“Barang siapa memperbanyak
istighfar, niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya,
kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak
disangka-sangka.” (HR. Ahmad)
Mengenai the power of istighfar,
ingatanku selalu tertuju pada sebuah kisah tentang pertemuan seorang pembuat
kue dengan Imam Ahmad Hambali. Yang mana pertemuan itu terjadi karena istighfar
yang tak henti-hentinya diucapkan si pembuat kue.
Setiap apapun yang ia
butuhkan selalu dipenuhi Allah Swt tanpa ia minta, tetapi ada satu permintaan
yang belum Allah kabulkan, yaitu bertemu dengan Imam Besar. Dan lagi-lagi
skenario Allah sungguh indah, diluar batas nalar manusia. Yang mana pada kisah
ini, Imam Ahmad lah yang menemui pembuat kue. Seolah-olah sang Imam diundang
untuk mengunjungi suatu daerah yang asing dan bermalam di rumah pembuat kue
tersebab istighfar tersebut.
Kisah lain, mengenai istighfar adalah
tentang keluarnya nabi Yunus As. Dari perut ikan paus. Disaat usaha sudah
dilakukan dan belum ada hasil, janganlah putus asa, masih ada doa dan istighfar
yang bisa menjadi senjata andalan kita.
Begitu juga yang dilakukan nabi Yunus As, doa dan istighfar beliau sangat
terkenal, yaitu : laa
ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin (Tidak ada tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk
diantara orang-orang yang berbuat aniaya).
Ada beberapa poin yang bisa kita ambil dan
kita terapkan dari doa dan istigfhar nabi Yunus As. Pertama yaitu mengkokohkan tauhid (laa ilaaha illaa anta), kedua memuji Allah (subhaanaka), ketiga mengakui perbuatan kita
yang salah (innii
kuntu minazh zhaalimiin).
Dalam adab berdoa yang
sudah pernahku singgung sebelumnya adalah ketika berdoa sebaiknya memuji Allah
terlebih dahulu, setelah itu baru sampaikan permintaanmu dengan bahasa yang
halus. Ya memang harus ada adabnya, menemui atasan saja harus menata ucapan
apalagi berdoa kepada Sang Pemilik jagad raya.
Dari kedua cerita
diatas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang kita anggap sulit dan mustahil
terjadi bisa saja terjadi atas izin dari Allah Swt, melalui perantara doa dan
istighfar yang kita lakukan. Jika seperti ini, bagi kaum single lillah seolah
mendapat pencerahan, mempertemukan penjual kue dengan Imam besar adalah hal
yang sangat mudah bagi Allah Swt, apalagi hanya mempertemukan kita dengan
seseorang yang sudah kita idamkan. Mengeluarkan nabi Yunus As dari perut ikan
paus juga hal yang sangat mudah bagi Allah Swt, apalagi hanya mengeluarkan kita
dari masalah-masalah hidup termasuk belum dipertemukannya kita dengan jodoh,
jadi tetap khusnudzon dan jangan berhenti beristighfar dan berdoa.
Mengenai amalan yang
selalu aku sangkut pautkan dengan jodoh, mengingatkanku tentang postingan sebelum
ini, yang berjudul 40 hari menjemput jodoh, yang belum baca silahkan baca hehe.
Setelah membaca kisah itu, ku coba untuk mengikuti jejaknya, tapi apa daya
godaan selalu datang dan akhirnya tidak bisa istiqamah membaca surat Ar-Rahman
seusai shalat maghrib.
Dan setiap orang
memiliki amal unggulan masing-masing, akupun mulai mencari amal unggulanku yang
bisa membedakan dari yang lain. Ya, belajar dari Kajian Rutin Muslimah (Karimah
ke 4) dengan tema Muda Syar’i Menginspirasi, kak Desi mengatakan bahwa, kamu
harus mempunyai pembeda, jadilah beda dari yang lain dengan amalan unggulan mu.
Memang memulai sebuah
amalan jauh lebih mudah daripada menjaga keistiqamahan, ada sebuah hadist yang
menuturkan bahwa amalan sedikit tetapi kontinu lebih Allah cintai daripada amal
yang banyak dan berhenti begitu saja. Ya, kucoba dari hal yang mudah ku
lakukan, apalagi kalau bukan mengistiqamahkan membaca istighfar sebelum tidur.
Awal mulanya aku
teringat sebuah benda pemberian kakakku, yaitu tasbih digital yang saat itu
entah ada dimana, karena dahulu keberadaannya tidak begitu penting sehingga aku
abaikan. Dan tanpa harus menguras energi untuk berpikir dan mencari, Allah
menunjukan barang itu dan Alhamdulillah masih berfungsi dengan baik walau sudah
berdebu.
Aku pun membuat
target, pukul 9 malam harus sudah persiapan tidur dengan ritual-ritual lainnya
yang harus aku selesaikan, termasuk membaca istighfar sebelum tidur. Malam
pertama aku target sekian, malam berikutnya harus ditambah lagi begitu
seterusnya, itu yang membuatku bisa menekan agar tidak tidur terlalu malam
sehingga bisa bangun sebelum subuh, karena memang Rasulullah tidak menyukai
orang yang begadang tanpa alasan, sebagaimana dalam sebuah hadist dari Abu
Barzah radhiallahu ‘anhu, beliau
mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci
tidur sebelum isya dan beliau tidak menyukai obrolan setelah isya.” (HR.
Ahmad, no.19781 dan Ibn Khuzaimah, no.1339).
Amalan itu
Alhamdulillah bisa berjalan 1 pekan, hingga suatu ketika sebuah pesan
membuyarkan konsentrasiku menjadikan tidur tak nyenyak, makan tak enak dan
ibadah tak tenang. Sebuah pesan yang sudah lama aku tunggu-tunggu, tetapi
ternyata diluar dugaanku.
Sudah lama aku
memasukan biodata diri melalui perantara, tetapi belum ada kemajuan sama
sekali, pernah beberapa kali berprasangka buruk tentang lambannya proses, dan
akhirnya aku pasrahkan semua kepada-Nya.
Ketika semua sudah ku
pasrahkan, di tambah mengosongkan hati dari harapan-harapan, ternyata Allah
Swt. menggerakan hati seseorang yang memiliki niat baik dan datang dengan cara
yang baik. Pernah aku menulis keinginan, ingin menemukan ‘dia’ dengan cara yang
benar yaitu ta’aruf dan semoga ‘dia’ adalah sosok yang sudah aku ketahui
sebelumnya, dan Alhamdulillah, Allah mengabulkan doaku di saat yang memang
benar-benar tepat.
“Ya Allah, bulan ini adalah penghujung tahun 2018. Hamba
ridho dan ikhlas jika memang tahun ini Engkau belum memperkenankanku menikah,
tetapi setidaknya tunjukanlah siapa dia, agar hati ini merasa tenang karena
sudah menemui titik terang.” Pintaku dalam doa.
27 Desember 2018,
tanganku dibuat gemetar dan keringat dingin keluar bercucuran ketika ku membaca
pesan singkat dari rekan kerjaku.
“Santi,
ada kabar gembira saudaraku ada yang mau kenal sama kamu,”
“gimana kamu mau kan?
Insya Allah orangnya baik, dan dari keluarga yang agamanya baik.” Pesan dari seseorang sebut saja mas Raka.
“Masya Allah, ya nggak
papa dicoba dulu. Eh tapi aku mau konsul dulu sama murobbi ku dulu ya, biar ada
semacam penguat. Soalnya dulu pernah proses tapi banyak ragunya.” Balasku yang
kulanjutkan dengan menghubungi murobbi.
“Mas, oke aku mau.
Tapi saudaramu itu siapa? Boleh minta no WA nya?”
“aku mau kirim ke
murobbi biar ada dua perantara.” Balasku setelah mendapat lampu hijau beliau.
“Ini, coba di save
dulu aja San, lihat potonya sebagai bonus,” jawab mas Raka dengan glagat yang
mencurigakan seolah aku tahu siapa orangnya, padahal niat pertama nomor wa
tersebut langsung aku kirimkan ke murobbi, tapi karena penasaran aku coba save
dan seketika rasanya seperti tersambar petir di siang bolong.
“Mas, dirimu salah
kirim nggak?”
“Nggak ya, bener. Mas Wahyu
pengen kenal kamu,” muka ku pun langsung berubah tangan dingin dan salah
tingkah. Ku coba menarik nafas untuk menenangkan diri tapi tetap saja masih
belum tenang.
“Hlah kok bisa? Aku
masih nggak percaya!”
“Hla apa perlu aku
kirimkan screenshot percakapan kita? Coba sana buka IG, aku baru sadar ternyata
kalian sudah berteman di IG dan FB,” jawab mas Raka yang lagi-lagi membuatku
tak tenang.
“Sebentar Mas, aku mau
menenangkan diri dulu, beri waktu beberapa hari untukku berpikir.”
“Oke, tapi jangan
lama-lama. Itu wejangan dari mas Wahyu langsung.”
Orang baik dengan niat
yang baik datang dengan cara yang baik-baik, itu memang doaku dan Alhamdulillah
Allah mengabulkan, tetapi sama sekali aku tak menyangka bahwa yang Allah
datangkan adalah dia. Yang awalnya aku ingin segera diproses menjadi ku tunda
karena suatu alasan yang benar-benar membuatku stres sampai satu minggu.
Memang awalnya aku
menaruh simpati kepada dia, sering di kantor aku mendengar cerita tentangnya,
dia keluar dari kantor kemudian aku masuk. Sama sekali belum pernah bertemu,
dan karena aku follow IG dan FB dia, ku lihat aktivitas-aktivitasnya yang
positif, tambahlah kekagumanku. Hingga suatu ketika karena sesuatu aku
memutuskan untuk tidak lagi melihat postingan dia. Dan membuang jauh2 rasa
simpati itu. dan ketika aku memilih menjauh dari dia, ternyata Allah
mendatangkan dia untukku. Semacam the power of istighfar benar-benar terjadi
padaku.
Niat awal
mengistiqamahkan membaca istighfar adalah karena Rasulullah Saw saja yang
dijamin masuk surga membaca istighfar lebih dari 70 kali dalam sehari,
bagaimana dengan aku yang banyak dosanya ini, sangat amat malu jika lisanku ini
jauh dari istighfar.
Tak ada pikiran sama
sekali saat itu, mengamalkannya hanya untuk menjemput jodoh. Tetapi qadarullah,
ternyata aku menjemputnya dengan istighfar. Karena memang benar jodoh itu
jangan ditunggu tapi dijemput. Dengan apa
menjemputnya? Dengan terus memperbaiki diri, bergaul dengan banyak orang
dan terus berdoa serta beristighfar. Siapa tahu dia datang tersebab istighfar
yang kamu ucapkan.
*to be continue*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih sudah membaca, dan silahkan masukan komentar Anda :