Sabtu, 16 Februari 2019

Menjemputnya dengan Istighfar


Menjemputnya dengan Istighfar
Barang siapa memperbanyak istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Ahmad)

            Mengenai the power of istighfar, ingatanku selalu tertuju pada sebuah kisah tentang pertemuan seorang pembuat kue dengan Imam Ahmad Hambali. Yang mana pertemuan itu terjadi karena istighfar yang tak henti-hentinya diucapkan si pembuat kue.
Setiap apapun yang ia butuhkan selalu dipenuhi Allah Swt tanpa ia minta, tetapi ada satu permintaan yang belum Allah kabulkan, yaitu bertemu dengan Imam Besar. Dan lagi-lagi skenario Allah sungguh indah, diluar batas nalar manusia. Yang mana pada kisah ini, Imam Ahmad lah yang menemui pembuat kue. Seolah-olah sang Imam diundang untuk mengunjungi suatu daerah yang asing dan bermalam di rumah pembuat kue tersebab istighfar tersebut.
Kisah lain, mengenai istighfar adalah tentang keluarnya nabi Yunus As. Dari perut ikan paus. Disaat usaha sudah dilakukan dan belum ada hasil, janganlah putus asa, masih ada doa dan istighfar yang  bisa menjadi senjata andalan kita. Begitu juga yang dilakukan nabi Yunus As, doa dan istighfar beliau sangat terkenal, yaitu : laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).
Ada beberapa poin yang bisa kita ambil dan kita terapkan dari doa dan istigfhar nabi Yunus As. Pertama yaitu mengkokohkan tauhid (laa ilaaha illaa anta), kedua memuji Allah (subhaanaka), ketiga mengakui perbuatan kita yang salah (innii kuntu minazh zhaalimiin).
Dalam adab berdoa yang sudah pernahku singgung sebelumnya adalah ketika berdoa sebaiknya memuji Allah terlebih dahulu, setelah itu baru sampaikan permintaanmu dengan bahasa yang halus. Ya memang harus ada adabnya, menemui atasan saja harus menata ucapan apalagi berdoa kepada Sang Pemilik jagad raya.
Dari kedua cerita diatas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang kita anggap sulit dan mustahil terjadi bisa saja terjadi atas izin dari Allah Swt, melalui perantara doa dan istighfar yang kita lakukan. Jika seperti ini, bagi kaum single lillah seolah mendapat pencerahan, mempertemukan penjual kue dengan Imam besar adalah hal yang sangat mudah bagi Allah Swt, apalagi hanya mempertemukan kita dengan seseorang yang sudah kita idamkan. Mengeluarkan nabi Yunus As dari perut ikan paus juga hal yang sangat mudah bagi Allah Swt, apalagi hanya mengeluarkan kita dari masalah-masalah hidup termasuk belum dipertemukannya kita dengan jodoh, jadi tetap khusnudzon dan jangan berhenti beristighfar dan berdoa.
Mengenai amalan yang selalu aku sangkut pautkan dengan jodoh, mengingatkanku tentang postingan sebelum ini, yang berjudul 40 hari menjemput jodoh, yang belum baca silahkan baca hehe. Setelah membaca kisah itu, ku coba untuk mengikuti jejaknya, tapi apa daya godaan selalu datang dan akhirnya tidak bisa istiqamah membaca surat Ar-Rahman seusai shalat maghrib.
Dan setiap orang memiliki amal unggulan masing-masing, akupun mulai mencari amal unggulanku yang bisa membedakan dari yang lain. Ya, belajar dari Kajian Rutin Muslimah (Karimah ke 4) dengan tema Muda Syar’i Menginspirasi, kak Desi mengatakan bahwa, kamu harus mempunyai pembeda, jadilah beda dari yang lain dengan amalan unggulan mu.
Memang memulai sebuah amalan jauh lebih mudah daripada menjaga keistiqamahan, ada sebuah hadist yang menuturkan bahwa amalan sedikit tetapi kontinu lebih Allah cintai daripada amal yang banyak dan berhenti begitu saja. Ya, kucoba dari hal yang mudah ku lakukan, apalagi kalau bukan mengistiqamahkan membaca istighfar sebelum tidur.
Awal mulanya aku teringat sebuah benda pemberian kakakku, yaitu tasbih digital yang saat itu entah ada dimana, karena dahulu keberadaannya tidak begitu penting sehingga aku abaikan. Dan tanpa harus menguras energi untuk berpikir dan mencari, Allah menunjukan barang itu dan Alhamdulillah masih berfungsi dengan baik walau sudah berdebu.
Aku pun membuat target, pukul 9 malam harus sudah persiapan tidur dengan ritual-ritual lainnya yang harus aku selesaikan, termasuk membaca istighfar sebelum tidur. Malam pertama aku target sekian, malam berikutnya harus ditambah lagi begitu seterusnya, itu yang membuatku bisa menekan agar tidak tidur terlalu malam sehingga bisa bangun sebelum subuh, karena memang Rasulullah tidak menyukai orang yang begadang tanpa alasan, sebagaimana dalam sebuah hadist dari Abu Barzah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum isya dan beliau tidak menyukai obrolan setelah isya.” (HR. Ahmad, no.19781 dan Ibn Khuzaimah, no.1339).
Amalan itu Alhamdulillah bisa berjalan 1 pekan, hingga suatu ketika sebuah pesan membuyarkan konsentrasiku menjadikan tidur tak nyenyak, makan tak enak dan ibadah tak tenang. Sebuah pesan yang sudah lama aku tunggu-tunggu, tetapi ternyata diluar dugaanku.
Sudah lama aku memasukan biodata diri melalui perantara, tetapi belum ada kemajuan sama sekali, pernah beberapa kali berprasangka buruk tentang lambannya proses, dan akhirnya aku pasrahkan semua kepada-Nya.
Ketika semua sudah ku pasrahkan, di tambah mengosongkan hati dari harapan-harapan, ternyata Allah Swt. menggerakan hati seseorang yang memiliki niat baik dan datang dengan cara yang baik. Pernah aku menulis keinginan, ingin menemukan ‘dia’ dengan cara yang benar yaitu ta’aruf dan semoga ‘dia’ adalah sosok yang sudah aku ketahui sebelumnya, dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku di saat yang memang benar-benar tepat.
“Ya Allah, bulan ini adalah penghujung tahun 2018. Hamba ridho dan ikhlas jika memang tahun ini Engkau belum memperkenankanku menikah, tetapi setidaknya tunjukanlah siapa dia, agar hati ini merasa tenang karena sudah menemui titik terang.” Pintaku dalam doa.
27 Desember 2018, tanganku dibuat gemetar dan keringat dingin keluar bercucuran ketika ku membaca pesan singkat dari rekan kerjaku.
Santi, ada kabar gembira saudaraku ada yang mau kenal sama kamu,”
“gimana kamu mau kan? Insya Allah orangnya baik, dan dari keluarga yang agamanya baik.” Pesan dari seseorang sebut saja mas Raka.
“Masya Allah, ya nggak papa dicoba dulu. Eh tapi aku mau konsul dulu sama murobbi ku dulu ya, biar ada semacam penguat. Soalnya dulu pernah proses tapi banyak ragunya.” Balasku yang kulanjutkan dengan menghubungi murobbi.
“Mas, oke aku mau. Tapi saudaramu itu siapa? Boleh minta no WA nya?”
“aku mau kirim ke murobbi biar ada dua perantara.” Balasku setelah mendapat lampu hijau beliau.
“Ini, coba di save dulu aja San, lihat potonya sebagai bonus,” jawab mas Raka dengan glagat yang mencurigakan seolah aku tahu siapa orangnya, padahal niat pertama nomor wa tersebut langsung aku kirimkan ke murobbi, tapi karena penasaran aku coba save dan seketika rasanya seperti tersambar petir di siang bolong.
“Mas, dirimu salah kirim nggak?”
“Nggak ya, bener. Mas Wahyu pengen kenal kamu,” muka ku pun langsung berubah tangan dingin dan salah tingkah. Ku coba menarik nafas untuk menenangkan diri tapi tetap saja masih belum tenang.
“Hlah kok bisa? Aku masih nggak percaya!”
“Hla apa perlu aku kirimkan screenshot percakapan kita? Coba sana buka IG, aku baru sadar ternyata kalian sudah berteman di IG dan FB,” jawab mas Raka yang lagi-lagi membuatku tak tenang.
“Sebentar Mas, aku mau menenangkan diri dulu, beri waktu beberapa hari untukku berpikir.”
“Oke, tapi jangan lama-lama. Itu wejangan dari mas Wahyu langsung.”
Orang baik dengan niat yang baik datang dengan cara yang baik-baik, itu memang doaku dan Alhamdulillah Allah mengabulkan, tetapi sama sekali aku tak menyangka bahwa yang Allah datangkan adalah dia. Yang awalnya aku ingin segera diproses menjadi ku tunda karena suatu alasan yang benar-benar membuatku stres sampai satu minggu.
Memang awalnya aku menaruh simpati kepada dia, sering di kantor aku mendengar cerita tentangnya, dia keluar dari kantor kemudian aku masuk. Sama sekali belum pernah bertemu, dan karena aku follow IG dan FB dia, ku lihat aktivitas-aktivitasnya yang positif, tambahlah kekagumanku. Hingga suatu ketika karena sesuatu aku memutuskan untuk tidak lagi melihat postingan dia. Dan membuang jauh2 rasa simpati itu. dan ketika aku memilih menjauh dari dia, ternyata Allah mendatangkan dia untukku. Semacam the power of istighfar benar-benar terjadi padaku.
Niat awal mengistiqamahkan membaca istighfar adalah karena Rasulullah Saw saja yang dijamin masuk surga membaca istighfar lebih dari 70 kali dalam sehari, bagaimana dengan aku yang banyak dosanya ini, sangat amat malu jika lisanku ini jauh dari istighfar.
Tak ada pikiran sama sekali saat itu, mengamalkannya hanya untuk menjemput jodoh. Tetapi qadarullah, ternyata aku menjemputnya dengan istighfar. Karena memang benar jodoh itu jangan ditunggu tapi dijemput. Dengan apa menjemputnya? Dengan terus memperbaiki diri, bergaul dengan banyak orang dan terus berdoa serta beristighfar. Siapa tahu dia datang tersebab istighfar yang kamu ucapkan.

*to be continue*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih sudah membaca, dan silahkan masukan komentar Anda :