Senin, 31 Maret 2014

Pacarku Anak SMA


Pacarku Anak SMA

Destina Putri, itulah namaku dan 21 tahun adalah usiaku. Sekarang aku bekerja di sebuah sekolahan, bukan menjadi guru melainkan menjadi penjaga perpustakaan. Sebenarnya dahulu aku bekerja di sebuah pabrik, tapi karena kontrak yang tak diperpanjang akhirnya aku pulang kampung. Dan mencari pekerjaan di kampung itu sama sulitnya mencari jarum ditumpukan jerami.
Tetapi karena kebaikan saudaraku, akhirnya aku bisa bekerja di sebuah sekolah sebagai penjaga perpustakaan. Kalau ditanya, kenapa tidak kuliah aku selalu menjawab inilah jalan yang ku inginkan, mendapatkan uang dari kerja kerasku sendiri, bukan lagi meminta uang kepada orang tua, karena sekarang aku sudah dewasa.
“Sayang.” Sapa seorang laki-laki yang masih menggunakan seragam putih abu-abu.
“Hei, ini di perpustakaan! Bisa lebih sopan sedikit nggak!” Kataku dengan suara lirih.
“Ups maaf, keceplosan sih.” Kata Tama.
Pratama, adalah siswa kelas 3 SMA di tempat aku bekerja, dan dia adalah pacarku. Sebenarnya kita sudah saling tahu sejak lama karena Tama adalah adik kelasku SMP. Saat aku kelas 3, dia baru kelas 1 SMP, dan katanya sejak SMP dia sudah memperhatikanku. Dan begitu aku bekerja di sini, memori tentangku hadir lagi, itu dari pengakuan Tama sendiri hlo. Kalau pengakuanku, Tama itu penyejuk hati. Walaupun usianya lebih muda dariku, tetapi Tama tampak lebih dewasa dalam menghadapiku. Dia sabar, dan care banget sama aku.
“Tama duduk sini! Duduk di sebelahku!” Teriak Rani saat melihat Tama ada di Perpustakaan.
“St.t ini di perpustakaan jangan teriak-teriak Dek.” Kataku.
“Kamu cemburu ya?” Ledek tama dengan suara pelan.
“Jangan deket Rani, deket aku aja. Aku nemuin buku kesukaan mu hlo! Kayaknya seru deh kalau bacanya bareng-bareng!” Teriak wanita lain.
“Nggak ah, makasih. Aku baca di sini aja.” Kata Tama yang memilih membaca di depanku.
Hubungan kami memang masih dirahasiakan, karena kami tahu bahwa karyawan tidak boleh pacaran dengan murid begitu pula sebaliknya. Tetapi cinta tak bisa ditebak, dan saat cinta datang, kami pun tak sanggup untuk menolaknya, hingga akhirnya kami memutuskan untuk pacaran.
“Say, aku sudah di depan rumahmu. Bukain pintunya dong.” Isi pesan singkat dari Tama.
Yah, beginilah nasib orang pacaran diem-diem. Ketemuannya kalau nggak di rumahku ya dirumah Tama. Walaupun kami menyembunyikan hubungan ini ke orang lain, tetapi tidak untuk kedua orang tua kami. Dan Alhamdulillah, kedua orang tua kami mengerti dan menyetujui hubungan ku dengan Tama.
“Kamu lihat sendiri kan tadi di perpustakaan, mereka tue harus tahu kalau aku dah punya pacar! Aku risi sama mereka. Mereka tipe cewek yang tak ku suka, mereka cuma deketin cowok yang punya wajah tampan dan montor yang mapan.” Kata Tama.
“Terus kamu mau ngapain? Mau bilang kalau aku pacarmu?” Kataku.
“Nggak lah, oh iya aku minta nomor pasword facebookmu.” Kata Tama dengan memberikan hp-nya padaku.
“Nie, untuk apa sih?” Kataku seteleh menulis pasword facebook-ku.
“Rahasia. Lihat saja ntar malem.
“Say, sebenernya aku capek kayak gini terus. Kapan aku bisa bilang ke dunia kalau aku udah move on, dan bilang kalau kamu pacarku.” Kataku dengan sedih.
“Sebenernya aku juga capek Dest, tapi ini untuk kebaikan kita. Tunggu beberapa hari lagi, dan aku berjanji saat acara kelulusanku nanti, untuk pertama kalinya aku akan mengenalkanmu sebagai pacarku. Aku janji.” Kata Tama yang meyakinkanku.
Malam harinya, karena penasaran dengan rencana Tama, aku pun menghubunginya terlebih dahulu.
“Apa say? Aku baru aja mau telfon kamu.” Kata Tama yang dengan cepat mengangkat telfonku.
“Kamu apakan facebook ku?” Tanyaku tanpa basa-basi.
“Oh iya, sekarang akun facebook-ku statusnya berpacaran sama akun facebook-mu. Dan benar saja, banyak yang mengomentari perubahan statusku. Mungkin besok berita itu akan menyebar, dan tak ada lagi yang berani mendekatiku.” Jelas Tama.
“Apa? Kamu gila ya! Di facebook-ku kan ada fotoku, pasti mereka bisa mengenaliku. Kamu mau kita ditegur karena hubungan ini?” Kataku dengan kesal.
“Eits, jangan marah dulu say. Aku dah atur semuanya, semua potomu sudah ku hapus dan ku ganti dengan potoku, nama facebook-mu juga ku ganti. Namanya Tintam Forever Together, Tintam itu singkatan dari Tina dan Tama, lucu kan? Jadi aman deh pokoknya.” Jelas Tama yang tak merasa bersalah.
“Apa? Kenapa kamu nggak bilang dulu? Asal kamu tahu, di facebook-ku banyak foto kenangan dan teganya kamu menghapus semuanya hanya untuk menjauhkanmu dengan cewek-cewek itu? Sumpah aku kecewa dan nama akun baru ku itu sungguh ke kanak-kanakan.” Kataku dengan marah dan langsung ku matikan panggilanku.
Karena aku kecewa dengan sikap Tama, aku pun mematikan ponsel agar Tama tak bisa menghubungiku dan aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Dan paginya, saat ku buka ponselku, ada banyak pesan yang masuk ada yang dari Tama dan ada yang dari sahabat-sahabatku. Mereka ada yang terkejut dan tak percaya dengan perubahan status di facebook-ku, dan ada juga yang memberi selamat atas keberhasilanku untuk move on dari masa lalu. Karena penasaran dengan kondisi akun-ku, akhirnya ku putuskan untuk membuka facebook.
Aku pun terkejut dengan banyaknya komentar yang diberikan teman-temanku, dan ternyata mantanku juga mengomentari status tersebut. Tetapi yang lebih mengejutkan lagi, usaha Tama untuk meminta maaf kepadaku sungguh diluar dugaan. Karena ponselku tak aktif, dia pun mengirim foto ke kronologiku, foto saat dia memegang tanganku dan di foto itu terdapat tulisan “Aku berharap bisa menepati janjiku untuk memegang tanganmu dan menunjukan kepada dunia, kalau kamu adalah pacarku, jadi bersabarlah dan maafkan kesalahanku. I love you so much. Tintam Forever Together.”
Saat ku baca kiriman itu, mataku langsung berkaca-kaca. Dan aku merasa bersalah, karena semalam langsung mematikan ponselku, tanpa memberi kesempatan Tama untuk berbicara. Tetapi tetap saja aku masih kecewa karena fotoku dihapus olehnya, jadi untuk hari ini aku akan menjauh dari Tama. Dan untungnya, hari ini aku di suruh jaga lab komputer, jadi Tama tak bisa menghampiriku di perpustakaan.
Sepulang dari kerja, seperti biasanya aku langsung pulang dengan mengendarai vario-ku. Saat berada di lampu merah, seseorang yang berada di sampingku membuka helmnya dan memanggilku. Ternyata dia adalah Adam, mantanku. Dia pun meminta waktuku untuk sekedar berbicara di warung makan dekat lampu merah.
“Kamu dah punya pacar ya sekarang, wah aku kalah ni. Ternyata hatimu sudah tertutup untuk-ku.” Kata Adam sesampainya di warung makan.
“Sejak aku tahu kau mendua dengan sahabatku, hatiku tertutup untukmu! Tertutup rapat!” Kataku dengan menekankan kata tertutup rapat.
“Iya itu semua salahku. Karena tidak tahan hubungan jarak jauh, akhirnya aku mendua dengan sahabatmu. Tapi ternyata dia juga menduakanku, dan aku tahu itu adalah karma.”
“Dan saat aku ingin kembali kepadamu ternyata hatimu sudah tertutup. Aku tahu kamu terluka, dan aku ingin mengobatinya. Aku ingin memperbaiki hubungan kita dulu. Aku kira kamu masih menyimpan rasa ke aku, karena 4 tahun itu bukan waktu yang lama untuk kita, tapi ternyata baru  satu tahun di Klaten kamu sudah dapat penggantiku.” Kata Adam.
“Sudah ngomongnya? Aku nggak mau bahas masalah itu lagi. Dan sekarang kamu tahu sendiri kan, kalau aku sudah punya pacar. Itu berarti aku sudah melupakanmu. Jadi jangan deketin aku lagi atau bahkan mengungkit luka lama itu. Mungkin aku bisa memaafkan sahabatku, tapi tidak untuk kamu. Begitu menyakitkan untukku!” Kataku dengan kesal.
“Apakah dia pacarmu?” Kata Adam dengan melihat ke arah parkiran.
“Aku berharap kamu bahagia dengannya, jangan sampai hatimu terluka lagi. Maafkan atas kesalahanku, dan aku akan menjauh darimu jika itu bisa membuatmu bahagia. Aku pergi! Selamat dan berbahagialah.”Kata Adam yang pergi meninggalkanku setelah melihat Tama datang.
“Hloh, kamu kok bisa di sini? Dan mana seragam-mu?” Tanyaku saat Tama menghampiri dan duduk di sebelahku.
“Kamu nggak inget kalau hari ini hari tenang untuk anak kelas 3? Besok kan ujian sekolah!” Jawab Tama.
Ternyata hari ini Tama libur, percuma dong usahaku hari ini untuk  menjauh dari Tama. Dan ternyata Tama tidak bisa konsen belajar, karena di pikirannya cuma ada aku. Jadi dia bela-belain datang ke sekolah untuk menemuiku, dan saat berada di lampu merah Tama melihat montorku dan dia langsung menuju warung makan ini.
“Siapa dia? Adam? Mantan kamu?” Tanya Tama yang nampaknya cemburu.
“Iya, dia Adam.” Jawabku singkat.
Karena situasi dan kondisi, Tama pun mengajak ku ke rumahnya untuk membicarakan sesuatu yang sepertinya masalah tadi malam. Aku pun menuruti perintah Tama.
“Duduk Dest.” Kata Tama yang menyuruhku duduk di ruang tamu.
“Huh, aku minta maaf untuk kejadian tadi malam.” Kata Tama yang sempat menarik panjang nafasnya.
“Aku memang egois, aku hanya memikirkan diri sendiri tanpa melihat dirimu. Tapi yang perlu kamu ketahui, aku melakukan itu semua agar kamu tidak cemburu dan berprasangka buruk denganku karena banyak wanita yang mencoba mendekatiku. Itu saja.” Jelas Tama.
“Dan untuk nama, aku bisa menggantinya dengan nama yang lebih dewasa, tapi maaf untuk poto aku tidak bisa mengembalikan seperti semula. Aku benar-benar menyesal.” Kata Tama dengan penyesalannya.
“Aku suka kok nama itu, walaupun terdengar kekanak-kanakan tapi lucu juga. Nama kan sebuah doa, semoga kita bisa bersama untuk selamanya.” Kataku.
“Serius? Kamu nggak marah? Lalu soal foto bagaimana?” Tanya Tama.
“Sebenarnya aku masih kecewa soal foto, tapi ada untungnya juga. Bisa menghapus kenangan lama dengan sahabatku yang mengkhianatiku. Dan sekarang mari kita isi dengan foto kebersamaan kita, bagaimana?” Tanyaku.
“Makasih say, aku kira kamu bakal marah. Tahu nggak, aku nggak bisa tidur semalam gara-gara mikir masalah ini.” Kata Tama yang terlihat lega.
“Hih, kamu! Kebiasaan deh, mikir sesuatu secara berlebihan, nggak baik itu. Apalagi besok kamu udah ujian sekolah, harus konsen belajar jangan mikirin aku terus! Aku aja nggak mikirin kamu, kamu harusnya nggak mikirin aku, biar adil.” Kataku.
“Aku tue nggak bisa kalau nggak mikirin kamu. Ini serius hlo, bukan gombalan.” Kata Tama.
“Iya, ya. Tapi untuk beberapa hari ke depan please fokus ke materi ujian. Aku mau lihat kamu lulus dengan nilai yang memuaskan, jangan buat aku malu gara-gara nilaimu jelek. Oke say yang semangat belajarnya.” Kataku yang memberi semangat Tama.
“Siap say. Tunggu sebentar lagi ya say, aku pasti akan menepati janjiku.” Kata Tama yang meyakinkanku.
“Oke, aku akan sabar menunggu. Aku pulang dulu ya. Salam buat orang tuamu. Daa.” Kataku yang berpamitan untuk pulang.
Selama beberapa hari, aku harus merelakan Tama menduakanku dengan buku-buku pelajaran. Aku juga tak mengharuskan Tama menghubungiku, tetapi walaupun begitu aku terkadang mengirim pesan untuk menyemangati pacarku yang sedang sibuk-sibuknya belajar.
Dan penantianku pun terjawab. Hari ini adalah hari pengumuman hasil ujian nasional. Aku pun bahagia setelah mengetahui bahwa Tama lulus dengan nilai rata-rata 8,5. Dan kebahagiaanku bertambah saat mengetahui acara prom night akan diadakan 4 hari lagi. Itu artinya 4 hari lagi dunia akan mengetahui bahwa Tama adalah pacarku.
Dan tibalah hari itu, dengan pakaian terbaik aku berangkat ke acara prom night dengan dijemput sang pujaan hati. Sesampainya di lokasi, tak sedikit orang yang melihat kita.
“Destina, kok boncengan sama Tama?” Tanya ibu Harti, salah satu guru di SMA Pantang Menyerah.
“Iya Buk, nggak salah kan kalau aku bawa pacar?” Kata Tama dengan tegas.
“Hloh kalian pacaran? Kapan jadiannya?” Kata bu Harti dengan nada terkejut yang membuat orang sekitar melihat ke arah ku.
“Nggak perlu tahu kapan jadiannya, yang jelas sekarang aku bukan siswa SMA Pantang Menyerah, jadi aku bisa pacarin karyawan kan Bu?” Kata Tama yang melirik ke arahku.
“Bener juga ya. Selamat atas hubungan kalian. Semoga langgeng.” Kata bu Harti yang memberi ucapan selamat kepada kami.
Orang-orang yang tadinya hanya melihat kami, kemudian juga ikut memberi selamat dan mendoakan kelanggengan hubunganku dengan Tama. Aku pun merasa bahagia, karena sekarang aku tak harus menutupi kisah asmaraku dengan seorang laki-laki yang usianya 3 tahun di bawahku.
“Say, kayaknya kita harus ambil foto deh. Kita jadikan poto profil bersama.” Kata Tama yang mengajakku berpoto dengan background red carpet.
“Coy, potoin aku sama mbak pacar dong.” Kata Tama yang meminta bantuan temannya.
Dalam sebuah hubungan, umur tidak menjadi masalah yang serius. Justru perbedaan umur menjadikan hubungan itu lebih indah, karena adanya perbedaan pola pikir sehingga masing-masing pasangan berusaha untuk lebih memahami dan mengerti pasangannya. I love you Pratama, Tintam forever together.

The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca, dan silahkan masukan komentar Anda :