dia kapan Loe nikah, jawabanya gini belum ada modal buat nikah nih Ntis, tu kan situasinya jadi sama, jadi hati-hati kalau menghina jomblowan atau jomblowati, belum tahu kan isi dompet kaum jomblo? Yang pastinya lebih tebel dari kalian! Yeah.

Setelah gue kerja, ejekan dan hinaan juga masih saja gue terima, tapi itu nggak papa untung aja hati gue udah gue suntik imunisasi kebal hinaan, jadi gue nggak terlalu sakit denger hinaan itu lagi, yang bikin gue sakit sekarang ini adalah dilangkahin nikah!

“Cie yang habis dilamar sama calonnya?” Komen gue ke salah satu status terbaru yang ada di kontak BBM gue.

“Iya Mbak, hehe. Jadi galau ni Mbak, diterima nggak ya?” Jawab dek Ima, tetangga deket gue yang manggil gue dengan sapaan Mbak.

“Kalau udah manteb terima aja Dek,” saran gue dengan tangan yang bergetar ketika menyentuh tuts keyboard dan dengan jantung yang kali ini berdetak dengan kencang gara-gara hati gue tergunjang menerima kenyataan bakal dilangkahin sama sobat karib gue.

“Di dunia ini ada beberapa perkara yang harus disegerakan, termasuk menikah. Jadi menikahlah, karena lebih cepat lebih baik,” ceramah gue ke dek Ima, gue mencoba menciptakan kesan bahwa gue itu bijaksana dan gue seneng denger dia bakalan nikah, walaupun berkali-kali gue pasang status Envy sama dek Ima yang udah mau nikah,dan dia pun juga menceramahi gue sehingga timbul kesan bahwa dia lebih bijaksana dari gue.

Akhirnya atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan sedikit saran yang gue berikan, sahabat karib gue akhirnya resmi melepas masa lajangnya pada tanggal 1 Januari kemarin, tahun baru dan hidup baru, komplet. Dan gue? Hem.. tahun baru dan pertanyaan baru, yang pasti bikin kepala gue cenat cenut! Pertanyaan, kapan nikah? Kapan nyusul dek Ima? Ya biarkanlah waktu yang akan menjawab semuanya, yang pasti gue juga berusaha kok, gue berusaha untuk memantaskan diri dulu sebelum akhirnya mementaskan diri.

Oke kembali lagi ke sahabat gue yang waktu SMK sering ngehina gue, dia itu namanya Dewi. Dan doa yang pernah gue panjatkan kehadirat-Nya, Alhamdulillah terkabul. Itu hlo doa ketika gue teraniaya dengan hinaannya, sekarang Dewi jadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Jilbab panjang selalu menghiasi kepalanya, dan sarung kaki juga tak lupa ia kenakan apabila ia keluar rumah.

Dulu awalnya dia bangga banget karena punya pacar, tapi sekarang jadi anti pacaran. Yeah gue pengen ketawa kalau inget jaman SMK ketika dia ngehina gue kayak gitu, dan sekarang dia jadi sama kayak gue. Nah, buat yang sering dihina teman-temannya jangan bales dengan hinaan juga, bales doa lebih manjur to? Hehe.

Setelah lulus sekolah, kedekatan gue dan Dewi terjalin ketika kami bergabung dalam suatu perkumpulan kaum sholehah atau bahasa kerennya liqo. Di sana kami diberi asupan ilmu agama yang belum pernah kami terima saat duduk di bangku sekolah, dan akhirnya gue punya temen yang seprinsip dengan gue haha, itu hlo jojota, jomblo-jomblo taat agama.

Gue bangga hlo jadi jomblo, selain jadi punya waktu lebih buat diri gue sendiri, gue juga punya waktu buat ngejalin silaturahim dengan teman-teman. Gue jadi yang terdepan, terpercaya dan terakurat dalam menyajikan kabar berita. Sempet gue dikatain kepo sama temen gue gara-gara tau seluk beluk kabar salah satu teman SMK, dan gue dengan sedikit bangga menjawab itu bukan kepo, tapi lebih ke arah perhatian, say hello ke temen dan nanya kabar ke mereka, kamu sih terlalu asik dengan kehidupanmu asmaramu jadi kudet deh. Haha.

Dan punya waktu lebih buat diri sendiri yang gue maksud itu bukan berarti egois, tapi lebih ke cara memanfaatkan masa lajang sebelum akhirnya bakalan ditemenin sama pendamping hidup seumur hidup. Bayangin aja kalau pacaran 7 tahun terus nikah itu artinya selama 7 tahun dia menghabiskan waktunya percuma. Contoh realnya : mlototin layar HP cuma nunggu SMS dari si doi, bela-belain belum makan pagi terus cus kerumah pacar karena takut kena marah gara-gara telat, bayarin belanjaannya pacar padahal orang tua jarang dikasih uang. Nah sia-sia kan selama 7 tahun itu, seharusnya waktu 7 tahun itu dimanfaatin dengan sebaik-baiknya, apalagi kalau bukan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Nggak pernah bayangin kehidupan setelah menikah kan? Bakal nggak ada kata selo (senggang) terucap dari mulut, dari bangun sampai tidur ada aja pekerjaan rumah yang dikerjakan dan itu bakal menyita waktu berhargamu untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta. Kabar baik kan bagi kaum jomblo? Yups, manfaatin waktumu untuk lebih dekat pada-Nya.

Tapi terkadang gue iri juga kalau melihat temen-temen gue yang pada piknik boncengan sama pacarnya, dan karena gue nggak ada pacar jadi gue nggak ikut piknik, takut lah kalau naik motor sendiri dan lewat jalan yang berkelok-kelok.

Dan setelah gue telaah dari beberapa temen gue yang punya pacar, mereka itu nggak punya kakak laki-laki, dan mungkin mereka punya pacar karena pengen merasakan kasih sayang dari seorang kakak laki-laki. Kalau begitu gue lebih unggul dong ya dari mereka. Gue punya kakak laki-laki yang super duper baik sekali, lebay dikit nggak papa lah.

Dia selalu siap mendengarkan ketika gue ingin bercerita dan ketika gue bimbang dia jadi yang terdepan untuk memberi saran. Nggak cuma itu aja, banyak materi yang telah kakak gue sumbangkan ke gue, dan itu nggak mereka dapatkan dari sang pacar.

Jadi, menurut gue kaum jomblo itu bukan kaum yang sial karena belum mendapatkan pacar, tetapi dibalik anggapan mereka bahwa jomblo itu kesepian, terselip beberapa kebetulan yang tidak mereka miliki, dan pasti akan membuat mereka iri jika kita memperlihatkan hal-hal yang kita miliki itu ke mereka. So, berbahagialah kaum jomblo dan tetaplah taat pada-Nya, tetap rendah hati dan jangan suka pamer layaknya mereka yang memamerkan kemesrahan di depan kita.

Nih, bagi kaum jomblo pemula, aduh gue jadi ngerasa senior banget dalam urusan jomblo menjomblo, gue kasih sedikit tips agar hati nggak gegana lagi.

Kalau lagi sedih karena di bully banyak orang, anggap aja Lo itu lagi main sebuah sinetron dimana diri Lo jadi peran utama yang akan menghadapi ujian dari tokoh antagonis, dan layaknya di sinetron, pemeran utamanya lah yang akan unggul di akhir episode.

Dan kalau Lo nggak bisa ngebayangin jadi seorang artis yang lagi main sinetron, Lo anggap aja omongan itu angin lalu. Mereka kan nggak ngasih makan Lo, ngapain mikirin mereka, lagian temen Lo kan banyak yaudah yang bikin sakit hati jauhi aja, cari temen yang bener-bener baik.

Kalau kesedihan itu nggak hilang-hilang juga, coba deh pencet tombol power di TV, cari acara favorit yang bisa bikin ngakak. Kalau gue sih lebih ke buka notebook terus lihat salah satu variety show terkenal di Korea, dan bener-bener bisa bikin ngakak sumpah! Nama acaranya Running Man.

Tips terakhir jika kesedihan masih saja tak mau pergi, yaudah yuk tak anter ke toko buku. Bukan! Bukan buat beli novel, kalau baca novel malah tambah galau lagi. Tapi tak anterin ke rak buku yang isinya buku-buku Rohani Islam, dicoba deh InsyaAllah manjur. Bukankah Allah yang Maha Membolak-balikan hati manusia, barangkali setelah membaca dan memahami buku tentang Kebesaran Allah, hati kita akan menjadi tentram dan bisa melupakan kesedihan itu.

Nih satu lagi, buat kaum jomblo, jadilah jomblo yang berkualitas, dengan cara apa? Dengan cara mendekatkan diri pada-Nya. Hiasi waktu menunggumu dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran, berdzikir dan sholat malam. Percayalah rencana Allah lebih indah dari yang kita bayangkan, Dia sudah mempersiapkan sosok calon pendamping hidup kita dan Dia juga sudah menentukan waktu yang terbaik untuk mempertemukan kita dengan dia, jadi jangan terlalu risau dengan omongan orang-orang yang mengatai kita nggak punya jodoh, kalau toh kita nggak punya jodoh di dunia, insyaAllah Allah telah mempersiapkan jodoh kita di akhirat.

Pernah denger ceramah yang isinya penghuni neraka kebanyakan adalah perempuan, karena mereka nusus kepada suaminya ketika di dunia? Barangkali Allah tidak mau melihat kita melakukan dosa besar itu, jadi Allah menyiapkan jodoh kita bukan di dunia melainkan di akhirat. So, tetaplah berhusnudzon kepada Allah, tetap istiqomah di jalan-Nya, dan jadilah jomblo yang bahagia dan pastinya taat agama.

***

Biodata Penulis
Nama Lengkap : Titis Tiyas Sari
E_mail      : t.teaz14@gmail.com
Nama Pena       : Eentiis
Instagram : -
Twitter             : @eentiis
Alamat     : Buntalan Rt 4/9, Buntalan,
                   Klaten Tengah, Klaten 57419
Facebook         : t_teaz@yahoo.com
No. HP     : 085729*****