Jojota
Jojota?
Apa itu jojota? Pasti
pertanyaan itu terlintas di benak kalian. Asing kan dengan istilah itu? Jojota
itu sebenarnya kakaknya jojoba. Nah, pasti dah sering denger istilah jojoba
kan? Yups, jomblo-jomblo batin tersiksa, ups maaf salah pencet, maksud gue itu
jomblo-jomblo bahagia, layaknya gue dan sebagian kalian yang sedang baca cerita
ini, haha.
Jojota itu singkatan
dari jomblo-jomblo taat agama, cie. Keren kan? Sebenarnya jojota itu levelnya
di atas jojoba. Coba bandingkan dua jawaban dibawah ini, jika ada jomblowan
atau jomblowati yang ditanya kenapa kamu masih aja jomblo, ada yang menjawab belum nemu yang cocok, dan satunya lagi karena aku nggak mau mendekati zina, lebih
keren jawaban mana? Yang kedua kan?
Ya begitu juga gue, cie
curhat. Awalnya ketika gue ditanya kenapa kok betah banget nge-jomblonya, gue
selalu jawab belum ada yang srek di hati, tapi setelah kepala gue bercabang
menjadi dua, jawaban gue pun mulai berubah. Ingat umur pasti juga ingat mati
lah, minimal gue kurangi hal-hal yang menjerumuskan gue ke jurang kesesatan
yang berujung nereka jahanam, hii menakutkan. Dan gue juga malu sama umur, jika
masih berharap bisa berpacaran layaknya kaum ababil yang menebar kemesrahan di sosial
media, jadi gue putusin nge-jomblo sampai halal.
Sebenarnya komitmen itu
terasa berat buat gue apalagi ditambah omongan temen-temen, bahkan sahabat gue
pun juga nge-bully gue, coba bayangin betapa sakitnya hati ini ketika lagi
down, eh sahabat malah bikin down lagi, bukannya ngasih semangat malah ngejek,
tahu lagunya Wali yang cari jodoh kan? Nah tu orang nunjuk ke gue pas liriknya cuma dirimu yang tak laku-laku, ces
banget rasanya. Sakit? Pasti! Nangis? Nggak usah ditanya, tiap curhat sama
Allah pasti air mataku ini mengalir dengan derasnya. Kenapa kamu nggak bales dia aja, bilang kalau pacarmu itu belum tentu
jadi jodohmu, biar impas? Ya, kalau gue bales kayak gitu, sama aja dong gue
kayak dia, yang nggak bisa memanfaatkan lidah dengan baik, dan karena kebetulan
gue itu orang baik, gue balas dia lewat doa, gue doain dia supaya hatinya
terbuka dan menyadari kekeliruannya, ship banget kan cara gue?
Sebenarnya hati sahabat
gue itu baik banget hlo, sebelum dia menghina seperti itu, dia juga sudah
berusaha ngenalin gue ke teman-temannya, mulai dari yang pendiam sampai yang
jago ngomong, dengan tujuan supaya ada yang nyantol dan jadi pacar gue. Tapi
hasilnya nihil, tak ada yang bisa jadi pacar gue. Ya bagaimanapun juga manusia
hanya bisa berencana, Allah lah yang Maha Berkehendak, mungkin saat itu belum
waktunya gue untuk mengenal cinta, maklum waktu itu gue masih duduk di bangku SMK
atau mungkin Allah tak mengizinkanku menjadi bagian dari mereka, mereka yang
tiap berangkat atau pulang sekolah selalu berboncengan dengan mesrah padahal
mereka bukan muhrim, dan sebenarnya mereka juga dibekali pelajaran agama, tapi
masih saja seperti itu, ya sudahlah.
Dan setelah gue lulus
dari SMK, gue akhirnya memutuskan untuk bekerja. Selain niat gue cari uang buat
biaya hidup sehari-hari, niat tersirat gue sebenarnya cari uang buat biaya
nikah. Ya, walaupun belum ada calonnya, minimal kalau udah ada modal, hati kan jadi tenang.
Nggak jauh beda dari kaum yang sering tebar kemesrahan, gue pernah nanya sama
seseorang sebut saja dia Mawar, bukan nama sesungguhnya. Gue nanya ke dia kapan Loe nikah, jawabanya gini belum ada modal buat nikah nih Ntis, tu
kan situasinya jadi sama, jadi hati-hati kalau menghina jomblowan atau
jomblowati, belum tahu kan isi dompet kaum jomblo? Yang pastinya lebih tebel
dari kalian! Yeah.
Setelah gue kerja,
ejekan dan hinaan juga masih saja gue terima, tapi itu nggak papa untung aja
hati gue udah gue suntik imunisasi kebal hinaan, jadi gue nggak terlalu sakit
denger hinaan itu lagi, yang bikin gue sakit sekarang ini adalah dilangkahin nikah!
“Cie yang habis dilamar
sama calonnya?” Komen gue ke salah satu status terbaru yang ada di kontak BBM
gue.
“Iya Mbak, hehe. Jadi
galau ni Mbak, diterima nggak ya?” Jawab dek Ima, tetangga deket gue yang
manggil gue dengan sapaan Mbak.
“Kalau udah manteb
terima aja Dek,” saran gue dengan tangan yang bergetar ketika menyentuh tuts
keyboard dan dengan jantung yang kali ini berdetak dengan kencang gara-gara
hati gue tergunjang menerima kenyataan bakal dilangkahin sama sobat karib gue.
“Di dunia ini ada
beberapa perkara yang harus disegerakan, termasuk menikah. Jadi menikahlah,
karena lebih cepat lebih baik,” ceramah gue ke dek Ima, gue mencoba menciptakan
kesan bahwa gue itu bijaksana dan gue seneng denger dia bakalan nikah, walaupun
berkali-kali gue pasang status Envy sama
dek Ima yang udah mau nikah,dan dia pun juga menceramahi gue sehingga
timbul kesan bahwa dia lebih bijaksana dari gue.
Akhirnya atas berkat Rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan sedikit saran yang gue berikan, sahabat karib
gue akhirnya resmi melepas masa lajangnya pada tanggal 1 Januari kemarin, tahun
baru dan hidup baru, komplet. Dan gue? Hem.. tahun baru dan pertanyaan baru,
yang pasti bikin kepala gue cenat cenut! Pertanyaan, kapan nikah? Kapan nyusul dek Ima? Ya biarkanlah waktu yang akan
menjawab semuanya, yang pasti gue juga berusaha kok, gue berusaha untuk memantaskan diri dulu sebelum akhirnya mementaskan diri.
Oke kembali lagi ke
sahabat gue yang waktu SMK sering ngehina gue, dia itu namanya Dewi. Dan doa
yang pernah gue panjatkan kehadirat-Nya, Alhamdulillah terkabul. Itu hlo doa
ketika gue teraniaya dengan hinaannya, sekarang Dewi jadi sosok yang lebih baik
dari sebelumnya. Jilbab panjang selalu menghiasi kepalanya, dan sarung kaki
juga tak lupa ia kenakan apabila ia keluar rumah.
Dulu awalnya dia bangga
banget karena punya pacar, tapi sekarang jadi anti pacaran. Yeah gue pengen
ketawa kalau inget jaman SMK ketika dia ngehina gue kayak gitu, dan sekarang
dia jadi sama kayak gue. Nah, buat yang sering dihina teman-temannya jangan
bales dengan hinaan juga, bales doa lebih manjur to? Hehe.
Setelah lulus sekolah,
kedekatan gue dan Dewi terjalin ketika kami bergabung dalam suatu perkumpulan
kaum sholehah atau bahasa kerennya liqo. Di
sana kami diberi asupan ilmu agama yang belum pernah kami terima saat duduk di
bangku sekolah, dan akhirnya gue punya temen yang seprinsip dengan gue haha, itu
hlo jojota, jomblo-jomblo taat agama.
Gue bangga hlo jadi
jomblo, selain jadi punya waktu lebih buat diri gue sendiri, gue juga punya
waktu buat ngejalin silaturahim dengan teman-teman. Gue jadi yang terdepan,
terpercaya dan terakurat dalam menyajikan kabar berita. Sempet gue dikatain kepo sama temen gue gara-gara tau seluk
beluk kabar salah satu teman SMK, dan gue dengan sedikit bangga menjawab itu bukan kepo, tapi lebih ke arah perhatian,
say hello ke temen dan nanya kabar ke mereka, kamu sih terlalu asik dengan
kehidupanmu asmaramu jadi kudet deh. Haha.
Dan punya waktu lebih
buat diri sendiri yang gue maksud itu bukan berarti egois, tapi lebih ke cara
memanfaatkan masa lajang sebelum akhirnya bakalan ditemenin sama pendamping
hidup seumur hidup. Bayangin aja kalau pacaran 7 tahun terus nikah itu artinya
selama 7 tahun dia menghabiskan waktunya percuma. Contoh realnya : mlototin
layar HP cuma nunggu SMS dari si doi, bela-belain belum makan pagi terus cus
kerumah pacar karena takut kena marah gara-gara telat, bayarin belanjaannya
pacar padahal orang tua jarang dikasih uang. Nah sia-sia kan selama 7 tahun
itu, seharusnya waktu 7 tahun itu dimanfaatin dengan sebaik-baiknya, apalagi
kalau bukan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Nggak pernah bayangin
kehidupan setelah menikah kan? Bakal nggak ada kata selo (senggang) terucap dari mulut, dari bangun sampai tidur ada
aja pekerjaan rumah yang dikerjakan dan itu bakal menyita waktu berhargamu
untuk lebih dekat kepada Sang Pencipta. Kabar baik kan bagi kaum jomblo? Yups,
manfaatin waktumu untuk lebih dekat pada-Nya.
Tapi terkadang gue iri
juga kalau melihat temen-temen gue yang pada piknik boncengan sama pacarnya,
dan karena gue nggak ada pacar jadi gue nggak ikut piknik, takut lah kalau naik
motor sendiri dan lewat jalan yang berkelok-kelok.
Dan setelah gue telaah
dari beberapa temen gue yang punya pacar, mereka itu nggak punya kakak laki-laki,
dan mungkin mereka punya pacar karena pengen merasakan kasih sayang dari
seorang kakak laki-laki. Kalau begitu gue lebih unggul dong ya dari mereka. Gue
punya kakak laki-laki yang super duper baik sekali, lebay dikit nggak papa lah.
Dia selalu siap
mendengarkan ketika gue ingin bercerita dan ketika gue bimbang dia jadi yang
terdepan untuk memberi saran. Nggak cuma itu aja, banyak materi yang telah
kakak gue sumbangkan ke gue, dan itu nggak mereka dapatkan dari sang pacar.
Jadi, menurut gue kaum
jomblo itu bukan kaum yang sial karena belum mendapatkan pacar, tetapi dibalik
anggapan mereka bahwa jomblo itu kesepian, terselip beberapa kebetulan yang tidak
mereka miliki, dan pasti akan membuat mereka iri jika kita memperlihatkan
hal-hal yang kita miliki itu ke mereka. So, berbahagialah kaum jomblo dan
tetaplah taat pada-Nya, tetap rendah hati dan jangan suka pamer layaknya mereka
yang memamerkan kemesrahan di depan kita.
Nih, bagi kaum jomblo
pemula, aduh gue jadi ngerasa senior banget dalam urusan jomblo menjomblo, gue
kasih sedikit tips agar hati nggak gegana
lagi.
Kalau lagi sedih karena
di bully banyak orang, anggap aja Lo itu lagi main sebuah
sinetron dimana diri Lo jadi peran utama yang akan menghadapi ujian dari tokoh
antagonis, dan layaknya di sinetron, pemeran utamanya lah yang akan unggul di
akhir episode.
Dan kalau Lo nggak bisa
ngebayangin jadi seorang artis yang lagi main sinetron, Lo anggap aja omongan
itu angin lalu. Mereka kan nggak ngasih makan Lo, ngapain mikirin mereka,
lagian temen Lo kan banyak yaudah yang bikin sakit hati jauhi aja, cari temen
yang bener-bener baik.
Kalau kesedihan itu
nggak hilang-hilang juga, coba deh pencet tombol power di TV, cari acara
favorit yang bisa bikin ngakak. Kalau gue sih lebih ke buka notebook terus lihat salah satu variety show terkenal di Korea, dan
bener-bener bisa bikin ngakak sumpah! Nama acaranya Running Man.
Tips terakhir jika
kesedihan masih saja tak mau pergi, yaudah yuk tak anter ke toko buku. Bukan!
Bukan buat beli novel, kalau baca novel malah tambah galau lagi. Tapi tak
anterin ke rak buku yang isinya buku-buku Rohani Islam, dicoba deh InsyaAllah
manjur. Bukankah Allah yang Maha Membolak-balikan hati manusia, barangkali
setelah membaca dan memahami buku tentang Kebesaran Allah, hati kita akan
menjadi tentram dan bisa melupakan kesedihan itu.
Nih satu lagi, buat
kaum jomblo, jadilah jomblo yang berkualitas, dengan cara apa? Dengan cara
mendekatkan diri pada-Nya. Hiasi waktu menunggumu dengan melantunkan ayat-ayat
suci Al-Quran, berdzikir dan sholat malam. Percayalah rencana Allah lebih indah
dari yang kita bayangkan, Dia sudah mempersiapkan sosok calon pendamping hidup
kita dan Dia juga sudah menentukan waktu yang terbaik untuk mempertemukan kita
dengan dia, jadi jangan terlalu risau dengan omongan orang-orang yang mengatai
kita nggak punya jodoh, kalau toh
kita nggak punya jodoh di dunia, insyaAllah Allah telah mempersiapkan jodoh
kita di akhirat.
Pernah denger ceramah
yang isinya penghuni neraka kebanyakan adalah
perempuan, karena mereka nusus kepada suaminya ketika di dunia? Barangkali
Allah tidak mau melihat kita melakukan dosa besar itu, jadi Allah menyiapkan
jodoh kita bukan di dunia melainkan di akhirat. So, tetaplah berhusnudzon
kepada Allah, tetap istiqomah di jalan-Nya, dan jadilah jomblo yang bahagia dan
pastinya taat agama.
***
Biodata
Penulis
|
|
Nama Lengkap : Titis Tiyas Sari
|
|
Nama Pena : Eentiis
|
Instagram : -
|
Twitter : @eentiis
|
Alamat : Buntalan Rt 4/9, Buntalan,
Klaten Tengah, Klaten
57419
|
Facebook : t_teaz@yahoo.com
|
No. HP : 085729*****
|